Berburu Lailatul Qadar di Masjidil Haram (1)
Pengalaman Umrah ala 'Koboi'
Minggu, 22 Okt 2006 17:02 WIB
Mekkah - Mendapatkan Lailatul Qadar di kala bulan suci Ramadan menjadi harapan besar bagi umat Islam. Walhasil, berbagai upaya akan dilakukan untuk mendapatkan pahala dari malam yang bernilai seribu bulan ini.Seorang pembaca detikcom, Imam Nur Azis menceritakan pengalamannya saat melaksanakan umrah di tanah suci Mekkah. Demi dapat melaksanakan iktikaf di Masjidil Haram, Imam nekat melakukan cara-cara 'koboi' sejak mengurus visa keberangkatannya."Demikian nekatnya bahkan visa umroh kami urus 4 hari sebelum 10 hari akhir Ramadan. Padahal izin visa sudah sejak 1 Ramadan ditutup. Namun layaknya koboi, kami datangi Atase Agama Kedutaan Saudi Arabia dan mendapat visa mujammalah alias basa-basi diplomasi untuk 2 pekan," cerita Imam, Minggu (22/10/2006).Tantangan berikutnya yang harus dihadapi Imam beserta 4 rekannya yang turut berangkat adalah menghadapi jutaan orang saat malam-malam ganjil di akhir Ramadan."Masjidil Haram sudah dipadati lautan jutaan manusia. Ibadah umroh mulai tawaf dan sa'i yang biasanya 1 jam usai harus ditempuh empat jam lebih akibat berjubelnya jamaah," bebernya.Konon jika kapasitas Masjidil Haram adalah dua juta orang, maka pada malam-malam ganjil seperti malam ke-27 kepadatannya melebihi musim haji, karena jamaah salat terkonsentrasi hanya di Masjidil Haram. Harian berbahasa Arab Okaz pada 19 Oktober 2006 memberitakan puncak malam ke-27 dipenuhi 3,5juta jamaah tarawih pemburu lailatul qodar datang dari berbagai penjuru dunia.Masih menurut koran terkemuka ini, jamaah iktikaf malam itu meninggalkan hingga 151 ton sampah, termasuk 15.000 sajadah yang ditinggalkan di dalam Masjidil Haram. Ada 1.500 alat pembersih yang nonstop bekerja, gunungan sandal yang ditinggal pemiliknya pun tergusur mesin-mesin pembersih. Sekitar 3.000 bilik WC pun padat antrian mereka yang buat hajat. Meski setiap hari toilet dibersihkan 3 kali oleh petugas berbaju biru bertulisan 'Bin Ladin Group',tetap saja seperti tidak berfungsi alias bau tetap menyengat.Imam kemudian menuturkan pengalamannya bertemu seorang petugas pembersih toilet (hammaam) dari Tasikmalaya bernama Dede (30). Kepada Imam, Dede mengisahkan dirinya dan teman-teman sekerjanya hanya berdiri selama shift malam itu karena penuh sesaknya jamaah."Berdiri dan tidak membersihkan adalah pilihan terbaik karena ruang gerak manusia benar-benar terbatasi," tutur Imam yang juga Staf Khusus Ketua MPR Hidayat Nurwahid ini.Imam kemudian menceritakan pengalaman yang dialami rekannya Hermanto. Hermanto sempat hampir tak kuat menahan emosi karena saat baru saja masuk ke dalam toilet beberapa detik, pintu toilet sudah digedor karena antrean panjang yang tidak sabar. Rekannya yang lain, Masyudi, terpaksa tidak dapat kembali ke dalam Masjidil Haram karena terjebak di tengah lautan manusia.Bagaimana dengan penginapan? Imam mengungkapkan harga hotel melonjak hingga 100 persen lebih di musim Ramadan. Bahkan ada yang mencapai 10 kali lipat, hingga ribuan Riyal.Bahkan sebagian jama'ah terpaksa menjadikan Masjidil Haram sebagai 'tempat penginapan'. Perebutan mendapatkan 'lapak' alias tempat salat atau tempat tidur sudah tidak bisa ditawar lagi.Yang disebut lapak adalah tanda 'pemilikan atau pemesanan' ruang salat berupa selimut yang digelar, sajadah atau tempat duduk lipat, bahkan acapkali hanya berupa peci (kopiah) pemilik lapak.Menurut Imam, dengan kriteria fleksibel seperti ini maka adegan saling geser lapak salat atau iktikaf di dalam masjidil haram menjadi pemandangan biasa setiap saat menjelang salat wajib atau tarawih."Adu mulut pun sering meledak karena saling klaim atau berebut tempat agar lapak tidak direbut. Kami juga menerapkan jaga giliran jika salah satu dari lima anggota rombongan harus uzur keluar dari shaf jamaah. Maklum, mempertahankan posisi laksana mempertahankan kemerdekaan eksistensi saja," tuturnya lagi.Maklumlah, berbagai cara akan dilakukan untuk memburu Lailatul Qadar, yang nilainya lebih baik dari kebaikan dalam seribu bulan. "Kenapa kami demikian kekeuh? Simpel saja, karena yang lain juga bertindak serupa demi memburu Lailatul Qadar," pungkasnya.
(jon/jon)