Selain Porong, Lumpur di Sedati Sidoarjo Sudah Membukit
Rabu, 01 Nov 2006 17:11 WIB
Sidoarjo - Sebelum lumpur panas menyembur dari sekitar lokasi pengeboran Lapindo Brantas Inc, ternyata di Kabupaten Sidoarjo telah ada semburan lumpur, bahkan kini sudah menjadi bukit. Semburan itu berada di antara Desa Buncitan Tani dengan Gunung Rejo Kecamatan Sedati. Lokasinya berada di sebelah timur Kecamatan Sedati. Kira-kira dari kantor kecamatan ini berjarak satu kilometer, bersebelahan dengan Candi Tawangalun, yang berada di atas perbukitan tersebut.Pengamatan detikcom di lapangan, semburan lumpurnya memang tergolong cukup kecil dibandingkan lumpur Porong. Di bebukitan itu terdapat titik-titik kecil yang terus mengeluarkan lumpur. Konon dulunya titik semburan jumlahnya mencapai puluhan. Namun kini sudah berkurang karena banyak yang sudah berhenti menyembur. Semburan itu diyakini terjadi sejak berpuluh-puluh tahun silam. Bahkan karena terlalu lamanya, penduduk desa setempat tidak ada yang bisa memastikan sejak kapan luapan lumpur yang juga keluar dari perut bumi itu terjadi. Seorang warga, Marjuni Agustinus, juga mengakui jika dirinya yang tinggal sejak tahun 1994 sudah bisa menyaksikan bukit yang berasal dari semburan lumpur tersebut."Saya sudah tinggal di sini sejak tahun 1994. Ketika itu kawasan ini memang sudah jadi bukit dan terus mengeluarkan lumpur hingga sekarang," tutur Marjuni.Jarak rumah Marjuni dengan lokasi semburan ini tergolong paling dekat. Letaknya berada di sebelah bukit lumpur itu. Jika ditempuh jalan kaki, tidak lebih 3 menit. "Warga di sini tidak ada yang tahu kapan kali pertamanya menyembur," katanya.Informasi dari warga setempat, kapan waktu lumpur menyembur pertama kalinya tidak bisa diketahui pasti. Yang jelas, sudah terjadi sejak ratusan tahun lalu."Banyak titik semburan yang sudah mati. Dulunya sih katanya banyak semburan sehingga sekarang ini sudah membentuk bukit. Kabarnya ratusan titik," kata Suwito, warga setempat, Rabu (1/11/2006).Lokasi utama semburan yang paling besar diyakini berada di tengah-tengah puncak bukit. Sebab terlihat luapan lumpur yang masih menggenang membentuk kubangan.Lumpur yang menyembur ke permukaan dan telah membukit ini sendiri memang ada kemiripan dengan semburan di Porong. Air dan warna lumpur yang keluar sama. Hanya saja yang membedakan adalah debit semburan yang lebih kecil dan kedua, lumpur yang keluar di Sedati ini tidak panas. Tetapi ketika dirasakan, rasanya sama-sama asin.selain semburannya kecil, lumpur yang keluar pun tidak sampai merusak perumahan maupun lahan pertanian warga. Bahkan oleh warga lumpur yang keluar dan sudah mengering itu dimanfaatkan sebagai material pembangunan.Beberapa bagian bukit lumpur yang mulai terkikis sehingga menyerupai jurang. Berkurangnya tanah ini karena diambil untuk menguruk kawasan perumahan tertentu.Warga setempat sendiri juga mencurigai jika semburan yang terjadi di daerahnya mempunyai hubungan dengan semburan lumpur yang terjadi di Porong maupun daerah lain di Jawa Timur. "Dugaan itu memang ada. Tapi untuk membuktikan biar para ahlinya yang bicara," kata Suwito menambahkan.Perlu diketahui, sebelumnya anggota Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Jatim, Sofyan Hadi, menyatakan jika semburan yangt terjadi di Porong, Sedati, Gunung Anyar Surabaya hingga Kecamatan Geger Bangkalan termasuk satu garis patahan. Dalam sejarah, mud volcano pernah terjadi, berdasarkan peta geologi buatan Belanda 1938 memperlihatkan bahwa di peta Sidoarjo terdapat dua "moddervulkanen" atau "mudvolkano" (gunung lumpur) di daerah Gedangan. Satu di Poeloengan dan satu lagi di Desa Betro, Buncitan,Kalang Anyar.Blok Brantas (lokasi eplorasi dan ekploitasi Lapindo) berada pada jalur "Active Mud Volcano" yang membentang dari Purwodadi - Cepu - Bojonegoro - Porong. Fenomena gunung lumpur juga didapati di Sangiran, Kuwu Purwodadi (masih aktif menyembur sampai sekarang), Tuban, Koneng, Bangkalan, Gunung Anyar di Rungkut Surabaya (masih aktif), Gedangan Sidoarjo, Banjarpanji fase erupsi besar, sebelah utara Probolinggo, sebelah utara Bali sampai sebelah utara Lombok (NTB). Tiga lokasi terakhir ini semuanya di bawah permukaan laut.
(gik/nrl)