Ratusan orang tua siswa SD Negeri Pakemitan 3 dan SD Negeri Pakemitan 1, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Tasikmalaya, murka karena tabungan dengan nilai total lebih dari Rp 700 juta terancam raib. Mantan kepala sekolah SDN Pakemitan 3 dan 1 yang berinisial IS buka suara.
"Terlebih dahulu saya menyampaikan permohonan maaf kepada orang tua siswa, khusus di SDN Pakemitan 1 dan 3, mungkin kemarin-kemarin belum bisa dikembalikan karena ada hal-hal. Intinya musibah dan kami harap para orang tua mohon bersabar. Walau memang selama ini dah sabar. Saya tidak kabur. Saya ada untuk upayakan semuanya," kata IS, dilansir detikJabar, Selasa (25/7/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
IS menjelaskan uang tabungan tersebut tak bisa dicairkan karena berbagai faktor selain itu ada beberapa guru yang meminjam dan belum dikembalikan.
"Mungkin pada saat itu juga ada di guru yang belum mengembalikan, cuma itu tutup saja, agar satu pintu, karena kalau misalkan saya bilang di si ibu guru anu, itu akan lebih ricuh lagi," kata dia.
Sementara itu, Kapolres Tasikmalaya Kota AKBP SY Zainal Abidin mengaku belum menerima laporan terkait kasus ini. Polisi berupaya menjembatani dan memediasi kedua belah pihak untuk mencari solusi terbaik.
"Sampai hari ini kami baru menerima informasi tersebut. Upaya dari Polres Tasikmalaya Kota, khususnya Polsek Ciawi, untuk menjembatani dan mediasi dua belah pihak, termasuk pihak dinas terkait. Prinsipnya, kita memberikan kesempatan kepada pihak yang berkonflik untuk menemukan solusi yang terbaik," kata Zainal Abidin.
Sebelumnya, ratusan orang tua siswa SD Negeri Pakemitan 3, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Tasikmalaya, meradang. Uang sekitar Rp 400 juta, yang merupakan tabungan anak-anak mereka di sekolah, tak bisa dicairkan. Selain di SD Negeri Pakemitan 3, kejadian serupa terjadi di SD Negeri Pakemitan 1. Sehingga total tabungan yang macet diperkirakan lebih dari Rp 700 juta.
Berusaha memperjuangkan hak mereka, ratusan orang tua siswa SDN Pakemitan 3, Sabtu (22/7/2023), mendatangi sekolah. Tapi karena tak cukup menampung, demonstrasi atau audiensi orang tua siswa itu dialihkan ke aula Kantor Desa Pakemitan Kidul.
Di hadapan pihak sekolah, komite sekolah, polisi, dan unsur Dinas Pendidikan Kabupaten Tasikmalaya, warga menumpahkan kekesalannya akibat penggelapan uang tabungan tersebut. Mereka juga sempat mengultimatum akan menyuruh anak-anaknya mogok sekolah.
Teti (45), salah seorang orang tua siswa, mengatakan tabungan yang macet di sekolah sekitar Rp 5 juta. Sedianya uang itu hendak dia gunakan untuk keperluan anaknya melanjutkan sekolah ke SMP. Tapi, karena kejadian ini, semua jadi terhambat.
"Ke SMP juga masih menunggak, beli keperluan jadi terhambat. Tega sekali mengambil uang anak-anak," kata Teti. Dia menjelaskan periode tabungan siswa di sekolah itu berjalan setiap satu tahun. Artinya, setiap selesai tahun ajaran, tabungan itu dibagikan.
Baca berita selengkapnya di sini.
(rdp/idh)