Kenneth DPRD DKI: Pemprov Harus Siaga Antisipasi Banjir di Musim Hujan

Kenneth DPRD DKI: Pemprov Harus Siaga Antisipasi Banjir di Musim Hujan

Inkana Putri - detikNews
Senin, 06 Nov 2023 14:57 WIB
Anggota Komisi D DPRD DKI Jakarta dari Fraksi  PDI Perjuangan, Hardiyanto Kennet
Anggota Komisi D DPRD DKI Jakarta dari Fraksi PDI Perjuangan Hardiyanto Kenneth (Dok. DPRD DKI)
Jakarta -

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geologi (BMKG) memprakirakan wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi (Jabodetabek) akan didominasi oleh hujan sepekan ke depan menjelang kedatangan musim hujan. Hal tersebut berkaitan dengan peralihan angin timuran dari arah Australia, atau disebut monsoon Australia menjadi angin baratan atau monsoon Asia atau angin yang berasal dari arah benua Asia.

Menanggapi hal tersebut, Anggota Komisi D DPRD DKI Jakarta, Fraksi PDI Perjuangan Hardiyanto Kenneth mengatakan Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta harus siap siaga mengantisipasi menghadapi cuaca ekstrem musim peralihan pancaroba di ibu kota, seperti melakukan pembersihan saluran air secara signifikan untuk memastikan aliran air tidak terhambat oleh sampah atau lumpur.

"Pemprov DKI harus siaga untuk menghadapi cuaca ekstrem pasca peralihan pancaroba. Dinas SDA (sumber daya air) harus melakukan pemantauan dan pembersihan saluran air secara signifikan, agar tidak terhambat sampah dan lumpur, lalu rutin melakukan pengerukan waduk di sejumlah titik di Jakarta agar meningkatkan kapasitas penampungan air," ujar Kenneth dalam keterangannya, Senin (6/11/2023).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Selain itu, Pemprov DKI juga harus segera mempercepat pengerjaan pemasangan turap di seluruh bantaran kali terutama di aliran Kali Ciliwung, Kali Angke, Kali Sunter dan Kali Pesanggrahan yang melewati kawasan Kelurahan Kembangan Utara, Jakarta Barat. Adapun hal itu dilakukan agar warga yang tinggal di bantaran kali tidak selalu menjadi korban langganan banjir. Pasalnya, banjir di lingkungan ini sudah berlangsung selama tiga dekade.

"Percepat pembangunan turap di Aliran Kali Ciliwung, Angke, Sunter dan Pesanggrahan yang melewati kawasan Kembangan, Jakarta Barat, hal ini untuk mengantisipasi air kali yang meluap ke permukiman warga. Karena rata rata warga yang tinggal di bantaran kali ini sudah mengalami bencana banjir sejak 2002 dan tidak pernah ada solusi. Kemudian Pemprov juga harus segera melakukan percepatan normalisasi 12 kali/sungai serta perbaikan tanggul di wilayah Jakarta Utara dan Jakarta Barat, hal itu termasuk dalam langkah-langkah pengendalian banjir," beber Kepala Badan Penanggulangan Bencana (BAGUNA) DPD PDI Perjuangan Jakarta itu.

ADVERTISEMENT

Pria yang akrab disapa Bang Kent itu pun juga meminta Pemprov DKI agar mengimbau warga yang tinggal dibantaran kali mewaspadai air kiriman dari Bogor. Sebab, Tinggi Muka Air (TMA) dan debit Sungai Ciliwung di Bendung Katulampa, Kota Bogor meningkat mencapai angka 70 centimeter atau Siaga 4, pada Kamis (2/11/2023) sore.

"Karena daerah Bogor saat ini kerap dilanda hujan deras dan TMA Bendung Katulampa sudah Siaga 4, itu harus diwaspadai kepada warga yang tinggal dibantaran kali, walaupun cuaca di Jakarta saat ini masih cerah berawan," papar Kent.

Kent menjelaskan berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta, titik banjir dan genangan di Jakarta meluas hingga 54 RT yang terendam, pada Minggu (5/11) per pukul 12.00 WIB. Angka tersebut mengalami penambahan dari sebelumnya 22 RT.

Sementara air merendam wilayah Jakarta Selatan dan Jakarta Timur, dengan ketinggian berkisar antara 30 cm hingga 250 cm. Adapun, penyebab munculnya rendaman mulai dari efek curah hujan tinggi hingga luapan kali.

"Pada Sabtu (4/11) kemarin, hujan menyebabkan genangan di wilayah DKI Jakarta. Kemarin itu menurut catatan BPBD terjadi di 22 RT, dan saat ini menjadi 54 RT atau 0,175 persen dari 30.772 RT yang ada di Jakarta. Artinya warga Jakarta masih dihantui bencana banjir, meskipun hujan tidak terlalu lama. Dinas dan Sudin SDA harus menugaskan Kasatpel di tiap kecamatan untuk benar benar melakukan pengecekan ke saluran-saluran air di pemukiman warga dan juga jalan protokol," tegasnya.

Lebih lanjut, Kent meminta Pemprov DKI agar mewaspadai sejumlah pintu air di Jakarta. Pasalnya, tinggi muka air di Pos Pantau Sunter Hulu usai hujan statusnya naik menjadi bahaya atau Siaga 1, pada Minggu (5/11), tinggi air mencapai 265 cm per pukul 01.00 WIB, yang sebelumnya pukul 00.00 WIB. Sementara Pos Sunter Hulu tinggi airnya mencapai 230 cm dan statusnya Siaga 2.

"Pintu air Sunter Hulu itu harus diwaspadai untuk warga Jakarta Timur, karena airnya akan berada ke Pintu Air Pulogadung. Intinya Pemprov harus gerak cepat," tuturnya.

Dalam menghadapi banjir, sambung Kent, Pemprov DKI Jakarta juga harus menyusun strategi operasional dan menempatkan satuan tugas pelaksana di titik-titik rawan banjir untuk membersihkan lokasi banjir dan memastikan pompa pengendali banjir berfungsi dengan baik saat dibutuhkan.

Selanjutnya, Ketua IKAL PPRA LXII Lemhannas RI ini meminta Unit Pelaksana Kebersihan (UPK) Badan Air Dinas Lingkungan Hidup Provinsi DKI Jakarta harus terus melakukan pengawasan persoalan sampah di lokasi-lokasi rawan banjir.

"Kalau kita mau menghimbau jangan membuang sampah sembarangan, tingkat kesadaran masyarakat masih kurang. Kita kan tidak mungkin menyerah begitu saja, harus ada usaha. Petugas-petugas UPK Badan Air Dinas Lingkungan Hidup harus kerja ekstra untuk mengontrol sampah, kalau ada sampah yang mengalir ke rumah pompa harus segera diangkat dengan cepat. Lalu Dinas SDA dan para Kasatpel di tiap kecamatan harus rajin menguras lumpur di saluran air pemukiman dan jalan protokol. Semua langkah ini menjadi bagian dari upaya bersama untuk mengurangi dampak banjir dan memastikan kenyamanan warga Jakarta saat musim hujan tiba," ucapnya.

Sebelumnya, Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geologi (BMKG), Dwikorita Karnawati mengatakan musim hujan di Indonesia berkaitan dengan peralihan angin timuran dari arah Australia, atau disebut monsoon Australia menjadi angin baratan atau monsoon Asia atau angin yang berasal dari arah benua Asia.

Khusus di Pulau Jawa, berdasarkan Analisis Iklim BMKG 'Prakiraan Musim Hujan 2023/2024 di Indonesia', 117 ZOM mulai dapat hujan di November 2023 dasarian I-III, 54 ZOM di Desember 2023 dasarian I-III, dan dua ZOM di Januari 2024 dasarian I.

BMKG juga memprediksi puncak musim hujan 2023/2024 di Pulau Jawa terjadi mulai Desember 2023 hingga Februari 2024. Khusus untuk wilayah Jabodetabek, BMKG memprakirakan musim hujan terjadi mulai November. Contohnya, Jakarta Barat, Jakarta Pusat, Jakarta Timur, dan Jakarta Selatan mulai hujan pada dasarian (10 hari) kedua November.

Sebelum musim hujan datang, BMKG telah melaporkan prakiraan curah hujan Jabodetabek sepekan ke depan. Sebagai acuan, berikut kategori curah hujan menurut BMKG :

- Hujan ringan: 0,5-20 mm per hari

- Hujan sedang: 20-50 mm per hari

- Hujan lebat 50-100 mm per hari

- Hujan sangat lebat: 100-150 mm per hari

- Hujan ekstrem: di atas 150 mm per hari

Di luar acuan di atas, ada curah hujan lebih ringan lagi yang menjurus ke tanpa hujan, yakni 0,1-5 mm per hari.

(ega/ega)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads