Wakil Ketua Komisi V DPR RI dari Fraksi PPP Muhammad Iqbal meminta pemerintah membantu generasi milenial memiliki rumah. Diketahui, generasi yang lahir di rentang tahun 1980 hingga 2000 itu kini jumlahnya mencapai lebih dari 64 juta jiwa atau sekitar 30 persen dari total populasi Indonesia.
"Meski menjadi pasar potensial, namun generasi milenial juga menghadapi tantangan dalam memiliki rumah. Salah satu tantangannya adalah harga rumah yang terus meningkat," ujar Iqbal dalam keterangan tertulis, Senin (18/9/2023).
"Kami mendorong pemerintah agar menawarkan program KPR Millenial dengan suku bunga KPR yang lebih rendah dan lebih terjangkau kepada generasi milenial, karena mereka umumnya memiliki penghasilan yang masih relatif rendah," tegasnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berdasarkan data Bank Indonesia dan BPS, jelas Iqbal, harga rumah di Indonesia telah naik rata-rata 10-15% per tahun dalam lima tahun terakhir. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor, seperti pertumbuhan ekonomi, inflasi, dan kenaikan harga tanah.
Sedangkan menurut data Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), lanjutnya, harga rumah tapak di Jakarta rata-rata mencapai Rp 1,5 miliar per unit. Harga rumah tapak di kota-kota besar lainnya juga tidak jauh berbeda.
"Pada masanya, generasi milenial memiliki tantangan dan peluang yang berbeda dari generasi sebelumnya. Tantangan terbesar yang dihadapi generasi milenial adalah tingginya biaya hidup, termasuk biaya rumah," jelas Iqbal.
"Kenaikan harga rumah yang terus-menerus membuat milenial semakin sulit untuk memiliki rumah. Harga rumah di Indonesia terus meningkat, seiring dengan meningkatnya permintaan dan terbatasnya ketersediaan lahan," sambungnya.
Anggota Fraksi PPP dari Dapil Sumatera Barat II ini menilai harga rumah yang tinggi menjadi tantangan bagi generasi milenial untuk membeli rumah. Apalagi, rata-rata penghasilan milenial masih relatif rendah, sehingga sulit untuk mencicil rumah dengan harga mahal.
Ia menyebut memiliki rumah merupakan salah satu impian generasi milenial. Sebab rumah tidak hanya menjadi tempat tinggal, tetapi juga simbol kemandirian dan kesuksesan.
Lebih lanjut, ia menerangkan survei dari Rumah.com yang menyebutkan hanya 22% milenial yang mampu membeli rumah secara tunai. Sementara itu, 78% milenial masih mengandalkan kredit pemilikan rumah (KPR) untuk membeli rumah.
"Hal ini membuat mereka kesulitan untuk memenuhi syarat KPR, seperti uang muka yang tinggi dan angsuran bulanan yang besar," tuturnya.
Kendati demikian, Iqbal mengatakan pemerintah telah berupaya menyediakan perumahan yang terjangkau bagi generasi milenial. Salah satunya melalui Program Sejuta Rumah. Program ini bertujuan menyediakan 1 juta rumah subsidi bagi masyarakat berpenghasilan rendah, termasuk generasi milenial.
"Selain itu, PPP juga mendorong pengembang properti untuk turut berinovasi menyediakan perumahan yang terjangkau bagi generasi milenial. Salah satu inovasinya adalah dengan mengembangkan rumah minimalis," ungkap Iqbal.
"Rumah minimalis memiliki desain yang sederhana dan fungsional, sehingga biaya pembangunannya menjadi lebih murah. Selain itu, ukuran rumah minimalis juga relatif kecil, sehingga cocok untuk keluarga kecil," imbuhnya.
Selain itu, pengembang properti berinovasi mengembangkan perumahan di lokasi yang strategis. Menurutnya, perumahan yang terletak di dekat fasilitas umum, seperti transportasi umum, sekolah, dan rumah sakit akan menjadi lebih menarik bagi generasi milenial.
"Dengan inovasi dari pemerintah dan pengembang properti, generasi milenial akan semakin mudah untuk memiliki rumah impian mereka," pungkasnya.
Simak juga Video 'Kejar Tayang Kerek Harga Rumah Subsidi':
(akn/ega)