Badan Pusat Statistik (BPS) sedang melaksanakan Sensus Pertanian 2023 (ST2023). Sensus yang berlangsung hingga 31 Juli 2023 ini diharapkan dapat menyediakan gambaran kondisi sektor pertanian ter-update dan komprehensif, sebagai bekal dalam pengambilan keputusan untuk mendorong kedaulatan pangan dan kesejahteraan petani di Indonesia.
Diketahui, Sensus Pertanian diadakan setiap 10 tahun sekali. Di tahun sensus pertanian yang ke-7 ini, data yang diambil mencakup 7 subsektor pertanian, yakni subsektor tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, perikanan, peternakan, kehutanan, dan jasa pertanian.
Selain itu, responden yang disasar juga lebih luas dibandingkan Sensus Pertanian 2013. ST2023 menyasar usaha pertanian perorangan (UTP) seperti petani perorangan, nelayan, pembudi daya ikan, pembudi daya tanaman kehutanan, dan lain-lain. Kemudian usaha perusahaan pertanian berbadan hukum (UPB) dan usaha pertanian lainnya (UTL), seperti kelompok tani, kegiatan pertanian yang dilakukan pondok pesantren dan lainnya. Sementara Sensus Pertanian 2013 hanya menyensus rumah tangga petani atau UTP.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Direktur Statistik Tanaman Pangan, Hortikultura & Perkebunan BPS Kadarmanto pun menjelaskan lebih rinci perbedaan metode pada ST2023 dan ST2013. Menurutnya pengumpulan data pada ST2013 hanya menggunakan metode Paper Assisted Personal Interviewing (PAPI). Sedangkan pada ST2023 digunakan 3 metode, yakni PAPI, Computed Assisted Personal Interviewing (CAPI), dan Computer Assisted Web Interviewing (CAWI).
"ST2023 sekarang memiliki inovasi berupa penggunaan 3 metode pengumpulan data, yakni PAPI, CAPI, dan CAWI, karena cakupan respondennya lebih lengkap. Tidak hanya rumah tangga pertanian, tapi juga usaha pertanian," katanya dikutip dari laman Antara.
Dengan metode PAPI, kata dia, petugas menggunakan kuesioner kertas saat mewawancarai responden. Berbeda dengan CAPI yang memfasilitasi petugas dengan kuesioner elektronik yang tersedia pada gadget atau ponsel, sehingga lebih praktis.
Di sisi lain, penggunaan metode CAWI memungkinkan responden menjawab kuesioner yang tersedia secara mandiri lewat aplikasi web.
Membedah Perbedaan Metode Sensus
Petugas ST2023 akan menggunakan metode berbeda untuk kelompok responden yang berbeda. Sebut saja metode PAPI dan CAPI yang dipakai untuk menyensus unit pertanian perorangan (UTP), dengan 2 pendekatan berbeda bagi daerah konsentrasi UTP dan nonkonsentrasi UTP.
Untuk UTP di daerah konsentrasi UTP, baik di desa maupun kota, petugas akan melakukan sistem door to door, artinya mendatangi langsung rumah petani untuk melakukan sensus. Sedangkan di daerah nonkonsentrasi UTP, petugas akan melakukan pendekatan snow ball. Petugas tidak mendatangi satu per satu secara langsung, melainkan bertanya terlebih dahulu kepada ketua rukun tetangga (RT) mengenai siapa saja UTP yang tinggal di wilayahnya.
Setelah petugas menyensus UTP yang bersangkutan, maka mereka akan mengajukan pertanyaan apakah UTP tersebut mengenal tetangga yang juga petani, tapi belum didata oleh BPS. Dengan kata lain, jumlah responden UTP di daerah nonkonsentrasi UTP, seperti Jakarta, bisa bertambah banyak, seperti bola salju yang semakin lama kian membesar. Tujuannya agar sensus yang dilakukan lebih efektif.
Selanjutnya untuk UPB yang lebih terorganisasi, kata dia, BPS mengedepankan pelaksanaan sensus dengan metode CAWI. Nantinya setiap UPB akan menerima pesan WhatsApp berisi tautan kuesioner online untuk mereka isi. Sedangkan untuk UTL diutamakan memakai CAPI.
Jadi, BPS menawarkan kepada UPB untuk melakukan pengisian kuesioner secara mandiri. Apabila tidak kunjung mendapat respons, atau mereka meminta petugas datang secara langsung, maka pihaknya akan mengirimkan petugas untuk melakukan sensus dengan metode CAPI. Adapun UTL yang awalnya memakai CAPI, jika tidak bisa maka dimitigasi untuk menggunakan CAWI.
Lebih lanjut Kadarmanto menjelaskan terkait jenis pertanyaan dalam kuesioner yang akan ditanyakan bergantung pada jenis subsektor pertanian yang dijalani oleh masing-masing responsden. Jadi tidak semua pertanyaan akan ditanyakan, melainkan melihat komoditas apa yang sedang diusahakan oleh petani yang bersangkutan.
Sebagai informasi, Sensus Pertanian 2023 dilaksanakan dengan berpegang pada pedoman dari FAO yang berstandar internasional. Data yang diperoleh dari responden selanjutnya bakal dikelola secara profesional oleh para petugas BPS. Dengan begitu data yang dihasilkan akan lebih lengkap, akurat, dan berkualitas.
Pihaknya berharap melalui ST2023 dapat membantu pemerintah dalam mengumpulkan informasi terkait jenis tanaman pertanian, luas lahan, status kepemilikan tanah, teknik budi daya, dan profil petani berbasis nama dan alamat.
Di samping itu juga informasi berkaitan dengan model irigas, struktur demografi petani untuk mengetahui jumlah petani milenial serta jumlah UMKM dan pelaku usaha di bidang pertanian.
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo mengajak seluruh pihak untuk bersama-sama menyukseskan kegiatan ST2023. Sebab menurutnya pertanian merupakan sektor yang memiliki peran strategis, serta melibatkan hajat hidup banyak orang.
"Saya mendukung pelaksanaan ST2023 agar sensus ini betul-betul menghasilkan data yang akurat, terkini, dan terpercaya," kata Jokowi saat Pencanangan Pelaksanaan ST2023 beberapa waktu lalu.
Karena itu, para pelaku usaha pertanian diminta tidak ragu untuk memberikan jawaban sebenar-benarnya dan sejujur-jujurnya dalam ST2023. Dengan begitu Anda bisa membantu mewujudkan ketersediaan data pertanian yang akurat, mutakhir, dan terpercaya. Apalagi kerahasiaan jawaban responden terjamin, karena telah dilindungi oleh BPS sesuai dengan UU Statistik Nomor 16 Tahun 1997.
(ncm/ega)