Sosok

Prawiro Sudirjo, Left is Our Right!

Yaffa Zaida - detikNews
Senin, 28 Agu 2023 12:53 WIB
Jakarta -

Cerita masa muda Prawiro Sudirjo jelas akan berbeda bila ia terlahir lebih lambat dua puluh atau tiga puluh tahun. Sebab, terlahir sebagai kidal di zamannya ternyata memiliki tantangan dan tuntutan besar dari lingkungan tempat dirinya bertumbuh. Hidup dengan saraf motorik yang didominasi organ bagian kiri, Prawiro menjadi tampak berbeda dibandingkan teman-teman sebayanya. Ia kerap mengalami perundungan, mulai dari panggilan serta olokan lainnya. Belum lagi tekanan lain agar lebih terlihat 'normal' seperti menulis atau makan menggunakan tangan kanan.

"Jadi, guru memaksakan untuk menulis dengan tangan kanan. Waktu itu saya menangis, kemudian digendong sama guru dibawa pulang. Karena tetap diajari pun tetap nggak bisa, ya akhirnya saya tetap kidal, gitu. Tetap kiri terus, gitu," ujar Prawiro Sudirjo dalam program Sosok detikcom, Senin (28/8).

Prawiro mengaku pertumbuhan di masa kecilnya terganggu akibat terlalu memaksakan diri menggunakan tangan kanan dalam setiap kegiatan. Hingga umur belasan, ia mengaku masih sulit menyebut huruf "R". Meski demikian, Prawiro tetap gagal membendung dominasi tangan kirinya. Parahnya, sebesar apapun usahanya untuk terlihat sopan, dirinya masih sering ditegur akibat kelebihannya itu.

"Pernah, naik angkot itu dulu ya. Saya lupa memberikan uang dengan tangan kanan, sehingga supir angkotnya marah. Katanya, 'Yang sopan dong kalau ngasih uang!' saya reflek nyebut, 'Saya kidal Pak! Saya lupa.' waktu itu kan saya nggak melihat situasi ya, bahwa harusnya saya memberi dengan tangan kanan, gitu," ungkapnya.

Pengalaman hidup yang buruk membawa Prawiro pada sebuah ide untuk mengumpulkan orang-orang yang memiliki keistimewaan yang sama dengannya. Atas inisiatif Prawiro beserta rekan-rekan yang ia temukan di perkumpulan virtual, terbentuklah Komunitas Orang Kidal Indonesia (KOKI) pada Mei 2009 lalu. Tidak sebatas berkumpul dan berbagi rasa, KOKI memiliki misi untuk mendidik masyarakat agar menyadari bahwa kidal bukanlah pelanggaran norma.

Dengan semboyan 'Left is Our Right', Prawiro beserta rekan-rekannya di komunitas ingin mengajak orang-orang kidal untuk tetap percaya diri dengan keadaan mereka. Prawiro berharap, keterpurukannya di masa kecil hingga prestasinya dalam membentuk wadah bagi orang-orang kidal dapat menjadi gempuran terhadap kebiasaan bahwa kidal bukan berarti tak sopan. Meski demikian, Prawiro menyadari bahwa ada saat-saat tertentu di mana dia harus menggunakan tangan kanan. Hal ini dilakukan demi menghindari konflik dengan orang-orang awam.

"Belajar itu, untuk kelihatan biasa, dan tidak kaku. Misalnya, salaman, hormat, memberikan sesuatu. Misalnya membayar ongkos, membayar makanan, membayar minuman, itu kan orang menerima, biasa gitu ya. Jadi tidak menimbulkan konflik, gitu ya. Karena kan kalau masyarakat awam, takutnya ada konflik gitu," ujar Prawiro.

Prawiro Sudirjo mengaku akan terus berusaha mendidik masyarakat yang masih menganggap bahwa tangan kanan lebih baik daripada tangan kiri. Tidak hanya lewat KOKI, melalui profesinya saat ini, ia ingin menekankan pada anak didiknya agar menyadari bahwa kidal adalah hal yang normal. Ia juga menulis buku berjudul 'Guru Medsos Masuk TV' yang ditulisnya berdasarkan kisah-kisah orang kidal dalam melawan stigma.

"Saya menulis buku juga, yang 'Guru Medsos Masuk TV', saya jelaskan juga bahwa kidal itu anugerah lah gitu ya. Jangan di-bully. Jadi berbagai cara disampaikan. Lingkungan keluarga juga sama, seperti itu. Tidak memaksakan anak untuk menggunakan (tangan) kanan.




(Yaf/nel)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork