Sambut Puasa, Warga Yogya Padusan

Sambut Puasa, Warga Yogya Padusan

- detikNews
Sabtu, 23 Sep 2006 16:10 WIB
Yogyakarta - Sehari menjelang bulan suci Ramadan, umat Islam di Yogyakarta dan sekitarnya melakukan padusan. Kegiatan ini merupakan 'ritual' dengan cara mandi di sebuah telaga, sumber mata air ataupun sungai untuk membersihkan diri lahir batin sebagai persiapan menjalankan ibadah puasa. Ratusan warga Yogyakarta, sejak Sabtu (23/9/2006) pagi hingga sore melakukan padusan di beberapa tempat.Tradisi padusan antara lain dilakukan Umbul (mata air) Pajangan Wedomartani, Umbul Joho Lanang Sindumartani Ngemplak Sleman, Umbul Ngingas dan Jolotundo di Desa Gedaren Kecamatan Jatinom Klaten. Namun adapula yang melakukan padusan di kolam renang seperti Umbang Tirta di Jalan Yos Sudarso Kotabaru, Tirtasari di Jl Kaliurang Km 8,5 dan kolam renang Universitas Negeri Yogyakarta (UNY). Mereka rela berdesak-desakan dan antri untuk mandi di kolam seluas 1.000 meter persegi. Hanya di kolam berkedalaman 2-4 meter yan tampak tidak terlalu ramai. Kolam anak dan di kolam dengan kedalaman kurang dari 1,5 meter yang dipenuhi warga. Kolam renang pun penuh bak es cendol, sehingga sebagian besar hanya mandi bersama-sama tanpa bisa berenang bolak-balik karena banyaknya warga yang melakukan padusan.Padusan di tempat terbuka seperti di umbul (mata air) di Umbul Ngingas, Susuhan dan Jolotundo pengunjung tidak hanya datang dari wilayah Klaten saja tapi juga dari Boyolali dan Sleman. Ditempat itu ratusan orang yang sebagian besar anak-anak bersama orangtuanya berdesak-desakan di sebuah kolam mata air yang luasnya hanya 200-an meter persegi. Mereka ada yang mandi, tapi ada pula yang bermain-main sambil berenang bersama beberapa temannya. Mereka hanya lebih mementingkan mandi dan keramas sebelum memasuki bulan puasa.Di Umbul Ngingas dan Susuhan yang terletak bersebelahan, warga dengan bebas berenang di kolam yang jernih dbawah pohon beringin besar tanpa dipungut biaya kecuali parkir sepeda motor dan sepeda. Beberapa pedagang makanan kecil yang sebagian warga sekitar menggelar dagangan di sekitar kolam mata air. Di tempat itu, pengunjung pria dan wanita saat mandi berada ditempat terpisah yang dibatasi oleh tembok setinggi 1,5 meter. Sedang di Umbul Jolotundo pengunjung berbaur menjadi satu dan harus merogoh kantong membayar tiket sebesar Rp 4.000 per orang, karena pengelola menggelar musik dangdut untuk memeriakan padusan ditempat itu.Namun adapula yang melakukan padusan Sungai Gayamsewu salah satu anak Sungai Woro di Kemalang Klaten yang berhulu di Merapi. Ditempat itu tidak hanya anak-anak tapi juga orang dewasa melakukan padusan beramai-ramai. Bahkan ada beberapa pengurus masjid sekitar yang ikut mencuci tikar dan karpet yang akan digunakan selama bulan puasa."Selain padusan di Kali Gayamsewu ini, Hampir semua warga Kemalang dan Manisrenggo kalau mau mencuci tikar atau karpet pasti disini," kata Nur Shodik pengurus masjid di Desa Keputran Kecamatan Kemalang kepada detikcom, Sabtu (23/9/2006). Menurut dia, tradisi padusan ini sebagi simbol menyucikan, membersihkan diri dari kotoran yang melekat, dan menjadi bersih ketika menjalankan ibadah Puasa. "Selain mandi kami juga membersihkan semua perlengkapan salat seperti sajadah yang digunakan setiap hari. Adapula warga yang mencuci semua pakaian di sungai ini," katanya. (qom/qom)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads