'Senjata Sumimasen' saat Mengitari Red Light District di Tengah Tokyo

Laporan dari Tokyo

'Senjata Sumimasen' saat Mengitari Red Light District di Tengah Tokyo

Dhani Irawan - detikNews
Selasa, 24 Okt 2023 08:31 WIB
Kabukicho, kawasan red light district di Tokyo, Jepang.
Foto: Kabukicho, kawasan red light district di Tokyo, Jepang. (Dhani/detikcom)
Tokyo -

Istilah 'warung remang-remang' tak cocok sama sekali untuk menggambarkan red light district tersohor di tengah Kota Tokyo, Jepang ini. Kabukicho namanya yang gemerlap, berhias lampu warna-warni, dan serba mencolok.

Di bulan Oktober 2023 saat pertengahan musim gugur di Tokyo yang suhunya berkisar 20-24 derajat Celcius, saya dan dua kawan sesama jurnalis dari Jakarta iseng-iseng mengitari Kabukicho. Berbekal pengetahuan minim, kami melangkahkan kaki dari penginapan kami di bilangan Shinjuku menuju kawasan yang lekat dengan bisnis dewasa itu.

Kami berjalan sekitar 10 menit ke arah selatan atau ke arah stasiun subway Shinjuku-nishiguchi. Gedung Don Quijote atau pertokoan bebas pajak yang penuh dengan para pelancong menjadi patokan. Sebab di seberang jalannya di situlah Kabukicho berada dengan dua plang neon warna merah menyala. Dua plang neon itu tampak seperti 2 huruf U yang melebar dan saling silang. Di tengahnya berjejer aksara Jepang atau kanji.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Di situlah kami disambut gerbang utama Kabukicho yang ikonik. Orang berlalu lalang di jalanan yang tak dilintasi kendaraan. Di sisi kanan-kiri berderet restoran menjajakan berbagai kuliner. Banyak pula toko-toko suvenir yang masih terlihat umum. Bila melihat suasananya mungkin tak ada yang mengira bila kawasan ini red light district.

Namun semakin menjelajah ke dalam, barulah tampak jasa lain yang ditawarkan. Gambar-gambar wanita dengan pakaian seksi mencuri perhatian. Di papan reklamenya tercantum harga misalnya 3.000 yen atau sekitar Rp 317 ribu untuk durasi 1 jam. Harga-harga itu biasanya untuk host dan hostess yaitu wanita atau pria yang akan menemani kami untuk minum-minum di club. Namun kami sudah diwanti-wanti tour leader kami untuk tak terkecoh karena kabarnya biaya bisa membengkak bila berani mencoba.

ADVERTISEMENT

Di pertokoan sekitar pun tampak menjajakan berbagai mainan dewasa seperti dildo hingga kostum-kostum lingerie tematik seperti sexy maid lingerie, nurse lingerie, hingga police lingerie. Pemandangan seperti ini jelas tidak secara terbuka bisa kami jumpai di Tanah Air.

Kian malam kawasan Kabukicho malah semakin ramai. Perjalanan kami berlanjut. Lebih dalam lagi ke gang-gang sekitar Kabukicho, langkah kami terhenti. Sesosok pria Jepang mendekati kami. Perangainya seperti hendak menawarkan sesuatu. Namun karena bahasa Jepang kami terbatas jadi kami tak tahu pasti apa yang ditawarkannya.

Kabukicho, kawasan red light district di Tokyo, Jepang.Foto: Kabukicho, kawasan red light district di Tokyo, Jepang. (Dhani/detikcom)

Salah satu rekan menolak halus dalam bahasa Inggris. Namun si pria ini keukeuh. Gesturnya tampak meminta kami menunggu sembari menunjukkan galeri di ponselnya. Isinya?

Deretan wanita-wanita Jepang dengan pakaian serba minim. Oalah, ternyata dia hendak menawarkan jasa dari wanita-wanita ini ke kami. Kawan saya tadi tetap menolak hingga saya pun berucap, 'Sumimasen' atau 'Maaf' seraya terus mengeloyor meninggalkannya. Jurus itu rupanya berhasil. Si pria itu tak mengejar meski langkah kami tetap konstan.

Simak selengkapnya di halaman berikutnya.

Lihat juga Video: Pemobil Tabrak Pejalan Kaki di Tokyo Jepang, 7 Orang Terluka

[Gambas:Video 20detik]



Memang niat kami sedari awal hanya jalan-jalan menuntaskan rasa penasaran tanpa harus menyelam terlalu dalam. Kami yang terus berjalan malah menuju ke sudut-sudut gelap di Kabukicho. Di sini kafe-kafenya lebih menjurus. Wanita-wanita Jepang berpakaian maid menggoda di depan kafe meski tidak secara agresif.

Yang lebih agresif justru pria-pria tinggi tegap berkulit hitam yang muncul ke arah kami. Caranya sangat khas. Pertama mengajak fist bump. Lalu mengiringi kami berjalan sembari menawarkan jasa wanita-wanita yang sudah menunggu di dalam kafe.

"Bro, woman bro," ucapnya.

Lagi-lagi kami menolak halus dan langkah kami dibiarkan saja. Sayangnya jurus 'Sumimasen' hampir selalu saya gunakan. Sebab di tiap persimpangan gang selalu ada pria tinggi tegap berkulit hitam yang mengajak fist bump. Duh!

Halaman 2 dari 2
(dhn/aud)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads