Kini tak hanya belajar calistung, Rumbai Koteka mengakomodir keinginan warga putus sekolah untuk mengejar Paket A, B dan C. Rumbai Koteka pun telah resmi dari sebuah gerakan sosial, menjadi yayasan.
"Bapak Kapolda kami sungguh luar biasa, beliau sangat men-support kegiatan kami. Pimpinan menanyakan apa yang harus dilakukan, saya menyampaikan kalau boleh ada legalitas yang melindungi atau menaungi anak-anak kita. Karena kalau cuma calistung saja, mereka tidak akan punya rapor, tidak bisa kerja lebih baik. dan mereka yang putus sekolah, setidaknya mereka bisa ikut ujian paket C," ucap Bripka Sandry.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kini Yayasan Kasih Rumbai Koteka berkantor pusat ini Manokwari, Papua Barat. Program ini tak hanya diterapkan di Keluarahan Klawasi, tetapi juga sejumlah kota/kabupaten.
![]() |
Murid Tertua Usia 70 Tahun
Bripka Sandry mengaku senang karena warga yang belajar di Yayasan Kasih Rumbai Koteka tak hanya kaum anak, tapi ada juga orang dewasa. Salah satunya seorang berusia 70 tahun.
"Ada juga yang belajar meskipun sudah dewasa, mungkin dulunya putus sekolah. Ada yang sudah menikah. Ada yang sudah umur 70-an dan beru saja almarhum, semangat belajar beliau tinggi, sempat Pak Kapolda berikan ijazah, setelah itu beliau berpulang," ujar Bripka Sandry.
Anak-anak yang mengikuti kegiatan belajar calistung sejak 2017 pun kini telah mengikuti pendidikan formal. Menurut Bripka Sandry, anak-anak yang dibina di program Rumbai Koteka lebih unggul dibanding murid lainnya.
"Sekarang sampai saat ini sudah sekitar 900 warga yang dinaungi dan ter-cover di Yayasan Rumbai Koteka. Sekarang dua anak murid pertama saya, yang tadinya mau jadi preman, tidak tahu belajar, buta huruf, sekarang sudah mengikuti pendidikan formal di kabupaten," sebut Bripka Sandry.
"Kalau untuk setingkat murid-murid sekolah formal di tingkat kabupaten, mereka selangkah lebih maju dari teman-teman di kabupaten," imbuh Bripka Sandry.
Simak selengkapnya di halaman berikutnya.