Jakarta - Kedua kaki Sinta Bella (9) lemah dan tak bisa berjalan usai disuntik imunisasi antitetanus. Namun Depkes menyatakan tidak ada hubungan antara kelumpuhan dengan suntikan tersebut. Jadi?"Kelumpuhan yang dialami Sinta Bella disebutkan akibat kerusakan tulang belakang yang disebabkan oleh virus yang sudah berlangsung lama," sebut Ketua Komite Daerah Penanggulangan dan Pengkajian Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (Komda KIPI) Provinsi Jawa Barat Prof Dr Suganda Tanuwidjaja Sp.A (K) dalam rilis Depkes, Sabtu (30/9/2006).Dokter yang merawat Sinta Bella di RS Hasan Sadikin yakni dr Neli Amalia Sp.A menuturkan, dari hasil pemeriksaan terhadap Sinta Bela, terdapat infeksi kerusakan tulang belakang yang mengakibatkan keropos, sehingga dengan sendirinya menekan syaraf belakang."Infeksi disebabkan oleh kuman yang sudah berlangsung lama, tanpa disadari oleh penderita. Tulang yang sudah keropos harus dipasang
pen supaya tidak bergeser terus-menerus," kata dr Neli seraya menyatakan tidak bisa memastikan Sinta Bella dapat sembuh seperti semula atau tidak.Sementara Kepala Sub Dit Imunisasi Ditjen PPL Depkes dr Jane Soepardi mengatakan, selama program Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS) berlangsung, tidak pernah dilaporkan kasus seperti Sinta Bella.
Kronologi Versi DepkesSinta Bella, murid Sekolah Madrasah Ibtidaiyah Al-Huda, Bekasi mendapat imunisasi Difteri Tetanus (DT) di sekolahnya pada 22 November 2005 pukul 09.00 WIB.Dua hari kemudian Sinta Bella terjatuh saat berebut mangga dengan teman-temannya, namun masih bisa berdiri kembali. Esok harinya dia sakit. Pada 12 Desember, Sinta Bella ujian ulangan umum di sekolahnya dalam kondisi tidak dapat berjalan tetapi masih dapat berdiri.Pada 8 Mei 2006, orangtua Sinta Bella melaporkan ke sekolah bahwa setelah beberapa hari disuntik imunisasi, putrinya tidak bisa berjalan. Pada 16 Mei, pihak sekolah membawa Sinta Bella ke RSUD Kota Bekasi lalu dirujuk ke RSD Kabupaten Bekasi lalu dirujuk lagi ke RSCM Jakarta.Sinta Bella kemudian dibawa ke Poliklinik Neorologi Anak RSCM pada 18 Mei dan didiagnosa mengalami kelumpuhan. Dia disarankan menjalani pemeriksaan MRI Torakolumbal, namun orangtuanya menolak karena tidak punya biaya.Dia kemudian dibawa berobat ke RS Polri Kramatjati dan dinyatakan kemungkinan mengalami infeksi sumsum tulang belakang, bukan akibat imunisasi.Pada 16 Agustus, Komnas Perlindungan Anak, Puskesmas dan Dinkes mengajak orangtua Sinta Bella membawa putrinya ke RS Hasan Sadikin (RSHS) Bandung, namun ditolak.Pada 2 September, Sinta Bella dibawa berobat ke RSHS Bandung oleh LBH Kesehatan. Dia dirawat hingga 18 September di Bagian Ilmu Kesehatan Anak untuk dilakukan serangkaian pemeriksaan, termasuk MRI.
(sss/umi)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini