Asal-usul Kata Santri hingga Makna Istilahnya

Asal-usul Kata Santri hingga Makna Istilahnya

Kanya Anindita Mutiarasari - detikNews
Sabtu, 21 Okt 2023 17:14 WIB
Ilustrasi Santri
Ilustrasi santri (Foto: Getty Images/iStockphoto/wichianduangsri)
Jakarta -

Hari Santri termasuk salah satu peringatan nasional yang jatuh pada tanggal 22 Oktober. Hari Santri Nasional bertujuan untuk menghormati dan memperingati peran santri dalam sejarah bangsa Indonesia.

Lalu, apa pengertian kata santri? Bagaimana asal-usul kata santri? Yuk, simak penjelasan di bawah ini.

Apa itu Santri?

Masyarakat mengenal santri sebagai siswa atau murid yang mempelajari ilmu agama Islam di pondok pesantren. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), santri adalah orang yang mendalami agama Islam atau orang yang beribadah dengan sungguh-sungguh.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Adapun menurut Diplomasi Santri oleh Arifi Saiman, santri adalah sosok agamis yang kesehariannya memakai sarung, peci, dan bertempat tinggal di pesantren atau tempat menimba ilmu agama Islam.

Asal-usul Kata Santri

Mengutip buku berjudul Diplomasi Santri karya Arifi Saiman, santri dahulu dikenal sebagai kaum sarungan. Istilah kaum sarungan dimaknai sebagai kaum agamis tradisionalis yang kesehariannya tidak jauh dari musala, masjid, pesantren, dan kitab kuning.

ADVERTISEMENT

Kaum santri juga disebut memberikan kontribusi penting pada masa kemerdekaan, di mana mereka terjun ke medan laga untuk berperang melawan penjajah di tanah air. Peristiwa pertempuran Kota Surabaya tahun 1945 menjadi saksi keheroikan para santri.

Semangat para santri mengusir penjajah tidak lepas dari pengaruh resolusi jihad K.H. Hasyim Asy'ari dengan fatwanya Hubbul wathan minal iman (cinta tanah air sebagian dari iman). Resolusi jihad K.H. Hasyim Asy'ari tanggal 22 Oktober 1945 merupakan momentum penting kaum santri.

Resolusi jihad tersebut juga menjadi cikal bakal Hari Santri Nasional yang diperingati setiap tahun pada 22 Oktober. Hal penting yang dapat dipetik dari peran kaum santri pada masa lampau terletak pada komitmen kebangsaan serta nasionalisme mereka yang begitu kuat dan terus ijaga pada masa sekarang hingga masa datang.

Menurut C.C Berg, kata santri berasal dari bahasa Sanskerta yakni 'shastri' yang berarti orang yang mempelajari kitab-kitab suci agama Hindu. Hal ini berdasarkan pada fakta sejarah bahwa bahasa Sanskerta pernah digunakan oleh masyarakat Nusantara pada masa Hindu dan Buddha sebelum Islam masuk. Dalam perkembangannya, 'shastri' kemudian diserap menjadi kata santri.

Adapun menurut Nurcholish Madjid dalam buku Bilik-Bilik Pesantren: Sebuah Potret Perjalanan (1999), santri diartikan sebagai kosakata dari bahasa Jawa dari kata 'cantrik'. Kata 'cantrik' artinya "orang atau murid yang selalu mengikuti gurunya'.

Sementara itu, menurut K.H. Ahmad Muwafiq atau Gus Muwafiq, seperti dilansir situs NU Online, santri bukan kosakata bahasa Arab, melainkan bahasa Nusantara. Dalam Bahasa Arab, santri disebut tilmidzun, atau muridun, artinya orang belajar.

Setelah Islam masuk ke Indonesia, penyebutan kosa kata bahasa Arab tersebut berubah dengan kata 'santri' yang artinya orang yang belajar kitab suci. Sehingga, kosakata santri tidak bisa ditafsir seperti menafsir kalimat-kalimat bahasa Arab dalam ilmu nahwu-shorof.

"Santri itu bahasa Nusantara, bukan bahasa Arab. Bahasa Arabnya tilmidzun, muridun. Santri artinya orang yang belajar kitab suci," ucap Gus Muwafiq, dikutip detikcom dari situs NU Online.

Demikian ulasan terkait asal-usul kata santri. Semoga bermanfaat!

(kny/jbr)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads