Warga Rempang Bersedia Digeser, Mahasiswa Minta Pihak Luar Tak Perkeruh Suasana

Warga Rempang Bersedia Digeser, Mahasiswa Minta Pihak Luar Tak Perkeruh Suasana

Jihaan Khoirunnisaa - detikNews
Selasa, 26 Sep 2023 19:29 WIB
Sejumlah petugas yang tergabung dalam Tim Terpadu membersihkan pemblokiran jalan yang dilakukan oleh warga Pulau Rempang, Batam, Kepulauan Riau, Jumat (8/9/2023). Aksi pemblokiran jalan tersebut terkait pengembangan Pulau Rempang menjadi kawasan ekonomi baru dan rencana pemerintah yang akan merelokasi mereka ke wilayah lain. ANTARA FOTO/Teguh Prihatna/nz
Foto: ANTARA FOTO/Teguh Prihatna
Jakarta -

Ikatan Mahasiswa/Pelajar Indonesia (IKAMI) Sulawesi Selatan Cabang Batam memberikan masukan terkait pengembangan proyek strategis nasional (PSN) di Pulau Rempang. Mereka meminta agar pemerintah menyeimbangkan komposisi tenaga kerja bagi masyarakat setempat di Kepulauan Riau.

"Alasannya kenapa, karena tentu ini akan berefek pada ketersediaan lapangan pekerjaan, di mana kita ketahui, pengangguran di Batam yang masih tinggi. Jadi kalau ada perusahaan besar masuk tentu sangat bagus," ujar Ketua IKAMI Sulsel Cabang Batam, Zulkarnain dalam keterangan tertulis, Selasa (26/9/2023).

Dia berharap kehadiran perusahaan tersebut bisa ikut memberikan dampak positif bagi masyarakat. Karena itu dia mendorong agar pemerintah memprioritaskan rekrutmen tenaga kerja untuk anak-anak muda Batam. Selain itu, ia juga menyoroti pentingnya penyusunan regulasi yang jelas.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Bayangkan, ada puluhan ribu yang dibutuhkan dalam Rempang Eco City, tentu kami dari anak-anak muda di Batam sangat senang dan sangat mendukung investasi ini," lanjutnya.

Salah satu solusi yang diajukan adalah adanya kerja sama antara perusahaan dengan institusi pendidikan seperti kampus dan Sekolah Menengah Atas (SMA) setempat. Langkah ini dinilainya dapat menjembatani perusahaan dalam mencari calon-calon pekerja potensial di wilayah Batam.

ADVERTISEMENT

"Bahkan kalau perlu, perusahaan tersebut nantinya bisa langsung ke kampus dan ke Sekolah Menengah Atas (SMA) sederajat untuk mencari calon-calon pekerja yang dibutuhkan di perusahaan tersebut. Jadi tidak perlu lagi mencari dari luar Batam," tegas Mahasiswa Ibnu Sina Batam itu.

Dia pun mencontohkan sistem serupa yang sukses diterapkan di Universitas Hasanuddin (Unhas), di mana perusahaan-perusahaan galangan di Batam mencari tenaga kerja dari sana. Dengan begitu dapat memberikan kesempatan untuk lulusan lokal bekerja di Batam sekaligus mendukung pertumbuhan ekonomi daerah.

"Kenapa perusahaan besar ini tidak bisa kita buat seperti itu. Maka ini akan betul-betul bermanfaat untuk muda-mudi di Batam. Harus ada jaminannya bahwa kita bisa bekerja disana, maka harus ada peraturan tegas dari Pemda maupun pusat," terangnya.

Dia menekankan agar jangan sampai rekrutmen dari luar lebih besar ketimbang rekrutmen untuk masyarakat sekitar.

"Jangan sampai kita lagi-lagi cuma jadi penonton. Jangan sampai, jumlah pekerja dari luar lebih banyak daripada Batam sendiri. pemerintah harus jamin itu, jangan hanya kata-kata yang nantinya bisa jadi janji manis. Karena kita punya kualitas yang tak kalah hebat," terangnya.

Mengenai langkah Pemerintah yang telah mengedepankan aspirasi Warga Rempang, menurutnya hal tersebut adalah upaya yang tepat. Apalagi, penawaran yang telah ditawarkan pemerintah juga sangat manusiawi.

"Langkah-langkah persuasif yang ditempuh Pemerintah melalui BP Batam hingga saat ini adalah langkah yang baik. Aspirasi warga telah di respons baik. Dan kedua pihak saling memahami dan saling menghargai. Ini kan sangat baik," katanya.

Dia pun berharap agar pihak lain di luar Rempang untuk menghormati dan memberikan ruang bagi terjalinnya komunikasi antara warga dan pemerintah. Hal itu demi menciptakan kondusivitas di Kota Batam.

"Kita tidak mau, konflik Rempang ini berkepanjangan. Di goreng sana-sini. Banyak pernyataan liar jadinya. Banyak yang komentar tapi tidak memahami masalah, tidak mengetahui kondisi langsung. Bahwa Warga dan Pemerintah hingga saat ini terus berkomunikasi baik. Buktinya, sudah banyak warga yang bersedia untuk digeser. Batam harus kondusif," tegas Zul.

Dia meyakini pemerintah baik pusat maupun daerah serta BP Batam tidak akan mengambil langkah investasi yang merugikan warga Rempang.

"Kita harus optimis. Buktinya pemerintah telah menyiapkan segala sesuatunya. Dari ganti rugi yang sangat wajar, sejarah pun juga dihormati, proses pendidikan tetap berjalan hingga hunian sementara pun telah disiapkan. Artinya Pemerintah sangat berpihak ke warga terdampak," jelasnya.

Untuk itu, Mahasiswa Ibnu Sina Batam ini mengajak Warga Rempang yang terdampak dalam pergeseran supaya tidak mudah terprovokasi isu-isu liar. Karena hal tersebut justru bisa memecah belah kerukunan yang telah terjalin di Batam.

"Warga jangan mudah terprovokasi dengan informasi-informasi liar. Yang kita belum tahu pasti kebenarannya. Lebih baik fokus untuk berkomunikasi baik dengan Pemerintah. Apalagi sudah ada posko pendataan disana, yang bisa dimanfaatkan warga untuk berkonsultasi dengan Pemerintah langsung. Rempang harus kondusif dan pihak luar stop perkeruh suasana dan tebar isu-isu pemecah belah," terang Zul.

Sebelumnya, Kepala BP Batam Muhammad Rudi mengaku saat ini sudah ada ratusan kepala keluarga (KK) di Rempang yang mendaftar secara sukarela untuk dipindahkan ke lokasi yang disediakan. Dari lebih kurang 1.200 KK, ada 291 yang mendaftar. Kemudian ada juga sebanyak 437 KK yang sedang tahap konsultasi.

"Yang konsultasi ini mungkin masih menanyakan ganti rugi. Maka ke depan saya akan coba selesaikan rumah ini, agar ada contoh dan mereka mungkin bisa terima," ujar Rudi beberapa waktu lalu.

Pemerintah sendiri akan mengikuti segala keinginan warga yang siap digeser. Termasuk permintaan rumah dengan model dan tipe yang diinginkan.

"Rumahnya akan kami minta nanti disesuaikan dengan model, tipe rumah yang warga mau. Kami akan mengundang tokoh Melayu," kata dia.

Begitu juga dengan masjid dan gerbang masuk ke sana. Menurutnya keinginan warga agar jangan sampai menghilangkan nama Rempang karena memiliki cerita dan histori yang panjang.

"Makam leluhur juga akan dipertahankan, budaya adat akan kami jaga," ujar Rudi.

Diketahui, nantinya terdapat dua titik pergeseran untuk warga Rempang, yakni di Dapur 3 dan Tanjungbanun. Setiap KK akan mendapat jatah lahan sebesar 500 mΒ².

Sementara itu, Leha (63), warga Sembulang Tanjung, Pulau Rempang, mengaku sudah siap untuk pindah ke hunian sementara.

Leha mengatakan dirinya dan keluarga telah mendaftar ke Kantor Camat Galang untuk menempati hunian tersebut.

"Saya sudah daftar dan siap untuk pindah," ujarnya.

Pendaftaran Nek Leha dilakukan di Kantor Camat Galang. Ia sendiri yang datang ke sana untuk melakukan pendaftaran. Dia yang sudah turun-temurun tinggal di Sembulang Tanjung tersebut berharap pemerintah dapat segera menyelesaikan permasalahan saat ini. Terutama terkait kejelasan biaya hidup yang akan diberikan kepada masyarakat selama menempati hunian sementara.

"Mungkin jodoh nenek dengan Sembulang ini sudah habis. Jadi nenek berharap, pemerintah segera menyiapkan rumah (hunian) baru kami," kata dia.

Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads