Emirsyah Beli Pesawat untuk Garuda yang Ternyata Cepat Rusak-Tak Cocok di RI

Emirsyah Beli Pesawat untuk Garuda yang Ternyata Cepat Rusak-Tak Cocok di RI

Mulia Budi - detikNews
Selasa, 19 Sep 2023 07:10 WIB
Tersangka baru kasus Garuda Indonesia sudah diumumkan. Mereka adalah Emirsyah Satar dan Soetikno Soedardjo. Simak info lengkapnya di sini.
Foto: Ari Saputra
Jakarta -

Mantan Direktur Utama PT Garuda Indonesia Emirsyah Satar didakwa melakukan korupsi terkait pengadaan pesawat CRJ-1000 dan ATR 72-600. Namun, pesawat CRJ-1000 ternyata cepat rusak dan tak cocok dengan bandara-bandara di Indonesia.

"Bahwa untuk performance dari Pesawat Bombardier CRJ-1000 yang dioperasikan oleh PT Garuda Indonesia faktanya tidak
sesuai dengan yang diperjanjikan manufacture Bombardier," kata jaksa saat membacakan dakwaan di PN Tipikor Jakarta, Jalan Bungur Besar Raya, Jakarta Pusat, Senin (18/9/2023).

Jaksa mengatakan panjang landasan yang bisa dilalui CRJ-1000 sekitar 2,5 km. Padahal, dalam mengoperasikan pesawat CRJ-1000 dibutuhkan landasan dengan panjang kurang lebih 2,6 km.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Bahwa untuk panjang landasan yang bisa dilalui oleh Pesawat CRJ-1000 ternyata panjang runwaynya adalah lebih kurang 2,5 kilometer. Jika mengacu pada keinginan Direksi PT Garuda Indonesia pada waktu pengadaan dan mengacu pada Dokumen Perencanaan bahwa tujuan dalam mengoperasikan CRJ 1000 adalah untuk menggantikan peran dari pesawat Baing 737-500," kata jaksa.

"Maka untuk performance jarak landasan yang harus diterbangi oleh CRJ-1000 adalah 2,3 kilometer karena selama untuk ini panjang landasan yang digunakan oleh Pesawat Boeing 737-500 adalah kurang lebih 2,3 km sampai dengan 2,4 kilometer tergantung load. Sedangkan dalam mengoperasikan pesawat CRJ-1000 dibutuhkan landasan dengan panjang kurang lebih 2,6 kilometer (dengan asumsi max load) dan kondisi ini sangat berbeda dengan kebutuhan landasan yang biasa digunakan oleh Pesawat Boeing 737 yang hanya membutuhkan panjang landasan 2,3 sampai dengan 2.4 kilometer," imbuhnya.

ADVERTISEMENT

Jaksa mengatakan Pesawat CRJ-1000 tidak cocok dioperasikan di sejumlah bandara Indonesia. Di antaranya Bandara di Bandung dan Malang yang membutuhkan elevasi tinggi saat takeoff.

"Bahwa pesawat CRJ-1000 berdasarkan fakta ternyata tidak cocok untuk dioperasikan pada beberapa bandara di Indonesia dengan karakter ada pegunungan di sekelilingnya seperti pada Bandara di Bandung dan Bandara di Malang yang membutuhkan sudut elevasi yang tinggi pada saat melakukan take off," ujarnya.

Pesawat CRJ-1000 mampu diterbangkan dengan kondisi lingkungan bandara pegunungan jika jumlah penumpang dan cargo dikurangi. Padahal, pada beberapa bandara dengan lingkungan pegunungan dibutuhkan pesawat yang mesinnya dapat memberikan daya dorong yang kuat sehingga bisa memenuhi sudut elevasi jika terdapat gunung di sekitar bandara.

"Akan tetapi untuk CRJ-1000 kondisinya berbeda karena kekuatan mesin dalam memberikan daya dorong untuk mendapatkan sudut elevasi tidak memungkinkan sehingga Pesawat CRJ-1000 sangat tidak cocok untuk diterbangkan pada Bandara dengan kondisi lingkungan sekitar pegunungan. Bahwa CRJ-1000 bisa diterbangi pada bandara dengan kondisi lingkungannya terdapat pegunungan akan tetapi dengan syarat baik penumpang maupun cargo harus dikurangi, namun kondisi tersebut akan berpengaruh pada pendapatan atau revenue pada suatu penerbangan yang tidak maksimal dan tidak dapat memberikan keuntugan," ujarnya.

Jaksa mengatakan CJR-1000 tidak cocok dioperasikan di daerah tropis. Jaksa mengatakan pesawat CJR-1000 sering mengalami kerusakan saat melayani rute penerbangan di Indonesia bagian Timur dan Nusa Tenggara lantaran panasnya temperatur di daerah tersebut.

"Bahwa pesawat CRJ-1000 yang dioperasikan oleh PT Garuda Indonesia paling banyak melayani rute yang ada di
Indonesia bagian Timur dan Nusa Tenggara. Berdasarkan fakta dari segi perawatan/ maintenance ternyata pesawat CRJ yang dioperasikan pada rute Indonesia bagian Timur sangat merugikan PT Garuda Indonesia karena ketika pesawat ini diterbangkan, sering mengalami kerusakan pada saat tiba di tempat tujuan atau pada saat transit dan didapati kondisi lndikator pada kokpit mengalami gangguan atau error diakibatkan karena panasnya temperature di daerah tersebut yang mempengaruhi kinerja komponen avionic," ucapnya.

Jaksa mengatakan komponen Pesawat CRJ-1000 juga cepat rusak. Kerusakan itu mengakibatkan beberapa pesawat tak dapat diterbangkan sehinga berpengaruh pada pendapatan PT Garuda Indonesia.

"Bahwa terdapat beberapa Pesawat CRJ-1000 ketika baru dioperasikan selama 3 bulan ternyata telah mengalami beberapa kerusakan seperti kerusakan pada mesin pesawat, pampa dan generator, landing gear sehingga kondisi ini tidak sesuai dengan apa yang dijanjikan oleh Pabrik sebelumnya. Atas kondisi tersebut mengakibatkan beberapa pesawat tidak dapat diterbangkan (grounded) sehingga sangat berpengaruh pada pendapatan. Bahwa selain itu ketika pesawat mengalami kerusakan Engine yang belum waktunya maka bagian Maintenance Garuda tidak dapat melakukan perbaikan sehingga mesin pesawat harus dikirim ke manufaktur atau tempat perbaikan yang direkomendasikan," ujarnya.

Jaksa mengatakan suku cadang Pesawat CRJ-1000 sulit didapatkan dan harus memesan lebih dulu. Kemudian, biaya perawatan CRJ-1000 juga over budget lantaran adanya komponen pesawat yang rusak sebelum waktu yang dijanjikan.

"Bahwa terdapat komponen yang rusak sebelum waktu yang dijanjikan oleh manufacture serta ketersediaan spare part kurang memadahi sehingga beberapa kali garuda harus melakukan service sendiri melalui GMF, dan seharusnya biaya services dan spare part diganti oleh manufacture namun faktanya sebagian kecil warranty claim yang dikabulkan, dan akhirnya menimbulkan penambahan biaya maintenance," ujarnya.

Simak juga 'Saat Respons Garuda Indonesia soal Merger 3 Maskapai BUMN':

[Gambas:Video 20detik]



Jaksa mengatakan bagasi Pesawat CRJ-1000 tak memadai lantaran terlalu kecil. Jaksa menyebut kondisi itu tak ideal jika dibandingkan Pesawat Boeing 737-500 yang digantikan oleh CRJ-1000.

"Bahwa kondisi bagasi CRJ 1000 untuk menampung barang para penumpang sangat tidak memadai karena terlalu kecil, sehingga jumlah barang yang akan dibawa oleh penumpang harus dibatasi mengingat keadaan tersebut. Bahwa jika tujuan pengoperasian CRJ 1 000 adalah untuk menggantikan peran dari Pesawat Boeing 737-500 yang selama ini dijalankan maka sangat tidak ideal jika dibandingkan dengan kondisi bagasi pada pesawat Boeing 737-500 sang at besar dan kondisi ini berbeda jauh dengan CRJ-1000 yang sangat kecil," kata jaksa.

"Bahwa selain itu kondisi ini berdampak juga pada Revenue dari aspek cargo, hal ini disebabkan karena maskapai tidak dapat lagi melayani cargo sehingga dapat berdampak pada pendapatan dalam penerbangan dengan menggunakan pesawat CRJ 1000 dapat berkurang," imbuhnya.

Pesawat CRJ-1000 juga memiliki cabin yang kecil sehingga membuat penumpang tak nyaman. Jaksa mengatakan beberapa barang penumpang harus ditaruh di ruang cargo yang menyebabkan kapasitas cargo berkurang dan mengurangi revenue dari cargo.

"Bahwa ternyata kondisi cabin dari Pesawat CRJ 1 000 terlalu kecil dan hal ini sangat berdampak pada kondisi tidak nyaman yang dialami oleh para penumpang," ujarnya.

Jaksa mengatakan kondisi Pesawat CRJ-1000 tak cocok untuk melayani penerbangan jarak jauh. Menurut jaksa, CRJ-1000 lebih cocok melayani penerbangan pendek dengan segmen penerbangan bisnis atau private jet.

"Bahwa Pesawat CRJ 1000 ternyata tidak cocok untuk dilakukan perjalanan panjang sebagaimana yang terjadi yaitu melayani rute-rute yang ada di Indonesia bagian Timur. Dari kondisi pesawat yang ada pesawat tersebut lebih cocok untuk digunakan pada segmen Penerbangan Bisnis atau sewa private jet dalam melayani penerbangan dengan rute-rute pendek atau penerbangan Commuter dan dapat memberikan keuntungan. Dengan demikian pesawat CRJ-1000 tidak cocok untuk menggantikan peran dari pesawat
737-500," ujar jaksa.

Halaman 2 dari 2
(azh/azh)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads