Cerita Ortu Fikri Rofiul Relawan MER-C di Gaza: 2 Pekan Tak Komunikasi

Cerita Ortu Fikri Rofiul Relawan MER-C di Gaza: 2 Pekan Tak Komunikasi

Brigitta Belia Permata Sari - detikNews
Rabu, 22 Nov 2023 23:13 WIB
Edi Wahyudi selaku orang tua dari salah satu relawan MER-C, Fikri Rofiul Haq (Brigitta Belia/detikcom)
Foto: Edi Wahyudi selaku orang tua dari salah satu relawan MER-C, Fikri Rofiul Haq (Brigitta Belia/detikcom)
Jakarta -

MER-C Indonesia memastikan kondisi 3 relawannya yang berada di Rumah Sakit Indonesia (RSI) di Gaza, Palestina, baik-baik saja. Edi Wahyudi selaku orang tua dari salah satu relawan MER-C, Fikri Rofiul Haq menceritakan kabar terkini sang anak.

"Sudah hampir dua pekan kami tidak ada komunikasi yang langsung. Informasinya mereka ada di basement (Rumah Sakit Indonesia)," kata Edi pada wartawan di Kantor MER-C, Jakarta Pusat pada Rabu (22/11/2023).

Dalam kesempatannya, Edi menceritakan awal mula anaknya itu bisa menjadi relawan di Gaza. "Keberangkatan Fikri Rofiul Haq, putra saya yang pertama memang ketika itu saya masih di Gaza tahun 2020. Dia berangka Februari dan saya sendiri tahunya setelah (dia) sudah di sana," ungkapnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Edi mengungkapkan bahwa Fiqri memiliki jiwa kemanusiaan yang tinggi. Fiqri mengaku tak bisa meninggalkan Rumah Sakit Indonesia di Gaza karena banyaknya korban yang berjatuhan.

"Dia merasa melihat rumah sakit Indoensia di Gaza itu tidak mungkin ditinggal, karena memang dia melihat banyaknya jenazah yang bertebaran di rumah sakit dan luar rumah sakit kemudian korbanyang luka," ujarnya.

ADVERTISEMENT

"Jadi dia bilang hati nurani saya terpanggil untuk bagaimana sebagai orang yang memang melihat sisi kemanusiaan dari sesuatu yang, apa yang bisa dia bantu. Dan memang itu dia bukan hanya berupa kata-kata," sambungnya.

Edi mengaku, terakhir dirinya berkomunikasi dengan Fiqri sudah dua minggu yang lalu. Dalam komunikasinya itu, Fiqri menjelaskan kepada ayahnya soal situasi di RSI.

"Dia menyampaikan bahwa jumlah jenazah yang sudah masuk ke RSI mencapai pada 7 November sudah 1.500 jenazah. Daya tampung kita sudah nggak mungkin untuk menampung. Sehingga banyak jenazah yang tidak tertangani atau tidak dibawa oleh keluarga atau jenazah yang tidak kenal, sebagain besar itu adalah anak-anak kecil," tuturnya.

Lalu Edi mengatakan, RSI pun akhirnya berinisiatif untuk membuat kuburan masal di samping gedung karena kondisi yang tak memungkinkan untuk di makamkan di pemakaman umum.

"RSI kemudian berinisatif karena ini kondisi perang, nggak mungkin dibawa ke tempat pemakaman umum yang cukup jauh, sehingga ada di sisi RSI itu berupa lapangan pasir itu digali seadanya, terus dijadikan kuburan masal," imbuhnya.

"Kemudian untuk korban yang dirawat pun sudah mencapai kurang lebih sekitar 500-600 yang harus dirawat sementara daya tampung RSI untuk tahap pertama kita cuma 110, nah tahap kedua kita naikkan menjadi 325 sementara korban yang harus dirawat 500 sampai 600," lanjutnya.

Meski anaknya itu bukan petugas medis, Edi mengatakan bahwa Fiqri dan kedua relawan Indonesia lainnya itu juga turut membantu tenaga medis.

"Selain itu, bukan hanya tempat tidur, termasuk perlengkapannya, yang paling urgen kan untuk menggatungkan infus ya, sampai itu tiga relawan itu antara lain ya itu kegiatannya jadi dia membantu mengankat infus. Membantu seadanya walaupun dia bukan medic," pungkasnya.

(bel/isa)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads