Wiranto Datang, Kivlan dan Muchdi Lari Terbirit-birit
Kamis, 05 Okt 2006 11:27 WIB
Jakarta - Mantan Kas Kostrad Mayjen (Purn) Kivlan Zein blak-blakan mengenai peristiwa saat Habibie diangkat sebagai presiden. Kivlan dan Muchdi PR (Letjen Purn) mengaku sempat mengusulkan agar Jenderal Subagyo jadi Panglima TNI dan Letjen Prabowo Subianto sebagai KSAD. Tapi, begitu keduanya mendatangi Habibie, tiba-tiba datanglah Wiranto. Kivlan dan Muchdi pun langsung ngacir. Takut? Peristiwa yang selalu diingat Kivlan ini terjadi pada 22 Mei 1998, sehari sebelum pelantikan Kabinet Reformasi Pembangunan yang dipimpin Habibie. Saat itu Kivlan bersama Muchdi (saat itu Danjen Kopassus) mencoba bertemu Habibie di Istana. Keduanya ingin menemui Habibie untuk menyerahkan surat dari Jenderal Besar AH Nasution. Surat yang ditandatangani Nasution itu berisikan usulan agar Subagyo diangkat sebagai Panglima ABRI dan Prabowo dipromosikan sebagai KSAD. Kivlan cs memang tidak setuju dengan rencana Habibie yang ingin mempertahankan Wiranto sebagai Panglima ABRI. "Seharusnya, Pak Wiranto itu tak lagi jadi Panglima ABRI. Orang sudah gagal kok tanggal 12 Mei 98. Masak orang gagal jadi Panglima ABRI?" kata Kivlan dalam diskusi Kontroversi Mei 98 di Institute for Policy Studies, di Jl. Penjernihan IV No 8, Jakarta, Selasa (3/10/2006) lalu. Tanggal 21 Mei 1998 malam, Kivlan bertemu Pangkostrad Letjen Prabowo Subianto. Saat itu, Prabowo bertanya ke Kivlan mengapa bukan Subagyo yang menjadi Panglima ABRI, lha kok masih Wiranto. "Bagaimana ini Bang, tanya Prabowo pada saya. Berpikirlah saya. Yang bisa ngomong ke Habibie soal ini hanya satu, Pak Nas (AH Nasution-Red)," ujar Kivlan. Setelah itu, Kivlan berangkat menuju rumah Nasution. "Tanggal 22 Mei, jam 06.00 WIB, berangkatlah saya dari markas Kostrad. Saya telepon terlebih dulu, dan ternyata Pak Nas sedang sakit. Saat bertemu, Pak Nas duduk dan meminta saya untuk menulis dan dia akan menandatangani surat itu," kisah Kivlan. Lantas Kivlan membuat draf surat yang berbunyi, "Ananda Habibie, keadaan semakin genting belum bisa diatasi. Wiranto panglima ABRI belum bisa mengatasi ini dari 12-22 Mei 1998. Ada baiknya diangkat orang lain menjadi panglima, ada baiknya adalah Subagyo dan sebagai KSAD adalah Prabowo." Kivlan berkelakar membuat surat seperti ini agar dirinya juga bisa jadi naik pangkat. "Saya membuat surat ini, kan biar saya jadi Pangkostrad," kata Kivlan sambil berkelakar yang disambut gelak tawa peserta diskusi. Surat yang dibuat Kivlan itu pun ditandatangani Nasution. Setelah itu, Kivlan mencari Muchdi PR di kantornya untuk diajak menemui Habibie mengantar surat dari Nasution itu. "Di kantornya, saya tidak ketemu. Tapi, akhirnya Pak Muchdi menyusul saya di ruang tamu Istana," ujar dia. Awalnya, Kivlan mendatangi Habibie sendirian. Di Istana, Kivlan diterima ajudan Presiden Habibie, Kolonel Tubagus Hasanuddin. "Ini surat dari Pak Nasution. Tak tahu saya, tolonglah disampaikan," kata Kivlan kepada Hasanuddin saat itu. Ketika itu, Kivlan berada di ruang tamu sebelah kiri. Saat menunggu diterima Habibie, datanglah Muchdi bergabung dengan dirinya. "15 Menit kemudian, tiba-tiba muncullah Sintong Pandjaitan (staf khusus Habibie berpangkat mayjen) dari ruang makan. Sintong menyapa kami dan menanyakan keperluannya. Saya sampaikan ada surat dari Pak Nas untuk Pak Habibie, tapi isinya saya tidak tahu. Oleh Sintong, kami malah disuruh pulang. Tapi kami tak mau, wong ajudan suruh menunggu kok," kata Kivlan. Karena Kivlan dan Muchdi tetap bertahan, Sintong pun masuk ke ruang dalam kembali. "Tiba-tiba saat itu, muncul Pak Wiranto. Ujug-ujug datang dia. Saya bilang pada Pak Muchdi, panglima yang akan kita bicarakan di ruang tamu ada juga. Masak kita jenderal bintang dua mau bilang panglima mau diganti ni. Larilah kita terbirit-birit," tutur dia.Takut? "Bukannya takut, tapi berbahaya. Saya kan bawa pistol, bisa saya tembak dia. Saya kan temperamen tinggi. Pak Muchdi juga Kopassus," ujar Kivlan. Akhirnya, saat itu Kivlan dan Muchdi gagal bertemu Habibie, sementara surat dari Nasution sudah ada di tangannya. Untuk melobi agar Wiranto tak dipertahankan sebagai Panglima TNI, Kivlan juga pernah menemui Fanny Habibie (JE Habibie), adik kandung Habibie, di kantor Otorita Batam, Jakarta Timur. Saat itu, Kivlan meminta Fanny membantu menyampaikan pesan kepada Habibie agar Subagyo diangkat sebagai Panglima ABRI. "Selagi ngomong ke Fanny, saya dapat telepon bahwa saya disuruh ke markas Kostrad untuk membawa pataka Kostrad ke markas AD. Saya pikir, wah ini Bowo (Prabowo) mau dicopot ini. Saya jadi bangkit. Saya langsung ke Kostrad, tapi saya tak mau ambil pataka. Karena kalau saya bawa, berarti saya panglima dong," kata dia. Rupanya, Prabowo saat itu tidak mau menyerahkan pataka Kostrad ke Letjen Johny Lumintang yang ditunjuk Wiranto sebagai Pangkostrad sementara, pengganti Prabowo. "Oleh Prabowo, pataka Kostrad itu langsung diserahkan ke KSAD Jenderal Subagyo pada tanggal 22 jam 11 malam," kata dia. Keesokan harinya, Johny Lumintang dicopot sebagai Pangkostrad dan digantikan oleh Letjen Djamari Chaniago. "Jadi, Jhony Lumintang itu jadi Pangkostrad hanya 23 jam," kata dia terkekeh.
(asy/nrl)