Wakil Ketua MPR RI Hidayat Nur Wahid (HNW) mengajak para mahasiswa, kaum terpelajar, dan generasi milenial, utamanya Badan Eksekutif Mahasiswa Perguruan Tinggi Mahasiswa Muhammadiyah-Aisyiyah Indonesia (BEM PTMAI) agar turut aktif mendukung bonus demografi Indonesia Emas 2045 melalui orientasi ber-Pancasila.
Menurutnya, orientasi ber-Pancasila ini merupakan jihad konstitusi untuk meluruskan kiblat bangsa apabila melenceng, atau ada yang berupaya membuatnya melenceng, sejalan dengan yang dicontohkan oleh tokoh-tokoh Muhammadiyah dan bapak-bapak bangsa seperti KH Mas Mansoer, KH Abdul Kahar Muzakkir, dan Ki Bagus Hadikusumo.
"Maka menjadi sangat penting memahami dan mendalami Pancasila, agar mudah dipahami adanya relasi yang sangat kuat antara lima sila dalam Pancasila dengan tokoh-tokoh umat Islam dari beragam ormas. Bahkan Ketua PB Muhammadiyah Ki Bagus Hadikusumo terlibat secara langsung berada di garda terdepan bermusyawarah dengan tokoh-tokoh lainnya, melakukan refleksi, dan melakukan koreksi," ujar HNW dalam keterangannya, Senin (31/7/2023)
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Keberanian dan kepeloporan dalam jihad dan ijtihad oleh Ki Bagus Hadikusumo Ketua PB Muhammadiyah waktu itu, agar tetap dilanjutkan dan sukses diperjuangkan oleh generasi muda pengisi kemerdekaan, seperti para mahasiswa," imbuhnya saat menyampaikan materi tentang 'Refleksi Nilai-Nilai Pancasila dalam Perspektif Keagamaan guna Menguatkan Peran Pemuda untuk Bangsa Berkemajuan', dalam penutupan Silaturahim Wilayah BEM-PTMAI Zona V Jawa Timur-Bali, di Surabaya, Minggu (30/7).
HNW mengatakan proses menghadirkan ideologi negara Indonesia merdeka berkaitan kuat dengan tokoh-tokoh umat Islam dari kalangan Muhammadiyah. Di antaranya KH Mas Mansur, KH Kahar Muzakir, dan Ki Bagus Hadikusumo, yang ketiganya menjadi anggota Badan Penyelidik Persiapan Usaha Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI).
Lebih lanjut, ia menerangkan Panitia Sembilan yang menyepakati Pancasila juga terdiri dari tokoh Muhammadiyah. Seperti KH Abdul Kahar Muzakkir, tokoh Muhammadiyah yang menghadirkan kompromi soal ideologi negara sehingga disepakati dasar dan ideologi Negara adalah Pancasila. Selain itu, juga terdapat KH Bagus Hadikusumo dan Mr Kasman Singodimejo sebagai anggota PPKI yang menyepakati rumusan final Pancasila pada 18 Agustus 1945.
"Maka Pancasila dengan banyak terminologi yang diserap dari ungkapan Al-Qur'an dan As Sunnah seperti adil, adab (sila ke 2), rakyat, hikmat, musyawarat, wakil (sila ke 4), serta adil dan rakyat (sila ke 5), adalah warisan perjuangan jihad dan ijtihad dari para tokoh-tokoh Islam termasuk dari Muhammadiyah. Maka wajar bila Muhammadiyah menyebut bahwa Indonesia adalah 'Darul Ahdi Wa Syahadah'," ujarnya.
Dia menjelaskan Pancasila adalah kesepakatan yang di dalamnya ada peran tokoh-tokoh umat Islam, baik dari lintas ormas (NU, Muhammadiyah, PUI), dari partai Islam yang beragam (Partai Islam Indonesia, Masyumi, Partai Sarekat Islam, Partai Penyadar), tentu saja bersama tokoh-tokoh bangsa yang lain dengan latar mereka yang beragam.
"Tokoh-tokoh Muhammadiyah telah memberikan keteladanan, berani tampil bersama tokoh-tokoh bangsa lainnya, mencari solusi, dan membuat keputusan bersama para Bapak Bangsa dari latar belakang yang berbeda," lanjut Wakil Ketua MPR dari Fraksi PKS ini.
HNW menyampaikan agar refleksi nilai-nilai Pancasila seperti ini menjadi pemicu bagi para mahasiswa yang terhimpun dalam BEM PTMAI Zona V Jawa Timur-Bali supaya tidak lagi mempunyai jarak dengan bangsa, negara, dan Pancasila. Apalagi bingung, menjadi penonton, atau malah tidak peduli karena asyik dengan drakor, buang waktu dengan game online, terpengaruh dengan budaya global yang destruktif, sehingga tidak maksimal untuk merefleksikan, mengamalkan, dan memperjuangkannya.
Di sisi lain, ia mengatakan pembangunan SDM dalam konteks visi Indonesia Emas 2045 harus dikembalikan pada pijakan dan ideologi Pancasila. Hal ini dimaksudkan supaya Pancasila dapat dilaksanakan dengan baik dan benar pada peringatan 100 tahun Indonesia Merdeka nanti. Ia juga mengimbau agar para pemuda, pelajar, dan mahasiswa berani meluruskan kiblat bangsa supaya sesuai dengan Pancasila dan pembukaan UUD NRI Tahun 1945, guna mewujudkan cita-cita Indonesia Merdeka dan tuntutan reformasi.
"Mahasiswa Muhammadiyah dan Aisyiyah apalagi para pimpinannya, bisa ulangi dan lanjutkan peran menyejarah untuk mengoreksi kiblat bangsa agar tidak menyimpang, agar dapat berkontribusi wujudkan cita-cita Indonesia Merdeka," tuturnya.
HNW berharap refleksi nilai-nilai Pancasila bisa dihadirkan melalui program-program kegiatan di PTMAI dengan semangat 'fastabiqul khairat' atau berlomba dalam segala kebaikan, yang menjadi ciri dan spirit para mahasiswa Muhammadiyah.
"Selain akidah yang kuat, keberagamaan yang berbasiskan pada kecintaan terhadap umat, bangsa dan negara, serta perwujudan maslahat dengan pendekatan ijtihad dan tajdid, sehingga bisa menghadirkan solusi melalui rasionalitas yang unggul yang bisa hadirkan visi kehidupan berbangsa dan bernegara yang berkemajuan. Sehingga kemudian Muhammadiyah selalu bisa kembali menghadirkan para tokoh-tokoh muda dan kader-kadernya, menjadi tokoh-tokoh bangsa mewujudkan visi Indonesia Emas tahun 2045," pungkasnya
Sebagai tambahan informasi, penutupan Silaturahim Wilayah BEM-PTMAI Zona V Jawa Timur - Bali ini juga turut dihadiri Rektor Universitas Muhammadiyah Dr. dr. Sukadiono, Wakil Rektor II Dr. Endah Hedarwati, SE, MPd, Wakil Rektor III Ma'ruf Sya'ban, ST, SE, M.Ak, jajaran dekan, dosen UMS, anggota DPR RI Sigit Sosiantomo, Dewan Pengurus PKS Jawa Timur, Presidium BEM PTMAI, dan keluarga besar PTMAI Zona V Jawa Timur-Bali.
(akd/ega)