Kasus seorang anggota pasukan pengibar bendera (paskibra) di Klaten meninggal dunia usai latihan berbuntut panjang. Siswi SMK berinisial TA (16) itu meninggal setelah sempat mengalami kejang dan dibawa ke Puskesmas Bayat.
TA merupakan siswi SMK di Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). TA awalnya sempat mengalami kesakitan atau kejang usai latihan paskibra lalu dibawa ke Puskesmas Bayat. Namun TA tak sempat mendapat pertolongan hingga akhirnya meninggal.
Usai peristiwa tersebut, warga Desa Bogem, Kecamatan Bayat, Klaten, berbondong-bondong mendatangi Puskesmas Bayat. Warga kecewa lantaran penanganan pihak Puskesmas terhadap TA yang dinilai lambat hingga TA meninggal.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
1. Kronologi Paskibra di Klaten Meninggal
Dilansir detikJateng, Senin (14/8/2023), TA meninggal pada Rabu, 9 Agustus 2023. Paman TA, Giyanto, mengatakan TA sejak pagi tidak ikut kegiatan belajar dan hanya mengikuti latihan paskibra hingga sore hari.
"Ikut kegiatan paskibra sampai sore. Pulang dari sekolah sekitar jam 16.00 WIB," kata paman TA, Giyanto.
Setelah latihan, TA sempat mengantar temannya. Sesampai di rumah pukul 17.00 WIB, TA beraktivitas biasa di rumahnya. Hingga akhirnya TA mengeluh pegal dan minta dipijat ayahnya. TA kemudian pingsan.
"Sehabis pulang, jam 17.00 WIB beraktivitas biasa di rumah, bercanda dengan ayah ibunya. Habis magrib bercanda dengan keluarga di depan televisi tapi kaki merasa pegal minta dipijat," jelas Giyanto.
Sang ayah pun membawa TA ke Puskesmas Bayat. Perjalanan dari rumahnya ke Puskesmas Bayat hanya membutuhkan waktu 5 menit.
Namun, ketika sampai puskesmas, TA dinyatakan meninggal dunia. "Sampai sana dicek tapi dinyatakan meninggal," ungkap Giyanto.
![]() |
2. Puskesmas Bayat Digeruduk Warga
Puskesmas Bayat digeruduk oleh warga usai TA meninggal di Puskesmas tersebut. Para warga yang mendatangi Puskesmas Bayat untuk mempertanyakan penanganan pihak puskesmas terhadap TA.
"Kita banyak sekali menerima keluhan dari masyarakat Bayat, Puskesmas Bayat itu sering gampangke (meremehkan). Ketika kita kirim pasien sering tidak ada dokter, ketika ada pasien perlu dirujuk bilang tidak ada sopir," kata Ripto, warga Desa Paseban saat audiensi.
Ripto menyoroti realisasi pelayanan yang tertulis 24 jam. Namun faktanya, siswi SMK di Kabupaten Gunungkidul itu meninggal usai tidak tertangani.
"Banyak sekali keluhan masyarakat, bahkan ratusan kali. Yang kami tanyakan puskesmas sudah pasang plakat 24 jam mestinya petugas harus stand by, jangan cuma tulisan," tuturnya.
3. Puskesmas Mengaku Sudah Tangani
Kepala Puskesmas dokter Wahyu Ciptadi menyebut pihaknya sudah memberikan penanganan terhadap TA. Namun kondisi anggota Paskibra asal Klaten itu disebut sudah terlanjur kritis hingga tidak tertolong lagi.
"Kasus kemarin, tidak ada lima menit datang itu sudah ditangani anak-anak, sudah dipasang (alat) dan sudah positif (meninggal), riwayatnya dari rumah sudah biru, sudah berbusa. Biasanya itu jantung tapi perlu pemeriksaan lebih lanjut," jelasnya.
Dia juga menjelaskan kondisi staf Puskesmas Bayat yang kekurangan sopir ambulans. Dia menyebut pihaknya memiliki tiga ambulans yang siaga, namun minim sopir karena sedang opname.
"Kita punya perawat sebenarnya juga kita fungsikan driver, ndilalah kemarin opname. Perawat yang jaga kemarin ndilalah juga tidak ada yang bisa nyetir," lanjutnya.
"Kalau mobil cukup, cuma driver yang belum. Tidak (dokter tidak 24 jam), biasanya kami call jika ada yang mendesak," sambung Wahyu
Simak juga 'Saat Kisah Bunga, Wakil Babel Paskibraka Nasional yang Jual Kue Tanpa Gengsi':