Cerita Penumpang
Hal serupa juga dirasakan oleh salah satu penumpang, Santo (19). Santo mengaku senang dengan kondisi LRT. Dia mengatakan kereta LRT Jabodebek terasa nyaman.
"Kayak wow banget gitu, kayak di luar negeri sih. Karena kan biasanya kayak biasa saja, nah itu udah kayak modern, nyaman," kata Santo di dalam LRT Jabodebek tujuan Dukuh Atas, Senin (28/8/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun Santo menilai pengereman kereta LRT Jabodebek masih kurang baik. Dia mengatakan kereta terasa mengentak setiap ngerem.
"Kemungkinan sih kurang lebih sama kayak KRL, tapi tadi sempat tes top speed kena kurang lebih 50-60 km/jam sih. Jujur, untuk pengereman masih agak kurang ya, suka kayak mengentak gitu. Kalau pintu sih sudah presisi ya, ukurannya sih normal, tadi masuk nggak nunduk," ujar Santo.
"Fasilitas di dalam juga sudah oke. Hanya, saya menyayangkan hand grip sama bangku kayak terlalu dekat gitu, jadi dengkul yang duduk sama yang diri pasti bakal nempel," imbuhnya.
Penumpang lainnya, Elfa (22), juga mengaku naik LRT Jabodebek karena penasaran. Dia mengaku nyaman dengan kehadiran LRT Jabodebek.
"Kita dari Cawang mau ke Dukuh Atas, ya karena kita ingin nyoba aja sih, karena masih sepi ya, jadi nyaman banget, bersih, cuma memang belum ada minimarket (di stasiun)," kata Elfa.
Sementara itu, rekan Elfa, Intan (22), mengaku sempat agak kaget saat kereta LRT Jabodebek ngerem. Menurutnya, entakan kereta terasa setiap ngerem.
"Kalau untuk pengereman sih tadi memang agak 'eh' gitu, tapi kalau untuk kecepatannya sendiri bakal lebih nyaman sih," ujar keduanya.
Intan juga menilai ukuran pintu yang dimiliki LRT lebih kecil daripada MRT. Namun dia mengaku tak mempermasalahkan hal itu.
"Kalau untuk aku sih standar, tapi memang lebih kecil dari MRT sih, tapi tetap nyaman. Lebih bagus sih, lebih rata (peron). (Pintu juga) pas sih," ujarnya.
Penjelasan Kemenhub
Dirjen Perkeretaapian Kemenhub M Risal Wasal mengatakan hal tersebut biasa terjadi. Pihaknya juga akan terus mengevaluasi LRT agar lebih halus saat akan berhenti.
"Nggak kasar (remnya), itulah karena dioperasikan dengan operator dan memang perlu toleransi dalam sistemnya maupun dalam infrastruktur kereta apinya. Ke depan kita coba perhalus lagi," kata Risal.
(rdp/lir)