Ekspedisi 20 Jam Membawa 'Cahaya' ke Pulau Mapia Papua

Ekspedisi 20 Jam Membawa 'Cahaya' ke Pulau Mapia Papua

Azhar Bagas Ramadhan - detikNews
Kamis, 14 Sep 2023 13:51 WIB
Pulau Mapia, Papua
Pulau Mapia, Papua (Foto: Azhar/detikcom)
Jakarta -

Mungkin tidak banyak orang yang tahu Pulau Mapia itu letaknya di mana. Salah satu pulau terluar di Papua ini ternyata masih kesulitan listrik dan air bersih.

Kepulauan Mapia ini terdapat tiga pulau, yakni Pulau Brassi, Pulau Pagun dan Pulau Fanildo. Perjalanan ke Mapia memerlukan waktu sekitar 20 jam dari Pelabuhan Biak.

detikcom berkesempatan mengikuti ekspedisi bersama Kementerian Sosial (Kemensos) yang hendak menyambangi pulau dengan warga kurang lebih sebanyak 300-an itu. Mensos Tri Rismaharini pun ikut langsung.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Awalnya detikcom berangkat dari Bandara Soekarno-Hatta pada Sabtu (9/9/2023) pukul 21.00 WIB, lalu transit di Bandara Sultan Hasanuddin, Makassar dan tiba di Bandara Frans Kaisiepo, Biak, Papua, sekitar pukul 07.30 WIT.

Sebenarnya ada dua rute menuju Pulau Mapia, di mana salah satunya berangkat dari Manokwari. Namun kali ini detikcom berkesempatan berangkat dari Biak menggunakan KRI dr Wahidin Sudirohusodo milik TNI Angkatan Laut (AL).

ADVERTISEMENT

Saat kapal ini bersandar di pelabuhan, kapal ini tampak sangat besar. Di kapal tersebut, Risma memberikan arahan tentang ekspedisi di ruangan tersebut.

Kemensos sendiri ternyata sudah menjalankan beberapa ekspedisi sebelumnya, salah satunya di Skouw di perbatasan Indonesia dengan Papua Nugini. Kami mulai berangkat ke Mapia pada Senin (11/9) sekitar pukul 12.00 WIT.

detikcom bersama jurnalis lainnya mendapatkan kasur tingkat layaknya anak buah kapal (ABK). Dalam perjalanan yang memakan waktu hampir genap satu hari ini, kami merasa nyaman dengan fasilitas yang disediakan.

Kapal bantu RS yang baru diresmikan 2022 lalu ini memiliki kamar mandi dengan air hangat yang berjajar banyak setiap lima lantainya. Makanan juga disediakan tiga kali sehari; pagi, siang dan sore.

Bagian lantai dasarnya cukup luas dan dipakai untuk menyimpan barang-barang bantuan yang akan diberikan ke warga di Pulau Mapia. Di antaranya solar home system (SHS), sea water reverse osmosis (SWRO) hingga ayam petelur.

Pulau Mapia, PapuaPulau Mapia, Papua (Foto: Azhar/detikcom)

Selama perjalanan, sinyal tidak tergapai sama sekali. Sesekali kami mengobrol secara langsung bersama Mensos Risma maupun Kepala Staf Koarmada III Laksamana Pertama Singgih Sugiarto.

Setelah 19 jam kemudian, sekitar pukul 07.00 WIT, Selasa (14/9), KRI WSH 991 ini mulai berlabuh di sekitar Kepulauan Mapia, karena belum terdapat dermaga. Akhirnya kami menggunakan kapal kecil untuk mencapai daratan dan memakan waktu sekitar hampir satu jam.

Saat tiba di daratan, kami sempat disambut dengan tarian khas sana. Mensos Risma pun terlihat sumringah melihat anak-anak berlari-lari gembira saat dirinya datang.

Tak lama kemudian, Risma langsung mengecek SHS dan SWRO yang ternyata sudah dipasang tim Kemensos pada 10 hari lalu. Untuk rute umum, diketahui warga bisa naik Kapal Perintis Sabuk Nusantara 64 yang memiliki jadwal perjalanan hanya dua kali dalam sebulan.

