Perhelatan ASEAN Inter Parliamentary Assembly (AIPA) ke-44 yang diselenggarakan DPR RI pekan lalu dinilai telah merelevankan Indonesia di kancah internasional. Sebagai tuan rumah sidang forum parlemen se-Asia Tenggara itu, DPR dinilai telah menampilkan wajah terbaik Indonesia.
"Sidang AIPA telah secara optimal dimanfaatkan secara positif oleh DPR Indonesia melalui Ketuanya, Puan Maharani," kata Guru Besar Hukum Internasional Universitas Indonesia Prof Hikmahanto Juwana dalam keterangan tertulis, Selasa (15/8/2023).
Dalam Sidang Umum AIPA ke-44, Ketua DPR RI yang juga menyandang posisi sebagai Presiden AIPA 2023 Puan Maharani membawa sejumlah isu besar. Termasuk di antaranya tentang ancaman ketegangan geopolitik yang harus diantisipasi negara-negara Asia Tenggara, salah satunya dengan menekankan ASEAN Solidarity.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Puan juga meminta komitmen ASEAN di tengah berbagai permasalahan global, mulai dari rivalitas kekuatan besar, isu kemiskinan, ketimpangan, industrialisasi, globalisasi, gender, kesehatan, pendidikan dan lingkungan hidup. Ia pun mengingatkan AIPA untuk menyelesaikan isu prioritas yang menjadi kepentingan bersama antara lain terkait tata ekonomi dunia yang adil dan mitigasi perubahan iklim.
Menurut Hikmahanto, Puan telah membawa DPR RI turut serta meningkatkan citra Indonesia melalui isu-isu yang dibawanya.
"Ini merupakan upaya lembaga negara merelevankan Indonesia dalam pentas dunia yang patut untuk diapresiasi," jelas Rektor Universitas Jenderal Achmad Yani itu.
"Terlebih lagi Sidang AIPA ke-44 menyepakati pembentukan tim khusus yang berupaya mencari jalan keluar krisis di Myanmar," sambungnya.
Adapun Sidang Umum AIPA di Jakarta menghasilkan 30 resolusi dari berbagai komite AIPA yang akan diadopsi untuk kepentingan kawasan Asia Tenggara. Resolusi tersebut berasal dari Komite Parlemen Wanita, Komite Parlemen Muda atau Young Parliamentarians of AIPA (YPA), Komite Urusan Politik, Komite Ekonomi, Komite Urusan Sosial, Komite Urusan Organisasi, dan Komite Urusan Organisasi.
Beberapa resolusi merupakan usul dari DPR mewakili Indonesia, salah satunya resolusi kerja sama parlemen untuk mencapai perdamaian jangka panjang di Myanmar dari Komite Urusan Politik AIPA. Komite ini juga sepakat membentuk tim monitoring dari AIPA untuk memonitor upaya perdamaian konflik di Myanmar.
Tim dari AIPA akan membantu memantau pelaksanaan Konsensus 5 Poin penyelesaian konflik di Myanmar yang telah disepakati negara-negara Asia Tenggara. Selain itu, Tim AIPA juga berencana mengunjungi Myanmar untuk melihat langsung kondisi masyarakat di sana.
Tak hanya soal krisis Myanmar, Sidang Umum AIPA juga membahas mengenai masalah Laut China Selatan yang masih menjadi sengketa sejumlah negara di Asia Tenggara. AIPA turut membahas soal konflik Rusia-Ukraina yang masih belum selesai dan berdampak secara global, termasuk di kawasan ASEAN.
Selain itu, DPR menyelipkan upaya diplomasi parlemen lewat hospitality-nya sebagai tuan rumah. Penyelenggaraan Sidang Umum AIPA ke-44 kental akan seni budaya dan promosi pariwisata kepada para delegasi.
"Sidang AIPA juga mendukung upaya pemerintah untuk mengenalkan berbagai objek pariwisata di Indonesia, di samping agar para delegasi dapat melihat keramahan masyarakat Indonesia," terang Hikmahanto.
Hosting DPR pada Sidang Umum AIPA tahun mendapat banyak pujian dari anggota parlemen ASEAN, perwakilan negara observer dan organisasi yang menjadi delegasi pada salah satu event internasional bergengsi itu. Dalam agenda akbar itu, DPR RI k menyajikan ragam seni budaya selama. Misalnya, saat Gala Dinner para delegasi disuguhkan dengan pertunjukan seni budaya Indonesia. Delegasi juga merasa terpuaskan dengan suguhan kuliner-kuliner khas berbagai daerah seperti soto Lamongan, es doger, hingga surabi.
"Penyelenggaraan sangat terorganisir, kami para delegasi sangat bahagia apalagi saat Gala Dinner dan Solidarity Dinner, di luar dugaan kami," ungkap Anggota Parlemen Filipina, Maria Rachel Arenas.
Saat Solidarity Dinner usai penutupan Sidang AIPA ke-44, para delegasi disuguhkan acara makan malam yang dihiasi dengan pentas budaya. DPR pun mengajak delegasi berinteraksi menampilkan seni budaya dari negara masing-masing.
Pada kesempatan itu Puan Maharani ikut maju berjoget di atas mimbar saat anggota DPR yang juga penyanyi seperti Kris Dayanti dan Mulan Jameela membawakan lagu dangdut sebagai perwakilan Indonesia. Para delegasi dari negara-negara lain ikut menyemarakkan penampilan dengan dangdutan bersama, hingga bergoyang Poco-poco dan Maumere.
"Saya percaya banyak orang menari dan menikmatinya. Secara keseluruhan acara ini sangat berhasil," sebut Arenas.
Ketua Komite Urusan Luar Negeri Majelis Parlemen Filipina itu pun memuji cara DPR menyajikan side event di Sidang Umum AIPA ke-44. Salah satunya saat DPR mengajak delegasi AIPA berkunjung ke Taman Mini Indonesia Indah (TMII) untuk melihat miniatur Indonesia, dan ketika lunch for Women ASEAN Inter Parliamentary Assembly (WAIPA) untuk para anggota parlemen perempuan AIPA.
Dalam acara tersebut, DPR memperkenalkan delegasi perempuan AIPA dengan beragam pola batik sebagai warisan budaya Indonesia yang telah diakui UNESCO. Arenas mengaku sangat menikmati acara itu.
"I actually love batik. Dan saya sangat mendukung UMKM-UMKM yang memajukan produk-produk lokal seperti Batik," tuturnya.
"Saya rasa penyelenggaraan AIPA tahun ini cukup sukses dan keberhasilannya bisa dilanjutkan di tahun-tahun berikutnya. Acara di Indonesia tahun ini bisa diadopsi oleh tuan rumah selanjutnya," lanjut Arenas.
Sebelumnya, Puan mengatakan solidaritas dan persatuan menjadi inti dari nilai-nilai di ASEAN. Untuk itu, dia mengajak anggota AIPA memperdalam apresiasi terhadap tradisi dan adat istiadat satu sama lain, serta menumbuhkan rasa identitas ASEAN yang lebih kuat.
"Mari kita perbarui komitmen kita pada solidaritas dan pemahaman budaya. Kita bawa semangat persatuan ASEAN di luar pertemuan ini," ucap Puan.
Wakil Badan Kerja Sama Antar Parlemen (BKSAP) DPR Putu Supadma Rudana menambahkan DPR RI memanfaatkan Sidang Umum AIPA ke-44 sebagai ajang promosi gratis pariwisata Indonesia. Hal ini mengingat banyak delegasi dari berbagai negara yang hadir.
"Soft diplomasinya ialah promosi destinasi pariwisata, promosi budaya dan juga promosi dari kekayaan alam kita yang memang indah," sebut Putu.
"Momentum kegiatan ini sangat baik kita gunakan untuk mempromosikan destinasi-destinasi pariwisata kita, seni budaya kita. Ini kan free promosi. Event sidang terus terjadi dan promosi juga berjalan, apalagi ini kan yang hadir members of parliament," ujar Putu.