Uniknya Naik Taksi di Makkah: Tawar-menawar dan Bisa Angkut Penumpang Lain

Uniknya Naik Taksi di Makkah: Tawar-menawar dan Bisa Angkut Penumpang Lain

Ahmad Toriq, Ahmad Toriq - detikNews
Senin, 10 Jul 2023 11:42 WIB
Taksi di Mekkah
Taksi di Makkah (Ahmad Toriq/detikcom)
Mekkah -

Cerita soal taksi di suatu negara hampir selalu jadi pembahasan menarik. Tak terkecuali soal taksi di Makkah, yang bisa dibilang lain daripada yang lain.

Secara fisik, taksi resmi di Makkah sebenarnya mirip seperti taksi di negara lain. Umumnya taksi resmi memiliki aksesori berbentuk trapesium atau setengah lingkaran di bagian atas mobil.

Kalaupun tak pakai aksesoris tersebut, biasanya ada stiker perusahaan di bagian pintu mobil taksi. Umumnya taksi resmi berwarna putih, namun tak sedikit juga yang berwarna hijau.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Nah, bedanya, meskipun resmi, taksi di Makkah tak pakai argo. Penumpang harus tawar-menawar menyepakati harga jasa pengantaran dengan sang sopir.

Tawar-menawar tarif taksi ini bisa dibilang tak mudah. Dan untuk turis, umumnya sopir akan mematok tarif lebih tinggi.

ADVERTISEMENT

Seperti contohnya saat kami mencoba menaiki taksi dari area Al Haram menuju Tharawat Al Khalil Hotel di daerah Misfalah, Minggu (23/6/2023). Dicek di maps digital, jarak antara Al Haram dan Tharawat Al Khalil Hotel sekitar 2 km. Kami sebelumnya sudah bertanya kepada muthowif dan mendapat informasi soal tawar-menawar serta taksi di Makkah masih mencari penumpang lain selama mobil belum penuh.

Kami menyetop taksi sedan berkelir putih yang sedang lewat di sekitar Al Haram. Lalu kami tawar-menawar dengan sang sopir, yang ternyata bisa bicara sepatah dua patah kata bahasa Indonesia. Dia membuka harga 30 riyal atau sekitar Rp 120 ribu.

Si sopir berkukuh dengan tarif 30 riyal, dengan gaya tawar-menawar meninggalkan penumpang yang tak sepakat. Namun akhirnya si sopir bersedia membawa kami ke tujuan dengan tarif 20 riyal atau sekitar Rp 80 ribu. Nah uniknya, di tengah jalan si sopir masih berupaya mencari penumpang lain.

Dia berhenti di pinggir jalan dan berteriak-teriak mencari penumpang lain. Namun, karena sepertinya tak ada penumpang dengan tujuan yang sama, si sopir akhirnya tak menerima penumpang baru, lalu kami diantar ke tujuan.

Pengalaman lain adalah saat kami naik taksi dari daerah Syisah menuju Al Haram yang jaraknya 8 kilometer, Jumat (30/6/2023). Kami harus naik taksi karena bus yang mengantar rombongan sudah berangkat ke Al Haram, sementara kami masih ada urusan di wilayah tersebut. Saat menunggu di jalan, kami beberapa kali ditawari taksi ilegal karena ternyata di hari Jumat tak banyak taksi yang berkenan menuju Al Haram.

Awalnya kami ditawari tarif 300 riyal per orang, yang artinya 600 riyal untuk dua orang. Kami menolak. Lalu datang lagi yang lain menawari tarif 200 riyal per orang. Kami masih menolak. Lalu kami berjalan ke jalan tempat mobil memutar, dan akhirnya menemukan taksi resmi sedan berkelir hijau yang lewat. Kami tanya tarif, dia langsung menawarkan 100 riyal untuk dua orang, kami langsung setuju.

Saat taksi itu hendak melaju, ternyata ada satu orang lagi yang juga ingin menuju Al Haram. Orang itu pun diangkut dengan tarif 50 riyal. Di jalan, karena masih muat untuk satu orang lagi, si sopir masih mencari seorang penumpang lagi. Namun dia tak mendapat tambahan orang yang juga ingin menuju Al Haram. Kami akhirnya diantar menuju Al Haram dan membayar tarif 100 riyal.

Begitulah pengalaman naik taksi di Makkah. Tipsnya tentu saja Anda harus memiliki mental tawar-menawar yang kokoh.

(dhn/dhn)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads