Desa Palaes yang terletak di Kecamatan Likupang Barat, Kabupaten Minahasa Utara, Sulawesi Utara bisa dikatakan punya potensi pariwisata yang istimewa. Kekayaan alam yang dimiliki Desa Palaes pun tak lepas dari peran Pemerintah Desa Palaes dan juga masyarakat yang saling bahu membahu menjaga lingkungan.
Kepala Desa Palaes atau yang biasa disebut Hukum Tua oleh masyarakat di sana, J Grace Morang mengatakan dalam pengembangan Desa Palaes menjadi desa wisata, pihaknya coba untuk merangkul masyarakat. Salah satu hal yang dilakukan pemerintah desa adalah mengajak masyarakat untuk menjaga lingkungan.
"Memang pertama-tama susah, apalagi untuk kerja bakti yang lain masih cuek-cuek. Ada juga yang semangat. Tapi lama-lama mereka bisa paham sendirinya bisa melihat ternyata kalau bersih ya enaklah dipandang. Terus bagaimana ramah terhadap orang Ketika ada tamu datang," kata Grace kepada detikcom beberapa waktu yang lalu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Untuk mengajak masyarakat menjaga lingkungan itu pun pemerintah desa melakukan beberapa jurus yang tak biasa. Seperti lewat pengeras suara hingga merangkul tokoh agama lewat kegiatan ibadah keagamaan. Sesekali pun pemerintah desa mengadakan makan bersama dan pertemuan, sehingga terjalin keakraban terhadap sesama.
"Ada trik-trik yang saya buat untuk masyarakat yang belum mendukung sepenuhnya pariwisata di desa ini dengan merangkul mereka setiap kali bertemu ada sapaan-sapaan akrab, sesekali bisa ajak makan bersama dan pertemuan-pertemuan sehingga terjalin keakraban. Salah satunya lewat peran tokoh agama yang saya ajak, semua tokoh agama yang ada di Desa Palaes baik dari umat Islam maupun Nasrani saya rangkul semua bisa berjalan sama-sama," imbuh Grace.
![]() |
Senada, Kepala Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Desa Palaes Adnan Butje Bojoh mengatakan untuk mendorong masyarakat mencintai dan menjaga lingkungan, pemerintah desa mengajak organisasi keagamaan dan kemasyarakatan. Adnan pun mengiyakan perlu satu perjuangan untuk mengubah mindset dan pola pikir masyarakat Desa Palaes.
Dirinya mengumpamakan masyarakat yang biasa membuang tinja di sungai, kini dibiasakan untuk menggunakan kloset ketika ingin buang air besar. Perumpamaan itulah yang coba disampaikan oleh Pemerintah Desa agar masyarakat dapat menjaga lingkungan, sehingga Desa Palaes bisa menjadi desa wisata.
"Jadi memang memerlukan perjuangan, tidak semudah membalikan telapak tangan. Tidak instan dalam artinya. Jadi disitu ya memang awal-awalnya bagaimana meyakinkan masyarakat itu memerlukan satu perjuangan dan upaya. Kita bersyukur semua komponen semua stakeholder terlibat langsung dalam rangka pengembangan desa kita melalui pengembangan desa wisata," tutur Adnan.
Sementara itu, Sekretaris BUMDes Desa Palaes yang juga tokoh agama Stenly Matius Sumual menuturkan karena Desa Palaes merupakan desa wisata, ia pun kerap mengajak umat yang hadir di acara keagamaan untuk mengambil waktu menikmati alam yang dimiliki oleh Desa Palaes.
"Saya mengajak masyarakat dalam kegiatan-kegiatan Rohani, selesai kegiatan itu saya ajak masyarakat mengambil waktu untuk menikmati alam atau mangrove yang ada, ciptaan tuhan yang indah. Ketika kita melihat mangrove itu juga bisa dijaga, agar supaya terjaga sampai generasi yang akan datang," ungkap Stenly.
![]() |
Desa Palaes yang sudah berusia 171 tahun memang menyimpan banyak sekali spot-spot wisata alam yang indah. Sebut saja wisata mangrove, air terjun, sumber mata air hingga trekking untuk melihat hewan langka tarsius. Desa Palaes juga memiliki wisata pasir putih yang tak jauh dari desa, yaitu Pulau Paniki.
Berkat keindahan alam dan masyarakat yang menjaga lingkungan, Desa Palaes dianugerahi Desa BRILian dari BRI. Desa Palaes mendapatkan juara 3 Desa BRILian se-Indonesia Timur. Adapun dipilihnya Desa Palaes menjadi Desa BRILian karena telah memenuhi syarat yang diberikan oleh BRI.
Pemimpin Cabang BRI Bitung Ronald Engelbert Pinontoan menjelaskan BRI melakukan pemilihan daerah-daerah yang dijadikan desa brilian, di antaranya yang pertama adalah tujuan BRI untuk mengembangkan desa itu, membantu meningkatkan kapabilitas desa dalam pengelolaan dan pengembangan desa.
"Syarat untuk menjadi desa brilian pertama adalah desa itu punya potensi besar untuk dikembangkan, namun pengembangannya masih terbatas sehingga BRI akan membantu desa itu untuk menggali potensi yang ada. Keuntungannya di antaranya adalah BRI secara langsung masuk membantu agar desa itu menjadi role model yang mampu mengembangkan desanya, di antaranya mempercepat digitalisasi pengelolaan keuangan dan usaha," jelas Ronald.
Sebagai informasi, detikcom bersama BRI mengadakan program Jelajah Desa BRILian yang mengulas potensi dan inovasi desa di Indonesia baik dari segi perkembangan ekonomi, infrastruktur, hingga wisata serta dampaknya terhadap masyarakat lokal maupun nasional. Untuk mengetahui informasi program Desa BRILian lebih lanjut, ikuti terus informasinya hanya di jelajahdesabrilian.detik.com!