Kapten Rayak, salah satu pilot penerbang jet tempur Rafale, menceritakan tantangan dirinya terbang di langit Jakarta. Personel Angkatan Udara Prancis (France Air and Space Force/FASF) ini menyebut lalu lintas penerbangan di Jakarta sangat padat.
Hal tersebut disampaikan Rayak saat ditemui di Pangkalan Udara (Lanud) Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, Rabu (26/7/2023). Kedatangannya ke Indonesia dalam rangka Misi Pegasus 2023 FASF.
Rayak mengatakan dirinya menerbangkan jet tempur tersebut dari negara Guam menuju Indonesia. Saat memasuki wilayah Jakarta, kata dia, lalu lintas penerbangan sangatlah padat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sebenarnya saya menerbangkan pesawat Rafale dari Guam Pasifik ke Jakarta, mendarat ke Halim. Saya bisa melihat tidak ada kendala atau perbedaan yang berarti," kata Rayak kepada wartawan di lokasi, Rabu (26/7/2023).
"Hanya saya melihat, mendekat Jakarta itu lalu lintas penerbangannya sangat padat, begitu keluar dari Jakarta itu tidak padat," imbuhnya.
Selain itu, dia mengatakan melihat jelas polusi udara saat terbang di langit Jakarta. Meski demikian, hal tersebut tidak menjadi kendala.
Rayak mengatakan dirinya menjadi salah satu pilot yang beruntung karena bisa mengendarai jet tempur kebanggaan negara Prancis tersebut. Sebab, lanjutnya, pilot pemula ataupun berpengalaman harus benar-benar memenuhi kualifikasi untuk menerbangkan Rafale. Selain itu, pesawat tersebut dilengkapi peralatan yang canggih.
"Untuk pilot muda yang pendidikan, pelajar, selama 8 bulan sebelum dia bisa menerbangkan Rafale di dalam satu skuadron. Tetapi untuk pilot yang sudah berpengalaman, biasanya itu memakan waktu 3 bulan dan dia bisa terbang secara operasional," jelasnya.
Rayak mengatakan, sebelum beralih ke Rafale, dia juga pernah menerbangkan pesawat tempur Dassault Mirage 2000-D. Dia mengatakan secara umum cara menerbangkan kedua jet tempur itu hampir sama, tapi tetap ada perbedaan.
"Perbedaan Mirage dan Rafale, Rafale satu tingkat di atas Mirage. Perbedaannya adalah Rafale mesin dua, ada juga yang lebih canggih, dan juga itu bisa membawa senjata bom yang dua kali lipat banyak dari pada Mirage," kata dia.
"2.500 jam terbang dan baru beralih ke Rafale, baru-baru ini. Jadi kemungkinan besar pilot-pilot Indonesia sudah terbiasa terbang dengan Hawk itu sama saja," imbuhnya.
Lihat juga Video 'Komisi I DPR Beberkan Mengapa Prabowo Tak Bisa Beli Jet Tempur Bekas':