Ketua TPN Ganjar Pranowo dan Mahfud Md, Arsjad Rasjid, merespons capres nomor urut 1, Anies Baswedan, yang mengkritik langkah pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) dengan tujuan pemerataan yang menurutnya justru menimbulkan ketimpangan yang baru. Arsjad menilai IKN merupakan simbol jika pembangunan Indonesia harus bersifat Indonesiasentris, bukan javasentris.
"Kalau kita bicara IKN, IKN itu simbol ya, simbol dari mana bahwa posisi ibu kota negara itu dikatakan itu merupakan simbolik bahwa pembangunan Indonesia itu tidak boleh lagi javasentirs tetapi indonesiasentris, itu simbolis," kata Arsjad di High End, Jakarta Pusat, Rabu (22/11/2023).
Menurutnya, IKN tidak mungkin dapat membawa perubahan ekonomi secara menyeluruh. Namun, dia mengatakan IKN ialah simbol masa depan Indonesia.
"Tidak mungkin, hanya IKN saja akan membawa seluruh ekonomi Indonesia. IKN itu simboliknya dan IKN itu menggambarkan masa depan Indonesia pada tahun 2045 nanti yang dibangun dari sekarang," paparnya.
"Sedangkan apa yang dilakukan adalah lebih dari simbol, bagimana memastikan pembangunan pemerataan yang harus dilakukan, itulah fokus kita," sambung dia.
Dia pun menuturkan jika fokus Ganjar-Mahfud ialah terhadap perkembangan ekonomi dan kepastian hukum. Sebab, kata dia, dua hal itu sangat sesuai dan bersentuhan dengan masyarakat.
"Di sisi ini, kemakmuran dan keadilan hanya bisa terjadi bilamana ada kepastian hukum, yang kita inginkan adalah pengembangan ekonomi ke depan yang lebih besar, yang lebih tinggi lagi," ungkapnya.
Anies Kritik IKN
Diberitakan sebelumnya, Anies ditanya pendapatnya soal pembangunan Ibu Kota Nusantara atau IKN saat acara dialog terbuka Muhammadiyah di UMS Surakarta. Salah satu panelis Siti Zuhro menanyakan apakah IKN prospektif untuk Indonesia.
Anies lantas menjawab bahwa tujuan membangun kota baru tidak akan menghasilkan pemerataan baru. Menurutnya, pembangunan kota baru hanya membuat ketimpangan dengan daerah sekitarnya.
"Yang IKN tadi, saya numpang jawab statement itu. Ketika tujuan membangun kota baru dan ibu kota baru adalah dengan alasan pemerataan, maka itu tidak menghasilkan pemerataan yang baru, mengapa? Karena itu akan menghasilkan sebuah kota baru yang timpang dengan daerah-daerah di sekitarnya," kata Anies dalam acara tersebut, seperti dikutip dari YouTube tvMu Channel, Rabu (22/11).
"Karena membangun 1 kota di tengah hutan itu sesungguhnya menimbulkan ketimpangan yang baru. Jadi antara tujuan dengan langkah yang dikerjakan itu nggak nyambung. Kami melihat di sini problem, karena itu ini harus dikaji secara serius karena tujuan kita Indonesia yang setara, Indonesia yang merata, argumennya sama, tapi menurut kami langkahnya bukan dengan membangun satu kota, tapi justru dengan membesarkan seluruh kota yang ada di seluruh Indonesia," tuturnya.
(amw/isa)