Empat belas tahun menjadi costume player atau cosplayer, Rian juga melebarkan sayap di bidang pembuatan kostum. Tak dipungkiri, Rian memang cinta betul dengan dunia kostum. Bahkan, kostum pula yang membuatnya pertama jatuh hati dengan dunia cosplay.
"Awal tertariknya gara-gara suka nonton film Marvel, Iron Man, itu penasaran banget sama gimana cara bikin kostumnya. Karena dulu tertarik banget sama dunia perfilman, jadi tertarik juga sama bidang wardrobe-nya, bikin kostumnya," tutur Rian di program Sosok detikcom.
Sebelum menerima pesanan kostum secara profesional, Rian hanya mengerjakan permintaan kostum dari teman-teman dekatnya. Baru kemudian di tahun 2013, Rian memutuskan untuk membangun usaha pembuatan kostum secara penuh waktu.
Keputusan untuk menjadi pengusaha kostum juga tidak diambil Rian dengan mudah. Di tahun 2013, Rian sudah menjalani hidup nyaman sebagai karyawan di bidang Human Resources. Namun, ia tak pernah berhenti memikirkan cita-citanya untuk berkarya di bidang kostum perfilman.
"Dulu itu aku masih kerja di kantor jadi HRD. Dan aku putusin karena aku punya cita-cita mau jadi businessman. Kalau nggak mulai dari sekarang mau kapan mulainya kan? Jadi aku putusin untuk resign dan kecemplung disini," kenang Rian.
Rian mengaku, saat ini usaha pembuatan kostumnya cukup stabil. Ia selalu mendapat pesanan dengan jumlah cukup, dan ia juga dapat menggaji karyawannya dengan baik. Pelanggan kostum Rian juga tersebar di berbagai daerah di Indonesia maupun luar negeri, seperti Arab Saudi dan Amerika Serikat.
Namun, lain halnya saat Rian memulai usaha. Ia mengingat kembali saat-saat di mana ia begitu kesulitan memutar pembiayaan agar usahanya tetap berjalan.
"Berdarah-darah di awal. Kita harus pintar-pintar muter duit buat setiap bulannya. Dua tahun awal, paling ada 1-2 (pesanan) setiap dua bulan. Itu yang bikin jadi, waduh gimana nih muter uangnya nih? Sampai di tahun 2018 lah, 2017-2018 tuh. Itu baru mulai stabil di situ, sampai sekarang," jelas Rian.
Meski bisnis kostum Rian sudah tak 'berdarah-darah' seperti dahulu, Rian tetap menemui hambatan-hambatan lain. Mulai dari ketidakcocokan harga dengan klien lokal, hingga hambatan terkait idealisme Rian yang tak sesuai dengan keinginan klien.
"Kalau dibikin dibuat cosplayer Indonesia itu, kita bingung untuk ngakalin harganya biar bisa dapat harga murah. Karena dari bahan juga udah mahal segala macamnya. Terus, memang nggak bisa dipungkirin tuh, kalau di seni tuh ada idealisme yang kita nggak bisa terobos. Pengennya gini, tapi customer pengennya A. Nah itu kita harus lawan dulu. Harus ngikutin perkembangan zaman dari pasarnya," tutur Rian.
Sepuluh tahun lamanya Rian bergelut di bidang pembuatan kostum. Tak dipungkiri, terkadang ia merasakan kejenuhan. Namun, ia selalu berusaha mengalihkannya dengan rasa syukur.
"Pasti jenuh tuh ada. Tapi, kalau aku biasanya nutupin rasa jenuh itu dengan rasa bersyukur. Saat aku males dan lelah, capek, sama bosen, balik lagi ke bersyukur udah sampe sini. Dari hal hobi, yang disuka bisa jadi seperti ini," ucap Rian. (nel/vys)