Merawat Kelestarian Bahasa Daerah Lewat Film

Merawat Kelestarian Bahasa Daerah Lewat Film

Rakhmad Hidayatulloh Permana - detikNews
Rabu, 16 Agu 2023 10:38 WIB
Film Lara Ati disutradarai Bayu Skak. Film ini dibuat berdasarkan curahan isi hatinya.
Foto: Bayu Skak saat launching film Lara Ati (Esti Widiyana/detikJatim)
Jakarta -

Perkembangan teknologi yang semakin pesat bisa mengikis sisi kedaerahan, termasuk dalam soal bahasa. Oleh karena itu, para seniman industri perfilman mencoba melestarikan bahasa daerah lewat film.

Salah upaya ini dilakukan oleh Bayu Skak atau Eko Moektito yang merupakan youtuber, komedian, sutradara dan penulis skenario film. Dia dikenal sebagai sutradara yang telah membuat film-film berbahasa Jawa. Menurut Bayu, kedaerahan adalah akar menjadi manusia.

"Jika kedaerahan kita terkikis, kita akan menjadi manusia yang lupa pada akar budaya!" ujar Bayu dalam webinar berjudul 'Penggunaan Bahasa Daerah dalam Film Indonesia' yang digelar Festival Film Wartawan Indonesia (FFWI), Selasa (15/8/2023).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

ADVERTISEMENT

Oleh karena itu, Bayu menolak kedaerahan, terutama bahasa daerah, terpinggirkan dan lenyap sebagai bagian dari kebudayaan Indonesia.

Selain Bayu, webinar kali ini menampilkan narasumber Susi Ivvaty, mantan wartawan harian Kompas, peliput bidang seni dan film. Susi kini aktif di Tradisi Lisan dan Lesbumi-Lembaga Seni dan Budaya di bawah naungan ormas Nahdatul Ulama (NU).

Webinar seri kedua FFWI yang diikuti 50 peserta aktif ini dipandu Supriyanto, wartawan Tabloid Bintang Indonesiacom.

Dari webinar ini terungkap, adat dan budaya beragam yang unik menjadi sumber cerita berbagai genre film, termasuk bahasa daerah.

Wacana mengangkat film berbahasa daerah tidak saja terkait untuk kepentingan komersial, tetapi juga sebagai hiburan. Hal ini karena ada istilah atau dialek daerah yang bisa memunculkan tawa penonton.

Lebih dari itu, penggunaan bahasa daerah dalam film sekaligus satu cara untuk melestarikan bahasa daerah yang kian teralineasii dalam cakap pergaulan generasi Z.

Bersedia Tak Diberi Honor

Di Bayu Skak menceritakan pengalamannya ketika menawarkan cerita film berbahasa daerah Jawa. Bayu yang berasal dari Malang, Jawa Timur, sampai bertaruh dengan produser Starvision Chand Parwez Servia.

"Kalau film tidak bisa meraih penonton sampai 500 ribu, honor saya tidak usah dibayar!" ujarnya.

Pada kenyataannya film 'Yo Wis Ben' yang digarapnya, berhasil mengumpulkan penonton sampai sekitar 900 ribu. "Bukan cuma saya yang ketagihan, produsernya pun memproduksi film 'Yo Wis Ben 2', 'Yo Wis Ben 3' dan 'Yo Wis Ben Finale'," ungkap Bayu yang memulai karier sebagai Youtuber tersebut.

Bayu mengaku bangga dan sangat percaya diri untuk memproduksi film berbahasa daerah. Ini bukan semata-mata karena 'Yo Wes Ben' telah berhasil meraih jumlah penonton sampai ratusan ribu.

Pelestarian Bahasa Daerah

Sementara itu, pengalaman Susi Ivvaty menemukan film memegang peranan strategis dalam upaya pelestarian bahasa daerah.

Dia mencontohkan beberapa film seperti 'Siti' dan 'Turah' yang menggunakan bahasa daerah Jawa, lalu ada film 'Uang Panai' yang menggunakan bahasa Makasar -Bugis. Juga film 'Yuni' yang mengangkat cerita tradisi masyarakat Serang Banten.

Dalam film 'Yuni' bahasa yang digunakan Jawa Serang. Jawa yang bercampur dengan bahasa Sunda.

"Di sinilah kita lihat bahasa itu menjadi keutamaan rasa, bahasa budaya dan dalam bahasa daerah itu kuat sekali," urai Susi.

Film, kata Susi, perlu memanfaatkan bahasa daerah jika cerita yang diangkat beratar belakang adat dan budaya suata daerah tertentu .

"Karena feelnya ada di dalam bahasa itu," jelasnya.

(rdp/dhn)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads