Menko PMK Muhadjir Effendy membuka seminar nasional bertajuk 'Pesisir Maju Untuk Indonesia Tangguh'. Eks Menteri Kelautan dan Perikanan RI Susi Pudjiastuti hadir dalam acara itu.
Muhadjir dalam sambutannya awalnya mengatakan berbagai permasalahan masih menjadi pekerjaan rumah terkait pesisir dan laut Indonesia. Dia kemudian menyinggung soal Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) masih belum berjalan sesuai prosedur.
"Saya kemarin tanya sama Panglima, itu jalan enggak itu (ALKI) itu. Ya teorinya ada tapi sebetulnya praktiknya prosedur-prosedur enggak jalan. Karena kalau jalan itu juga agak memberatkan Indonesia, karena Indonesia itu harus menjamin keamanan kapal siapa yang melewati itu" kata Muhadjir Effendy dalam sambutannya di Kemenko PMK, Jakarta, Rabu (12/9/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Muhadjir lantas mencontohkan perairan Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB) yang memiliki laut yang dalam. Menurutnya kedalaman laut itu, memudahkan kapal selam untuk melintas.
"Misalnya celah Lombok itu adalah celah yang paling dalam sehingga paling mudah untuk dilalui kapal selam dan tidak bisa terdeteksi. Sehingga kita ini tidak pernah tahu sebetulnya yang melalui celah Lombok itu. Karena jangankan yang selam, yang tidak selam pun tidak terdeteksi, kita punya problem yang masih berat itu" ungkap Muhadjir.
Lebih lanjut, Muhadjir kemudian menyinggung peran Susi Pudjiastuti selaku Menteri Kelautan dan Perikanan 2014-2019 selama masih menjabat. Menurutnya, Susi memiliki pengalaman dan pemahaman tentang tata kelola laut Indonesia.
"Konsekuensi kita negara besar, negara yang luas terbentang luas dan banyak kepulauan dan laut. Itu nanti saya kira Bu Susi akan banyak cerita tentang bagaimana tata kelola," pungkas Muhadjir.
Lebih lanjut, Muhajir menyebut bahwa Indonesia memiliki laut yang Indah. Dia menyebut keindahan laut Indonesia bisa dilihat dari jauh, akan tetapi ada beberapa daerah jika dilihat dari dekat itu tidak indah karena adanya persoalan.
"Kalau di dalam bahasa Jawa itu ada katanya kecantikan orang itu ada namanya Srikaton dan Srigunung. Kalau Srikaton itu kalau dilihat dekat itu kelihatan cantik itu namanya Srikaton, tapi kalau Sri Gunung itu kalau dilihat jauh baru cantik gitu kalau dilihat di dekat nggak cantik gitu. Kalau Bu Susi ini baik dekat maupun jauh sama-sama cantik," kata Muhadjir disambut gelak tawa hadirin.
Selengkapnya pada halaman berikut.
Menurut Muhadjir, ada dampak positif dan negatif dari posisi Indonesia yang merupakan negara kepulauan. Salah satu keuntungan, kata dia, adalah terkait penanganan virus Corona.
"Saya kira, di kita justru diuntungkan dalam penanganan Covid itu karena kita negara kepulauan. Jadi kita kemarin bisa pastikan kalau Jakarta kena nanti sebulan lagi baru Sulawesi kena, sehingga kita menanganinya bisa mudah," tutur Muhadjir.
"Saya nggak bisa membayangkan kalau kemarin itu kita itu negara kontinental waduh kayak Amerika itu karena mobilitas tidak terkendali kayak India dan seterusnya itu. Jadi ada hikmahnya kemarin waktu Covid itu jadi Covid itu menurut saya, karena diuntungkan kita negara kepulauan," jelasnya.
Pada sisi lain, jelas Muhadjir, Indonesia yang merupakan negara kepulauan juga akan menghambat mobilitas warga. Sehingga, kata dia, terjadi ketimpangan antara pulau yang satu dengan lainnya.
"Tetapi negara kepulauan juga membuat tadi itu mobilitas penduduk menjadi sangat terbatas sehingga pemerataan penduduk juga tidak tercatat secara cepat. Ada kecenderungan semakin ke timur semakin timpang kan. Semakin timur semakin timpang dan yang paling timpang tentu saja Papua," jelasnya.