Grafologi, Media Tessa Sugiarto untuk Berkenalan dengan Diri Sendiri

Sosok

Grafologi, Media Tessa Sugiarto untuk Berkenalan dengan Diri Sendiri

Nada Celesta - detikNews
Senin, 07 Agu 2023 12:21 WIB
Jakarta -


Ketika mempelajari ilmu grafologi, mulanya Tessa Ayuningtyas Sugito hanya ingin memahami karakter calon karyawan di restoran milik keluarganya. Namun, ia justru terjerumus dalam dirinya sendiri yang sebelumnya tidak ia ketahui.

Tessa menjelaskan, grafologi adalah ilmu menganalisa tulisan tangan seseorang. Melalui grafologi, karakteristik seseorang, berikut dengan pola pikir dan kondisi kesehatan fisik serta mentalnya bisa ditelaah. Menjadi seorang grafolog sejak 2014 adalah persimpangan jalan hidup yang tidak akan disesalinya. Sebab, profesi ini cukup jauh dari studi yang ia pelajari sebagai master lulusan Teknologi Pangan di Finlandia.

Pertemuannya dengan ilmu ini cukup konfidensial. Sebagai penerus usaha keluarga, Tessa kewalahan mencari pegawai yang sesuai kriteria. Kebutuhan ini mengantarkan Tessa pada grafologi. Selama mempelajari ilmu tersebut, Tessa tak sabar untuk segera mengaplikasikannya pada proses rekrutmen calon karyawannya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dalam proses belajarnya, Tessa juga diharuskan sering menulis tangan. Dari sana, Tessa baru menyadari beberapa hal tentang karakteristik pribadinya sendiri. Tak hanya itu, ia juga jadi tahu kondisi kesehatannya kala itu.

"Aku sangat tempramental. Karena, aku jujur, evaluasi diri sangat tempramental. Dan ternyata sebenarnya secara medis, karena ada ketidakseimbangan hormon. Waktu itu kan belum tahu. Apakah mungkin karyawan nggak betah karena saya suka marah-marah, gitu kan. Jadi, balik lagi, awalnya ya untuk mengetahui diri saya sendiri dulu, karakter saya sebagai pemimpin seperti apa," terang Tessa di program Sosok detikcom.

ADVERTISEMENT

Menganalisis tulisannya sendiri membuat Tessa berefleksi. Ia menyadari, keberhasilan suatu perusahaan tak semata-mata ditentukan dari karakter karyawan yang direkrut. Sifat dari pemimpin perusahaan juga menentukan bagaimana perusahaan akan melaju.

Maka, setelah mengetahui karakternya sendiri lewat tulisan tangan, Tessa pun ingin memperbaiki diri. Caranya, dengan memperbaiki tulisan tangannya.

"Karena udah tahu grafologi, akhirnya jadi rajin menulis. Ketika rajin nulis, akhirnya jadi lebih mental clarity-nya lebih bagus. Terus juga, ide-idenya lebih banyak. Lebih berani bermimpi juga. Lebih berani capai target. Terus juga, yang paling, yang paling kelihatan sih sebenarnya, regulasi emosinya sih," jelas Tessa.

Menurut Tessa, dalam dunia grafologi, seringkali ia menemukan grafolog yang menjanjikan kesuksesan hidup pada klien hanya dengan mengubah bentuk tulisan. Meski tak sepenuhnya salah, Tessa menyayangkan cara berpikir instan yang mungkin terjadi dari janji-janji tersebut.

"Mungkin ada beberapa grafolog yang menggunakan gimmick terminologi marketing, 'Mengubah tanda tangan bisa tambah kaya, mengubah tulisan bisa tambah sukses,' dan lain-lain. Tapi ya sebenarnya, basis science-nya karena dengan kita mengubah tanda tangan, mengubah tulisan, kita kan sebenarnya juga melatih motorik skill kita. Otak kita jadi terlatih, otak kita jadi lebih terpacu, karena emosi lebih stabil, kreativitas meningkat. Produktivitas meningkat. Ya masa rejekinya nggak lebih banyak? Sebenarnya kan itu aja. Cuma kan, dalam arti, step by step-nya kadang orang nggak mau tahu ya. Pokoknya mengubah tulisan, nanti tambah sukses," ujar Tessa.

(nel/vys)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads