BNPT Dorong Kampanye Kontraradikalisasi Online Diperkuat, Ini Alasannya

BNPT Dorong Kampanye Kontraradikalisasi Online Diperkuat, Ini Alasannya

Erika Dyah - detikNews
Minggu, 16 Jul 2023 14:06 WIB
Kepala BNPT RI Komjen Pol. Prof. Dr. H. Rycko Amelza Dahniel, M.Si.
Foto: BNPT-Kepala BNPT RI Komjen Pol. Prof. Dr. H. Rycko Amelza Dahniel, M.Si.
Jakarta -

Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) memandang gerakan radikal dan ekstrem lewat janji emansipasi palsu banyak berseliweran di internet. Hal ini menjadi tantangan tersendiri yang dihadapi generasi muda saat ini.

Untuk itu, di usia ke 13-nya, BNPT menginstruksikan seluruh jajaran untuk melanjutkan kampanye kontraradikaliasasi online untuk terus diperkuat demi membangun kedamaian di ruang digital.

Kepala BNPT RI Komjen Pol. Prof. Dr. H. Rycko Amelza Dahniel, M.Si. mengajak jajaran BNPT terus kreatif dan membangun public awareness secara massif. Baik secara offline turun ke lapangan maupun online, sehingga Indonesia yang harmoni dapat terwujud.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Gunakan berbagai macam platform digital untuk membangun kesadaran publik agar menolak apapun itu ideologinya, yang mengajarkan tentang kekerasan, yang mengajarkan tidak bisa menerima perbedaan, yang mengajarkan untuk membenci sesama ke kelompok, apalagi membenci pemerintah, menentang ideologi kita," ajak Rycko dalam keterangan tertulis, Minggu (16/7/2023).

Rycko menerangkan pihaknya terus memperkokoh ketahanan generasi muda Indonesia dari paparan radikalisme demi mencapai visi Indonesia Emas 2045. Pasalnya, ketahanan generasi muda menjadi salah satu pilar utama dalam membangun masa depan yang kuat bagi Indonesia.

ADVERTISEMENT

Kendati demikian, ia mengatakan arus informasi yang masuk melalui internet kini sudah tidak dapat dibendung lagi. Hal ini turut menyebabkan banjirnya pesan bermuatan ideologis yang dapat memberi pengaruh kontraproduktif, terutama kepada generasi muda.

"Sekarang sudah tidak bisa dibendung lagi berbagai informasi yang masuk ke seluruh lapisan masyarakat, baik secara langsung, secara offline, maupun online. Ideologi ini masuk, karena sekarang sel-sel yang membangun ideologi kekerasan bukan hanya dengan kegiatan terbuka," ujar Rycko.

Ia memaparkan penelitian dalam laporan I-KHub BNPT Counter Terrorism and Violent Extremism Outlook tahun 2023 mengonfirmasi kerentanan generasi muda Indonesia. Interaksi online yang belakangan menjadi tren arus utama, terutama pada masa pandemi COVID-19, telah dimanfaatkan kelompok ekstremis untuk melakukan radikalisasi online.

"Tiga tahun masa pandemi kita lebih banyak menggunakan interaksi sosial online. Ternyata ini dimanfaatkan dengan menggunakan radikalisasi online yang disebut dengan online radicalization. Dari online radicalization ini kelompok paling banyak meningkat terpaparnya adalah pemuda, perempuan dan anak-anak," jelasnya.

Oleh karena itu, ia menegaskan pentingnya membangun kesadaran publik untuk melawan radikalisasi online. Menurutnya, publik yang sadar dengan sendirinya tidak akan gampang terjerat janji-janji surgawi yang ditawarkan kelompok radikal ekstrem.

"Sehebat apapun mereka mengajarkan ideologi kekerasan, kalau masyarakat menolak, nggak akan ada gunanya," pungkansya.

(ega/ega)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads