Pekanbaru - Ingin mencari keuntungan lebih besar, warga asal Medan membuat kosmetik palsu. Namun saat melakukan transaksi di Pekanbaru, ia dibekuk petugas Polda Riau.Kini tersangka pemalsu kosmetik bernama Harbi warga kawasan Percut, Medan mendekam dalam sel tahanan Polda Riau. "Dia kita tangkap saat melakukan transaksi di Jl Riau, Pekanbaru kemarin sore. Penangkapan ini atas laporan masyarakat bernama Linda selaku saksi yang merasa ditipu tersangka," kata Kabid Humas Polda Riau AKBP Zulkipli, kepada wartawan, Rabu (11/6/2006) di Mapolda Riau, Jl Sudirman, Pekanbaru.Barang bukti kosmetik palsu yakni, shampo merk dove, pantene yang semuanya dalam kemasan botol plastik asal Malaysia. Kemasan ini mulai dari botol terkecil sampai ukuran besar. "Dalam pemasarannya, tersangka mengaku barang yang dia jual merupakan produk dari Malaysia dengan harga yang murah. Bila dilihat sepintas nyaris tidak ada perbedaaan kemasan asli dengan yang palsu," kata Zulkipli.Sedangkan tersangka yang dihadirkan pihak kepolisian, mengaku menjual dagangan palsu sudah sejak 4 bulan yang lalu. Pemasarannya dari rumah ke rumah atau ke kios-kios kecil dengan harga yang relatif lebih murah. Untuk kemasan sedang dia hanya menjual Rp 12 ribu/ botol."Saya menjualnya satu kemasan untung Rp 2000 saja. Tidak perlu mahal-mahal yang penting cepat laku dan dapat untung. Lagi pula yang saya jual inikan prodak palsu yang saya kemas sendiri," kata Harbi dengan senyum.Harbi saat memberikan keterangan kepada wartawan tampak santai. Dia menjelaskan dengan antusias setiap pertanyaan yang disodorkan padanya. Dia juga menceritakan bahwa setiap harinya bisa memproduksi kosmetik palsu 25 botol per hari. Rata-rata satu botol bermodalkan Rp 8000."Saya sengaja mengumpul kemasan shampo dan sabun mandi cair dari pemulung dengan harga Rp 2000/botol. Tapi saya hanya membeli kemasan botol khusus asal Malaysia agar terkesan produk luar negeri. Sehingga konsumen lebih mudah kita tipu," katanya santai.Walau kini dia harus mempertanggungjawabkan perbuatannya, Hardi menyampaikan permintaan maaf kepada masyarakat dan meminta masyarakat agar berhati-hati dalam membeli produk-produk kosmetik yang mudah ditiru. Dalam prakteknya, kata Hardi, shampo yang dia buat nyaris tak jauh berbeda dengan shampo aslinya."Kalau dilihat dari segi kemasan tidak ketahuan palsunya. Tapi kalau shampo saya ini di pakai, barulah ketahuan palsunya karena busanya tidak bisa banyak seperti shampo pada umumnya. Cuma itu saja yang menbedakannya," kata Hardi.
(cha/jon)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini