Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyampaikan informasi terkait peralihan musim (pancaroba) di Indonesia tahun ini. Umumnya, BMKG menyebut, Indonesia sudah mulai masuk pancaroba di bulan Oktober 2023.
Pancaroba merupakan peralihan musim dari musim kemarau ke musim hujan. Menurut BMKG, pada masa pancaroba akan ada potensi terjadinya cuaca ekstrem. Oleh karena itu, BMKG menghimbau masyarakat untuk waspada.
Untuk mengetahui lebih lanjut, simak penjelasan BMKG beserta imbauan terkait potensi cuaca ekstrem di masa pancaroba untuk seluruh masyarakat di Indonesia berikut ini:
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kapan Indonesia Masuk Pancaroba di Tahun 2023?
Menurut keterangan resmi BMKG, secara umum sebagian besar wilayah Indonesia akan memasuki pancaroba atau peralihan musim dari musim kemarau ke musim hujan pada bulan Oktober hingga Desember 2023. Sementara puncak musim hujan akan terjadi pada bulan Januari hingga Februari 2024.
"BMKG memprediksi awal musim hujan 2023/2024 umumnya akan terjadi pada bulan Oktober - Desember 2023 yaitu sebanyak 477 Zona Musim (ZOM) atau 68,2 persen. Sementara puncak musim penghujan umumnya diprakirakan pada bulan JANUARI - FEBRUARI 2024, yaitu sebanyak 385 ZOM (55,1%)," keterangan yang disampaikan Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati.
Imbauan BMKG: Waspada Bencana Hidrometeorologi
Lebih lanjut, Kepala BMKG Dwikorita Karnawati turut mewanti-wanti seluruh masyarakat Indonesia untuk mewaspadai potensi cuaca ekstrem di masa pancaroba atau peralihan dari musim kemarau ke musim hujan. Dia menyebut potensi bencana hidrometeorologi.
"Cuaca ekstrem berpotensi besar terjadi selama musim peralihan. Mulai dari hujan lebat disertai petir dan angin kencang serta hujan es," ungkapnya dalam Live Webinar 'Kapan Musim Hujan akan Datang?' yang diselenggarakan Institut Teknologi Bandung, Sabtu (28/10/2023).
"Curah hujan dapat menjadi salah satu pemicu bencana hidrometeorologi basah, seperti banjir bandang dan tanah longsor. Karenanya, kepada masyarakat yang tinggal didaerah perbukitan yang rawan longsor, kami mengimbau untuk waspada dan berhati-hati," tuturnya.
Selain kepada masyarakat, Dwikorita juga meminta kementerian/lembaga, pemerintah daerah, dan institusi terkait untuk melakukan langkah mitigasi terhadap kemungkinan terjadinya bencana hidrometeorologis selama musim hujan, terutama di wilayah yang mengalami Sifat Musim Hujan Atas Normal (lebih basah dibanding biasanya). Wilayah tersebut diprediksi mengalami peningkatan risiko bencana banjir dan tanah longsor.
Dwikorita menambahkan, bagi Pemerintah Daerah diharapkan dapat lebih optimal dalam mengedukasi masyarakat tentang cara menghadapi risiko bencana hidrometeorologis yang mungkin terjadi selama musim hujan serta pentingnya memperhatikan peringatan dini.
"Pemerintah daerah dan sektor terkait juga diharapkan dapat menjadikan informasi Prakiraan Musim Hujan 2023/2024 ini sebagai acuan untuk menyusun rencana Aksi Dini (Early Action), dalam rangka menekan kerugian yang dapat ditimbulkan adanya bencana hidrometeorologis," pungkasnya.
(wia/imk)