Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Lebak, Iwan Sutikno, mengaku Pemkab Lebak belum siap menerima kiriman sampah dari Kota Tangerang Selatan (Tangsel). Menurutnya, sarana dan prasarana di TPAS Dengung belum memadai.
"Secara kedinasan saya belum siap. Kenapa belum siap? Kita lihat TPAS Dengung, kita punya alat berat tiga tapi dua rusak, satu yang berfungsi. Nggak bisa kalau sampah masuk, bayangkan masuk sekian ton per hari harus dengan alat berat yang gede minimal harus ada tiga alat berat," kata Iwan kepada wartawan ditemui di Pendopo Bupati, Rangkasbitung, Rabu (4/10/2023).
Iwan menjelaskan, dari catatan DLH, ada ratusan ton sampah yang dihasilkan di Lebak. Dari ratusan sampah yang ada baru 20 persen atau sekitar 100 ton sampah yang dikelola di TPAS Dengung dan 20 ton sampah di TPA Cihara, sisanya masih dibuang ke sungai atau dibakar.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kalau teng Januari misalnya mulai (kerja sama) kan kita belum siap," tuturnya.
Menurut Iwan, potensi kerja sama ini bisa saja terjadi. TPAS Dengung mempunyai luas hampir 10 hektare dan yang baru digunakan sekitar 5 hektare.
![]() |
Meski berpotensi menampung sampah dari Tangsel, lanjut Iwan, sarana dan prasarananya harus lebih dahulu disiapkan. Pemerintah juga harus melakukan sosialisasi kepada masyarakat Lebak khususnya di sekitar TPAS.
"Pokoknya teknisnya belum, itu mah hanya obrolan saja dan saya belum menganggap ini oke berjalan," katanya.
Bupati Lebak Buka Suara
Bupati Lebak Iti Octavia Jayabaya belum memberi jawaban atas tawaran kerja sama pengelolaan sampah dari Tangsel. Iti mengatakan kerja sama itu masih panjang prosesnya.
"Kalau pun berminat, baca dulu surat dari mereka baru kita kaji, kaji juga harus secara komprehensif apa untung rugi, apa dampak dan lainnya," ujar Iti kepada wartawan ditemui di Pendopo Bupati, Rangkasbitung, Rabu (4/10).
Menurutnya, kerja sama pengelolaan sampah dengan Tangsel belum diputuskan. Pemkab Lebak ingin ada teknologi yang memadai agar sampah tidak menumpuk dan menimbulkan persoalan baru.
"Iya belum (kerja sama), kita kaji dulu persoalan terima atau tidak. Iya dong (pakai teknologi), harus memberikan dampak buat kita termasuk ke depan apa insentif buat kita," pungkasnya.
Simak juga 'Pungutan Rp 150 Ribu Bagi Wisman, Atasi Permasalahan Sampah di Bali':