Risma dan Singgih lalu memastikan apakah air bersih dan listrik sudah terpasang benar atau belum. Air bersih dan listrik sudah bisa dinikmati oleh warga di sini.

Selain itu, Risma juga mendapati bahwa sekolah dan puskesmas di pulau ini dalam kondisi yang kurang baik. Kemensos sebelumnya sudah menyiapkan beberapa peralatan sekolah maupun kasur rumah sakit. Bahkan sepatu sekolah pun juga diberikan kepada anak-anak dan langsung dipakai berlari.

"Saat ini kita sudah sampai di Mapia, bantuan-bantuan sudah kita serahkan. Ternyata ada beberapa masalah yang kita tidak bisa deteksi karena kami hanya melihatnya lewat internet dan komunikasinya agak susah sehingga ada beberapa masalah yang punya PR kita, seperti Puskesmas yang kondisinya rusak parah, kemudian tadi kepala sekolah menyampaikan sekolahnya mau ambruk. Jadi selain permasalahan sosial yang lain seperti kondisi rumah yang tidak layak dan sebagainya," katanya.

Pulau Mapia, PapuaPulau Mapia, Papua Foto: Azhar/detikcom

Kebanyakan warga di Pulau Mapia memanfaatkan pohon kelapa yang tumbuh banyak untuk pendapatannya. Kopra, daging kelapa yang dikeringkan itu dijadikan produksi, lalu dikirim ke Biak, Kabupaten terdekat.

"Selama ini listrik kebetulan dari Kemensos kita sudah dapat penerangan, kita minta terima kasih banyak, terus air bersih kita sudah minum, kita terima kasih banyak kepada Ibu Mensos," kata salah satu warga, Simon Barito (35).

"Sebelumnya kita pakai PLTS tetapi rusak. Tenaga surya, karena baterainya sudah rusak, akhirnya kita kegelapan. Sudah 3 tahunan, kadang kita pakai pelita, kalau ada minyak pakai pelita. Kalau tidak ada ya sudah kita tidur dalam kegelapan," tambahnya.

Simon pun mengaku berharap kepada pemerintah untuk dibuatkan dermaga di kepulauan ini. Pulau ini memiliki alam yang masih natural.

Pulau Mapia ini menjadi salah satu pulau terluar di sisi utara Papua yang berbatasan dengan negara Palau dan Filipina. Di mana, kata Singgih, wilayah ini tentu perlu diberikan penjagaan yang cukup intensif.

"Jadi inilah salah satu tugas TNI Angkatan Laut. Kita kan mengamankan wilayah kita khususnya wilayah terluar. Kita wilayah ini setiap saat selalu kita laksanakan patroli, karena kita lihat sendiri begitu banyak potensi kerawanannya, kita setiap saat ada di sini (Mapia)," kata Singgih.

Sunggih menyebut alutsista milik Koarmada III selalu bersiaga di Biak dan Sorong. Bahkan di Pulau ini terdapat Satgas Pengamanan Pulau Terluar (Pamputer).

"Tantangannya ya sangat keras, dari sisi cuaca, kemudian dukungan, karena kita terlalu jauh dari pulau besar, dan satgas kita ini dirotasi setelah satu tahun. Mereka bertugas selama satu tahun, baru dirotasi oleh tim lainnya. Tantangan cuaca dan sarana prasarana, sehingga apapun itu tetap itu tugas TNI untuk menjaga kedaulatan kita untuk sebaik-baiknya," katanya.

Sementara kebanyakan warga tinggal di Pulau Brassi. Pulau lainnya dikatakan masih penuh dengan hutan. Bahkan di Pulau Brassi terdapat monumen perdamaian antara Indonesia dan Jepang saat zaman penjajahan.

Beberapa jam berlalu kami bersama rombongan Kemensos dan TNI AL mulai kembali ke kapal. Perjalanan 20 jam itu pun harus kami tempuh untuk kembali ke Biak. Bahkan, kaki seperti masih merasakan goyangan-goyangan kecil seperti saat masih di kapal.

Simak Video 'Atasi Masalah Transportasi di Papua, Mensos Risma Siapkan Motor Trail Listrik':

[Gambas:Video 20detik]



(azh/knv)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads