Serunya berpetualang menaiki boat seperti adegan kejar-kejaran ikonik di Petualangan Sherina 2 tak hanya bisa dilakukan di sungai Kalimantan. Kamu pun bisa menjajal pengalaman wisata seru menaiki kapal sambil menikmati lanskap hijau bak 'Sherina' di Desa Palaes sembari menyusuri hutan mangrove.
Sebagaimana diketahui, Film Petualangan Sherina 2 tak hanya memuaskan kerinduan para penggemarnya. Namun sukses meraih antusiasme tinggi berkat keseruan kisah Sherina dan Sadam di hutan rimba Kalimantan.
Dalam salah satu adegan, duo petualang Sherina dan Sadam harus berkejaran dengan komplotan penculik bayi orangutan menggunakan perahu klotok. Pengambilan gambar film tersebut dilakukan di Sungai Pasel yang terletak pada salah satu desa di Kabupaten Katingan, Provinsi Kalimantan Tengah.
Meski begitu, pengalaman menaiki boat bak Sherina tak hanya bisa dirasakan oleh warga Kalimantan, tetapi juga di tempat lain dengan lanskap yang serupa. Misalnya, Di Desa Palaes, Kecamatan Likupang Barat, Kabupaten Minahasa Utara, Sulawesi Utara dengan pemandangan hutan mangrovenya yang indah.
Desa yang terpilih menjadi Juara 3 Desa BRILian Se-Indonesia Timur tahun 2022 ini mengembangkan potensi hutan mangrovenya menjadi destinasi wisata sejak 2021 lalu. Adapun potensi hutan mangrove di desa ini terbilang besar, yakni mencapai 35 hektare.
Untuk menjajal pengalaman serunya naik boat ini, kamu bisa berkendara menggunakan mobil/motor dari Kota Manado menuju Desa Palaes sekitar 40 km atau selama 1 jam 15 menit. Sebelum mulai menyusuri hutan mangrove dengan boat, kamu bisa trekking mangrove singkat sambil berjalan menuju dermaga kapal.
Kapal-kapal yang tersedia di sini dikelola oleh BUMDes Palaes. Untuk sekali sewa kapal dalam sehari, kamu akan dikenakan biaya sekitar Rp 300.000-350.000 per kapal.
Susur Hutan Mangrove Palaes hingga Pulau Paniki
Dari dermaga yang terletak di Desa Palaes, kamu bisa menyusuri sungai dengan hamparan pohon mangrove di kanan-kiri yang segar dan memanjakan mata. Beberapa waktu lalu, tim detikcom pun berkesempatan menyusuri hutan mangrove di Desa Palaes hingga ke Pulau Paniki yang berjarak kurang lebih 10 menit menggunakan boat.
Sejauh mata memandang, hamparan mangrove yang indah terlihat di pulau tak berpenghuni ini. Jika air laut sedang surut, kamu bisa berjalan dan menikmati pengalaman bermain di hamparan pasir putih layaknya berada di pulau pribadi.
Namun jika air sedang pasang, kamu pun bisa menikmatinya dengan berenang atau snorkling di laut yang jernih sembari melihat biota laut yang menarik seperti bintang laut dan ikan-ikan kecil. Potret matahari terbenam atau sunset pun tak boleh kamu lewatkan, sebab sunset di sini terlihat begitu cantik dengan latar belakang laut dan gunung sekaligus.
Jika beruntung, kamu pun bisa melihat ribuan kelelawar berterbangan di birunya langit Pulau Paniki yang juga dikenal sebagai destinasi Wisata Pulau Kelelawar.
Pengembangan Wisata Mangrove Palaes
Keindahan hutan mangrove ini pun pernah diapresiasi langsung oleh Ketua DPR RI Puan Maharani saat berkunjung melihat destinasi wisata di Likupang. Diketahui, Puan yang saat itu berkunjung bersama rombongan untuk berwisata jetski mengapresiasi hutan mangrove yang dirawat dengan indah sehingga layak untuk menjadi destinasi wisata.
Kepala Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Adnan Butje Bojoh menyampaikan keindahan hutan mangrove ini merupakan salah satu keunggulan yang dimiliki Desa Palaes. Menurutnya, hadirnya hutan mangrove yang menjadi potensi wisata ini membuat Palaes bisa menjadi desa penyangga untuk objek-objek wisata di Likupang.
"Jadi itulah salah satu kelebihan alam yang Tuhan kasih. Kita di sini terkoneksi dengan berbagai kegiatan dari pertanian, perkebunan, perikanan," ujarnya.
Sekretaris BUMDes Palaes sekaligus Tokoh Agama setempat Stenly Matius menambahkan hutan mangrove ini perlu dirawat agar terus terjaga hingga generasi mendatang. Melalui hutan mangrove ini, ia berharap desa wisata Palaes akan semakin maju dan memberi manfaat.
"Bukan hanya pada para pengunjung saja, tapi juga bagi masyarakat Desa Palaes sendiri. Dengan terbukanya wisata yang ada di Desa Palaes (semoga) bisa bertambah penghasilan penduduk desa. Baik dari hasil jualan kuliner dan lain-lain, agar masyarakat bisa menikmatinya dan sejahtera," harapnya.
Sementara itu, Kepala Desa atau Hukum Tua Desa Palaes J Grace Morong mengungkapkan potensi mangrove ini sudah ada sejak ratusan tahun lalu. Sejak menjadi hukum tua, ia pun mulai giat mengembangkan desa wisata dari potensi tersebut.
"Jadi itu memang ada nilai plus bagi Desa Palaes sehingga desa ini cukup dikenal. Walaupun masih baru mengembangkan pariwisata. Kami pertama-tama menggunakan dana desa tahun 2021 untuk mengembangkan trekking mangrove," kata Grace.
"Kemudian (akan) menyusul juga untuk agrowisata, wisata budaya dan adat, juga untuk budi daya kolam ikan atau ikan air tawar," imbuhnya.
Sebagai informasi, detikcom bersama BRI mengadakan program Jelajah Desa BRILian yang mengulas potensi dan inovasi desa di Indonesia. Baik dari segi perkembangan ekonomi, infrastruktur, hingga wisata serta dampaknya terhadap masyarakat lokal maupun nasional. Untuk mengetahui informasi program Desa BRILian lebih lanjut, ikuti terus informasinya hanya di jelajahdesabrilian.detik.com!
(ega/ega)