Langit di DKI Jakarta kembali membiru hari ini, yang menandakan kualitas udara yang membaik. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menyebut hanya dua daerah yang langitnya masih menguning atau terindikasi kualitas udaranya tak sehat, yakni Lubang Buaya, Jakarta Timur (Jaktim), dan Bantar Gebang, Bekasi.
"Kalau dilihat pagi ini, saya gembira. Karena pagi ini hanya dua (daerah) yang kuning, yang tidak sehat, yaitu di Lubang Buaya Jakarta Timur dan di Bantar Gebang Bekasi," kata Direktur Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan KLHK Sigit Reliantoro di KLHK, Jakarta Pusat, Selasa (12/9/2023).
Sigit menuturkan udara di Bantar Gebang masih kuning diduga karena adanya tempat pembuangan akhir (TPA). Sementara di Lubang Buaya, kualitas udara masih menguning diduga karena aktivitas penduduk yang melakukan pembakaran.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Bantar Gebang itu kan terkait TPA-nya. Kalau di Lubang Buaya terkait pembakaran oleh penduduk untuk usaha-usaha mereka," sambungnya.
Sigit mengatakan membirunya langit Jakarta terhitung sejak KTT dilaksanakan, termasuk modifikasi cuaca yang dilakukan BRIN. Namun dia mengaku pihaknya akan melakukan pengawasan lebih pada dua daerah yang kualitas udaranya masih masuk kategori tak sehat. Bahkan, sambung dia, akan dilakukan penegakan hukum terhadap aktivitas yang mencemari udara.
"Kalau di dalam kota kan sudah relatif bagus. Kalo yang di Lubang Buaya dan Bantar Gebang itu mungkin pendekatan penegakan hukum dan pengawasan lebih dipentingkan daripada TMC (teknologi modifikasi cuaca), sama mereka disuruh untuk melakukan penyiraman debu yang lebih sering," imbuhnya.
Lebih lanjut Sigit mengatakan upaya penanganan polusi udara ini akan dilaksanakan secara berkelanjutan. Hal itu dilakukan agar pertumbuhan perekonomian di Indonesia dapat terus berjalan.
"Tentu sudah dibicarakan di level ratas, di level rapat koordinasi, ke medsos, jangka panjang, jangka pendek, dan jangka menengah. Yang jangka panjang tentunya sama, transisi energi, mengubah banyak kendaraan jadi kendaraan umum, menyediakan transportasi publik yang banyak, membuat zona-zona yang dilewati kendaraan-kendaraan low emission, dan sebagainya," tuturnya
"Kan itu ekonomi Jakarta terus berjalan, terus pertumbuhan penduduk juga masih terjadi gitu. Meskipun sudah selesai 1-3 tahun, tapi kan gaya hidup, pertumbuhan penduduk terus berubah. Itu harus disesuaikan," pungkasnya.
Simak Video: Polusi Tetap Ada Walau PLTU Suralaya Dimatikan