Nusron Wahid Tak Setuju Pertalite Diganti Pertamax Green 92, Ini Alasannya

Nusron Wahid Tak Setuju Pertalite Diganti Pertamax Green 92, Ini Alasannya

Anggita - detikNews
Jumat, 01 Sep 2023 10:20 WIB
Nusron Wahid
Foto: dok. DPR RI
Jakarta -

Anggota Komisi VI DPR RI Nusron Wahid mempersoalkan keinginan PT Pertamina (Persero) untuk mengganti Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis Pertalite dengan Pertamax Green 92.

Gus Nus, sapaan akrab Nusron Wahid, menilai usulan Pertamina itu sangat tidak tepat, tidak efisien, dan mahal. Bahkan ia menduga usulan Pertamina itu hanya akal-akalan saja, untuk membuka ruang permainan bagi kelompok tertentu yang ingin mengambil keuntungan dari kebijakan impor.

"Pertalite itu bahannya dari gasoline RON 90. Memang tidak ramah lingkungan dan barangnya terbatas di dunia. Tapi kenapa gantinya Pertamax Green 92? Bukan gasoline RON 92 ke atas yang diproduksi sama Kilang Pertamina?" tanya Nusron Wahid dalam Raker Komisi VI DPR RI dengan Menteri BUMN Kamis, kemarin, dikutip dalam keterangan tertulis, Jumat (1/9/2023).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sebelumnya dalan RDP Komisi VII DPR RI, Dirut PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati mengusulkan subsidi Pertalite dialihkan ke Pertamax Green 92. Ia beralasan usulan itu sejalan dengan aturan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) di mana produk BBM yang bisa dijual di Indonesia minimal RON 91.

Menurut Gus Nus, kebijakan ini selain mahal dan tidak efisien juga cenderung mengungungkan asing. Alasannya, pertama, bahan baku Pertamax Green 92 terdiri dari BBM gasoline RON 90 dicampur dengan bio etanol sebesar 7 persen.

ADVERTISEMENT

"Produk gasoline RON 90 itu di dunia sudah terbatas. Karena terbatas secara ekonomis tentu mahal. Kilang Pertamina pun sudah tidak memproduksi. Ujung-ujungnya kita akan import dengan mahal. Berapa devisa yang harus keluar?" ujar Nusron Wahid.

Kedua, kebijakan ini tidak sesuai dengan semangat PT Pertamina mengembangkan project RDMP Kilang Pertamina yang semangatnya itu transformasi dari Euro 2 menuju Euro 5 yang output-nya adalah BBM dengan RON 92-94.

"Masa Kilang Pertamina disuruh produksi BBM RON 92-94, di sisi lain Pertamina malah melanggengkan import BBM RON 90 meski nanti akan dicampur dengan bio etanol. Ini tidak sejalan dengan semangat transformasi dalam Pertamina itu sendiri," tegasnya.

Gus Nus menduga, kebijakan ini diambil dalam rangka menguntungkan pihak-pihak tertentu yang selama ini memasuki gasoline RON 90 supaya tetap bisa berjalan meski sudah ada peraturan dari KLHK.

"Pertamax Green 92 ini akal-akalan saja. Supaya masih bisa impor BBM RON 90. Malah sekarang tambah impor bio etanol," ujat Gus Nus.

Sebagai ganti Pertalite, Gus Nus, mengusulkan agar sebaiknya menggunakan BBM RON 92 saja, yang bisa diproduksi Kilang Pertamina, sehingga tidak perlu import bio etanol dan BBM RON 90 dari luar.

"Masa yang diproduk di Kilang Pertamina tidak disubsidi. Yang import murni malah disubsidi. Ini asing justru pesta di atas subsidi uang negara," ujarnya.

"Harusnya kalau toh import sebaiknya BBM RON 2 yang sudah sesuai standar Kilang Pertamina. Malah kalau dibutuhkan impornya crude oil supaya bisa diproses di kilang Pertamina menjadi RON 92. Sehingga tidak perlu campuran, lebih murah dan menguntungkan Pertamina," tuntasnya.

Simak Video 'Jokowi Belum Tahu Rencana Pertamina Hapus Pertalite Tahun Depan':

[Gambas:Video 20detik]



(prf/ega)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads