Jadi Nominator Peraih Nobel, SBY Pasrah pada Tuhan

Jadi Nominator Peraih Nobel, SBY Pasrah pada Tuhan

- detikNews
Senin, 02 Okt 2006 16:33 WIB
Jakarta - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) 'sungkan' terus dikejar pertanyaan wartawan terkait pencalonan sebagai penerima hadiah Nobel Perdamaian 2006 dan segala pemberitaan mendalam mengenai itu. Dia memasrahkan hal itu kepada Tuhan. Dengan kerendahan hati, SBY menegaskan peluang mendapatkan penghargaan prestisius tingkat dunia atas tercapainya perdamaian di Aceh tersebut sebaiknya diserahkan ke pihak panitia Nobel. "Kalau penghargaan itu baik untuk saya, dan untuk bangsa Indonesia, Tuhan pasti memberikan jalan. Sebaliknya, jika yang terbaik adalah tidak menerima, pasti Tuhan pun akan menentukan demikian," demikian SBY. Pernyataan tertulis Kepala Negara di atas dibacakan Juru Bicara Kepresidenan, Andi Mallarangeng, sore ini, Senin (2/10/2006) dalam keterangan pers yang digelar di Kantor Presiden, Jakarta. Pernyataan tertulis itu terdiri dari tiga halaman kertas ukuran A4.Presiden SBY menyatakan, sedari awal dirinya tidak berpikir akan mendapatkan hadiah Nobel. Sebab penghargaan hanyalah dampak ikutan. Konsentrasi dan priorotas utama adalah terciptanya perdamaian yang sebenarnya di Aceh. Pencalonan dirinya sebagai penerima Nobel Perdamaian 2006 adalah penghargaan dunia terhadap pencapaian bangsa Indonesia. Ketika di belahan lain dunia perang berkecamuk, konflik bersenjata di Aceh dapat diselesaikan dengan damai. Ditegaskan dia, tercapainya MoU Helsinski sendiri, tidak lepas dari kontribusi banyak pihak yang terlibat, baik secara langsung dan tidak di dalamnya. Seperti kerja keras dari Wapres Jusuf Kalla dan kegigihan tim perunding yang dipimpin Hamid Awaludin. Juga keuletan dari delegasi GAM di bawah pimpinan Malik Mahmud, perundingan yang difasilitasi mantan Presiden Finlandia Martti Ahtisaari itu pun dapat berjalan baik. Sementara di Tanah Air, banyak pihak yang memberi dukungan bagi terciptanya situasi kondusif di Aceh pada masa demiliterisasi. Mulai dari pimpinan TNI dan Polri terutama Jend. Endriartono Sutarto, DPR, DPD, pemda dan DPRD NAD. Tidak ketinggalan peran AMM yang disumbang negara-negara ASEAN dan Uni Eropa. Tercapainya kesepakatan yang ditandatangani 15 Agustus 2005 itu, tidak bisa dilepaskan dari serangkaian upaya damai dirintis oleh pemerintahan pendahulunya. Dari seluruh kegagalan yang terjadi, pelajaran penting tentang perdamaian dapat dipetik."Oleh karena itu, jika Allah SWT menghendaki kita menerima Nobel Peace Prize 2006, pihak-pihak yang saya sebutkan tadilah yang sesungguhnya berhak menerima penghargaan itu. Jika Nobel Prize ini tidak diberikan kepada kita, sejarah tetap mencatat siapa saja yang telah berbuat baik untuk Aceh, bangsa dan negara tercinta," lanjut Andi. Lebih lanjut Presiden mengingatkan, bangsa Indonesia masih menghadapi sejumlah tantangan dan permasalahan dalam mengelola proses damai di Aceh. Ia mengajak seluruh komponen bangsa terus mengawalnya bersama, sehingga Aceh memiliki masa depan lebih baik dalam NKRI. (lh/asy)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads