Tatapan mata Minar nanar melihat gundukan-gundukan tanah. Usia tak ada yang tahu, kata Minar. Untuk itu, dia tak lelah meski harus gali lubang tutup lubang untuk menyekolahkan anak-anaknya.
"Alhamdulillahnya apa? Saya masih sehat, masih panjang umur. Itu yang saya bersyukur. Umur itu nggak tahu. Wallahualam," kata pria 57 tahun itu saat ditemui di Taman Pemakaman Umum (TPU) Pondok Ranggon, Jakarta Timur (Jaktim), pekan lalu.
Sudah 36 tahun Minar bekerja sebagai penggali makam. Saat pandemi COVID-19, tak terhitung berapa banyak Minar menggali dan menutup lubang bagi jenazah-jenazah korban keganasan virus Corona.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tanggal 27 bulan Juni tahun 1987 saya kerja di sini. Diperbantukan untuk gali makam," kata Minar.
Di bawah teriknya matahari di langit Jakarta Timur, Minar berkisah tentang hidupnya yang lulusan 'S2'. Lho?
"SD sama SMP, 'S2'. Alhamdulillah," kata Minar berkelakar.
Minar mengaku, sebelum bekerja di sana, tepatnya setelah lulus SMP, memulai bekerja sebagai tukang bangunan. Barulah ketika umurnya menginjak 22 tahun, ia bekerja di TPU Pondok Ranggon.
"Yang namanya keuangan, banyak abis, sedikit cukup. Banyak kalau kita nggak bisa ngaturnya, nggak cukup tapi sedikit, kalau kita bisa ngaturnya, manfaat," ucapnya.
Minar memiliki lima anak. Semua kebutuhan kelima anaknya telah dipenuhi dari hasil gali lubang tutup lubang. Kelima anaknya itu pun telah menempuh pendidikan perkuliahan. Kini, keempat anaknya telah bekerja dan tanggungannya sekarang adalah membiayai anak bungsunya yang masih tahun kedua perkuliahan.
Sebagai pekerja di TPU Pondok Ranggon, saat ini ia sudah purnatugas dan menerima gelar sebagai pensiunan. Pada awal 2023 inilah Minar telah mengakhiri masa tugasnya. Walaupun sudah pensiun di umurnya yang ke-57 tahun, ia masih tetap bekerja di TPU. Sudah tidak terikat dengan kantor, hanya perseorangan secara pribadi dengan ahli waris atau keluarga. Pekerjaannya yang sekarang lebih berfokus pada perawatan makam.
Demi menghidupi anaknya, Minar tidak hanya berhubungan dengan keluarga atau ahli waris saja. Ia juga berhubungan dengan orang-orang yang tinggal di sana. Lebih tepatnya yang sedang menempati peristirahatan terakhirnya.
"Di Pondok Ranggon teman saya semua, kenal. Dari ujung utara sama ujung selatan. Barat timur, kenal saya, semua yang tinggal di sini," ucap Minar sambil memandangi hamparan gundukan tanah bernisan.
(rdp/dhn)