Rekrutmen Akpol 2023 Utamakan Aspek Psikologi, Ini Pertimbangannya

Rekrutmen Akpol 2023 Utamakan Aspek Psikologi, Ini Pertimbangannya

Audrey Santoso - detikNews
Minggu, 23 Jul 2023 11:50 WIB
Kegiatan asesmen mental dan ideologi dari Densus 88 Antiteror Polri kepada para calon taruna dan taruni Akademi Kepolisian (Akpol) Semarang, Jawa Tengah (Jateng) pada Senin (10/7/2023).
Ilustrasi rekrutmen calon taruna Akpol 2023 di Semarang, Jateng. (Audrey/detikcom)
Jakarta -

Polri mengatakan bobot nilai psikologi calon taruna dan taruni Akademi Kepolisian (catar Akpol) 50 persen. Sisanya, 30 persen nilai akademis dan 20 persen nilai jasmani.

Pembobotan dengan persentase tersebut baru diberlakukan tahun ini. Polri menyampaikan mekanisme pembobotan nilai catar yang mengutamakan aspek psikologi adalah hasil dari evaluasi terhadap perilaku anggota saat bertugas.

"Bobot (nilai) psikologi selalu kita evaluasi. Tahun lalu itu bobot psikologi 40 persen, tahun ini setelah kita evaluasi, kita naikkan jadi 50 persen. Lalu 30 persen nilai akademis, dan 20 persen nilai jasmani," kata Asisten Kapolri bidang SDM (As SDM Kapolri) Irjen Dedi Prasetyo kepada detikcom di Akademi Kepolisian (Akpol), Semarang, Jawa Tengah (Jateng), Sabtu (22/7/2023).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dedi kemudian menjelaskan, catar Akpol yang nantinya mengikuti pendidikan sebagai taruna Akpol harus memiliki mental yang kuat. Terlebih setelah lulus dari Akpol, lanjut Dedi, taruna dihadapkan pada tugas dan situasi yang kompleks sehingga harus betul-betul memiliki dasar psikologi yang matang dalam upaya menegakkan hukum.

Asisten Kapolri bidang Sumber Daya Manusia (As SDM), Irjen Dedi Prasetyo, beda buku 'Keadilan Restoratif: Strategi Transformasi menuju Polri Presisi' di Universitas Islam Sultan Agung (Unissula), Semarang, Jawa Tengah (Jateng).Ilustrasi Asisten Kapolri bidang Sumber Daya Manusia (As SDM), Irjen Dedi Prasetyo (Dok. SSDM Polri)

"Kenapa akademis 30 persen? Karena proses belajar ini kan terus menerus. Dia masih bisa belajar seiring jenjang karier kepolisiannya. Kenapa jasmani bobotnya 20 persen? Karena masih ada waktu pelatihan yang akan dijalani selama 4 tahun di Akpol, di mana setiap kenaikan tingkat akan dilatih dan dievaluasi jasmaninya," terang Dedi.

ADVERTISEMENT

"Kalau psikologi? Dari awal sebelum mengikuti pendidikan di Akpol, dia memang harus punya dasar psikologi yang kuat. Jika psikologinya matang, mentalnya matang, sesuai harapan Bapak Kapolri (Jenderal Listyo Sigit Prabowo), diharapkan setelah lulus mereka memiliki kemampuan mengambil keputusan betul-betul humanis, memperhatikan masyarakat, menegakkan hukum yang berkeadilan bagi masyarakat," imbuh mantan Kadiv Humas Polri ini.

Tak hanya itu, Dedi menerangkan, kondisi psikologi dapat mempengaruhi sikap polisi dalam menjalankan tugas sehari-hari. Oleh sebab itu, porsi bobot nilai psikologi catar Akpol dinaikkan, sebagai upaya Polri memastikan SDM-SDM yang dicetaknya memiliki kemampuan kontrol diri yang baik.

"Psikologi menjadi utama karena dalam pelaksanaan tugas, anggota Polri diberi kewenangan diskresi kepolisian. Jadi kami berupaya melahirkan SDM-SDM Polri mereka dapat mengontrol diri sehingga terhindar dari pelanggaran, penyimpangan , arogansi. Juga untuk menekan tingkat stres anggota Polri yang berujung tindakan yang merugikan diri sendiri maupun orang lain," tutur Dedi.

Simak selengkapnya di halaman berikutnya.

Simak juga Video: Polri soal Buya Syafii Usul Rekrut Santri: Masukan yang Konstruktif

[Gambas:Video 20detik]




Studi Komparatif Polisi AS

Mantan Kapolda Kalteng ini menjelaskan lebih jauh, keyakinan Polri terhadap pentingnya kualitas psikologi calon anggotanya juga didasari hasil riset Puslitbang Polri yang menunjukkan generasi Z cenderung rentan mentalnya dibanding generasi sebelumnya. Selain itu, hasil riset menunjukkan angka rata-rata kasus bunuh diri anggota Polri lebih tinggi dari non-Polri.

"Kami selalu melihat hasil riset, studi komparatif, bahwa ke depannya generasi Z ini memiliki kecenderungan kekuatan mentalnya dan kejiwaannya jauh lebih rentan dibanding generasi sebelumnya," ucap Dedi.

Berdasarkan catatan SSDM Polri, jumlah anggota polisi yang bunuh diri dalam periode Januari hingga Juli 2023 sebanyak 19 orang.

"Yang paling kita lihat itu dari angka bunuh diri polisi. Angka bunuh diri polisi ini kan di atas rata-rata nasional. Ada riset Puslitbang Polri yang disandingkan dengan hasil riset yang ada di luar, bahwa angka rata-rata angka bunuh diri masyarakat di Indonesia 1,6. Nah di polisi ini kita sudah 2,2," sambung dia.

Untuk menekan angka bunuh diri anggotanya, Polri kini menggandeng ICITAP untuk mengembangkan peer counselling. Dengan adanya peer counselling, Polri berharap anggota yang memiliki masalah di sisi psikologi dapat dipetakan sehingga dapat dilakukan pencegahan terhadap anggota yang depresi.

"Kami saat ini juga kerja sama dengan ICITAP. Sekarang ini ICITAP juga sedang mengembangkan peer counseling. Karena tingkat stres depresi polisi di Amerika juga mengalami peningkatan. Jadi ICITAP kerja sama dengan kita juga mengembangkan peer counseling, tujuannya untuk me-mapping potensi-potensi anggota yang punya kecenderungan mengalami depresi," ujar Dedi.

"Jika kita sudah memetakan, maka kita bisa melakukan langkah mitigasi awal. Tiap-tiap polda itu kita membuat semacam kelompok peer counseling yang konselornya berasal dari anggota-anggota, untuk menjadi wadah curhat, tempat cerita bagi yang psikologisnya bermasalah, saluran menyampaikan unek-unek," lanjut dia.

Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads