PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BRI) melalui BRI Peduli mengajak warga di tepi sungai Citarum untuk mengelola sampah menjadi barang yang bernilai ekonomi.
Corporate Secretary BRI Agustya Hendy Bernadi mengatakan banyaknya tumpukan sampah di sungai perlu mendapatkan perhatian serius. Namun ketika bisa dikelola dengan baik, sampah yang sering dianggap 'masalah' justru bisa membawa berkah bagi masyarakat sekitarnya.
"Dalam pelaksanaannya kami berkolaborasi dengan berbagai pihak untuk mewujudkan upaya bersama membantu mengatasi masalah sampah dan lingkungan," kata Agustya dalam keterangan tertulis, Jumat (17/11/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tak bergerak sendiri, BRI turut menggandeng berbagai pihak, termasuk para pegiat sampah untuk mewujudkan upaya mengatasi persoalan sampah di daerah perkotaan atau daerah padat penduduk. Salah satunya yaitu Yayasan Bening Saguling.
"Yayasan Bening Saguling memiliki track record yang bagus, dan sudah menunjukkan kiprahnya sebagai penggerak lingkungan yang perlu dan terus kita dukung. Semoga kolaborasi ini dapat terus ditingkatkan dan apa yang sudah kita lakukan menjadi kisah inspiratif bagi masyarakat di daerah lain dalam hal ini edukasi dan pengelolaan sampah," jelasnya.
Sementara itu, salah satu pengurus Yayasan Bening Saguling Indra Darmawan menceritakan yayasan tersebut sudah berdiri sejak tahun 2014. Adapun yang menjadi fokus utama Yayasan Bening Saguling yaitu masalah lingkungan, terutama di sekitar Sungai Citarum.
"Tujuan kami adalah bagaimana membangun kolaborasi ke seluruh pihak untuk melestarikan lingkungan dan juga memberdayakan masyarakat sekitar Sungai Citarum," tutur Indra.
Hal itu mendorong pihaknya untuk mengajak masyarakat terjun langsung menjadi pengumpul sampah atau yang disebut Pelestari. Dengan sampan-sampan kecil, para pelestari yang sudah terlatih tersebut mengambil sampah yang tergenang di sekitaran Sungai Citarum. Ketika sudah terkumpul, sampah ini kemudian dipilah dan dijual yang hasilnya menjadi pendapatan masyarakat.
"Fokus kami adalah bagaimana melestarikan sungai dan memberdayakan masyarakat. Karena kami yakin tidak mungkin sebuah kawasan bisa bersih bisa lestari. Tanpa kita mengikutsertakan masyarakat di sekitar lingkungan itu sendiri. Ini harta karun yang hasil keuntungan ini tidak dinikmati hanya kita saja, tetapi untuk warga," katanya.
Dalam pengolahan sampah tersebut, kata dia, terdapat program 'kredit plastik'. Nantinya sampah yang dipilah dapat dijual lagi dan menghasilkan uang. Setiap 60 ton sampah plastik memiliki nilai jual sekitar Rp 300 ribu dan khusus sampah botol bisa bernilai lebih besar.
Tak hanya sampah plastik, terdapat juga potensi pendapatan lain dari Waduk Saguling, yaitu eceng gondok yang dianggap sebagai tanaman parasit. Tumbuhan ini bisa diberdayakan menjadi perabotan hingga atap gazebo yang menjadi penggerak ekonomi warga sekitar.
"Dari pendapatan itu, kita kembalikan ke masyarakat. Contohnya sekolah berbayar sampah dan klinik pengobatan," jelasnya.
Di sisi lain, salah seorang warga yang sudah aktif menjadi Pelestari Sungai Citarum selama 7 tahun Endang Mulyang mengakui sejak kehadiran Bening Saguling, dirinya memiliki penghasilan yang lebih stabil.
"Alhamdulillah sekarang penghasilan sudah lebih stabil ketimbang dulu. Saya punya satu anak, sekarang sudah di bangku SMA kelas dua. Baik uang bangunan, uang transportasi untuk sekolah anak saya dibantu dengan oleh yayasan ini," tutupnya.
(akd/akd)