DKI Evaluasi Semprot Air ke Jalan untuk Kurangi Polusi, Akan Disetop?

DKI Evaluasi Semprot Air ke Jalan untuk Kurangi Polusi, Akan Disetop?

Tiara Aliya Azzahra - detikNews
Rabu, 30 Agu 2023 17:13 WIB
Petugas pemadam kebakaran menyemprotkan air disepanjang jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat. Penyemprotan air dilakukan untuk mengurangi polusi di Jakarta.
Penyemprotan air di jalanan Jakarta. (Agung Pambudhy/detikcom)
Jakarta -

Pemprov DKI Jakarta bakal mengevaluasi kegiatan penyiraman air di jalanan Ibu Kota menggunakan water cannon demi mengurangi polusi udara. Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) DKI Jakarta Asep Kuswanto mengatakan nantinya akan ditinjau apakah kegiatan penyiraman perlu dilanjutkan atau dihentikan.

"Kami tetap akan evaluasi, terhadap upaya penyemprotan menggunakan water cannon tersebut. Jadi mungkin kita melihat dulu juga kondisi-kondisi, apakah pada saat itu cuacanya sedang, polusinya terlalu tinggi, atau mungkin debunya terlalu banyak," kata Asep Kuswanto kepada wartawan, Rabu (30/8/2023).

Asep mengakui penyiraman air dengan water cannon dikhawatirkan mengangkat debu-debu yang ada di jalanan ke udara sehingga kegiatan ini perlu ditinjau ulang.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Sehingga memang dikhawatirkan debu-debu yang ada selama ini di jalan kalau menggunakan water cannon pasti akan ke atas, itu yang menjadi bahan evaluasi kami, apakah water cannon itu akan dilanjutkan atau tidak," ujarnya.

Asep menekankan berbagai upaya dilakukan untuk menekan polusi udara. Asep mengakui penggunaan water cannon di sebagian negara tidak cocok karena adanya perbedaan iklim serta kondisi cuaca.

ADVERTISEMENT

"Tetapi di sebagian negara lain, itu dilakukan dan itu juga menunjukkan dampak yang cukup baik," jelasnya.

Sebelumnya, guru besar FKUI Tjandra Yoga Aditama mengatakan, berdasarkan penelitian, penyemprotan justru berpotensi menambah polusi. Dikutip Antara, Minggu (27/8), menurut penelitian yang dipublikasikan Jurnal Ilmiah 'Toxics' pada Juni 2021, Tjandra menuturkan penyemprotan air dalam skala besar di jalan bukannya mencegah polusi udara, tetapi menambah polusi karena meningkatkan konsentrasi PM 2,5--indikator dalam polusi udara dan kelembapan.

Simak berita selengkapnya di halaman selanjutnya.

Sementara itu, Tjandra menerangkan, dalam studi 'Environmental Chemistry Letters volume' pada 2014, disebutkan bahwa penyemprotan air secara geoengineering atau menggunakan seperangkat teknologi untuk intervensi iklim dalam upaya untuk memulihkan perubahan iklim dapat menurunkan kadar polusi PM 2,5 secara efisien.

"Tetapi memang metodologi penelitian tahun 2014 ini tidaklah selengkap penelitian di jurnal 'Toxic' yang juga tahunnya lebih baru, 2021, sehingga secara ilmiah kita jelas membandingkan keduanya," kata Tjandra.

Dalam penelitian lainnya, lanjut Tjandra, pada Maret 2022, jurnal ilmiah 'Proc ACM Interact Mob Wearable Ubiquitous Technol' memberikan perspektif yang berbeda. Peneliti menggunakan metode 'iSpray (Intelligent Spraying)', yang dinilai sebagai suatu desain perangkat lunak baru tentang teknik penyemprotan air yang lebih baik.

Hasil penelitian 'iSpray' dengan inteligensia memberi cara penyemprotan lebih efisien dan memberi dampak baik pula pada penanganan polusi udara. Tjandra menyampaikan, India pernah mencoba menyemprotkan air saat Kota New Delhi mengalami polusi udara, namun tidak memberikan hasil yang memadai. Media The Times of India pada November 2020 menyatakan menyemprotkan air mungkin tidak membuat masyarakat mendapat udara bersih.

Halaman 2 dari 2
(taa/jbr)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads