Seorang bocah di Sulawesi Tenggara (Sultra) tewas dililit ular piton berukuran 8 meter. Selain dililit, kepala korban juga digigit oleh ular tersebut. Tubuh korban sudah dievakuasi.
Saat kejadian, korban sedang bersama saudara dan neneknya. Lalu, bagaimana kronologi kejadiannya? Berikut informasi selengkapnya.
Kronologi Bocah Sultra Dililit Ular
Dikutip dari detikSulsel, bocah bernama Laode Ardin (8) di KabupatenMuna, Sulawesi Tenggara (Sultra) tewas dililit dan diterkam ular piton berukuran 8 meter. Peristiwa itu terjadi di sebuah rumah kebun di Desa Lapole, Kecamatan Maligano, Muna pada Kamis (6/7) sekitar pukul 20.30 Wita.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Saat itu, korban sedang tidur di rumah kebun bersama saudara dan neneknya. Awalnya, korban bersama saudara dan neneknya ke kebun saat hari mulai gelap.
"Mereka memang biasa menginap di kebun karena ada tanaman dijaga seperti ubi, jagung dan lainnya," ujar Kepala Desa Lapole, Kamarudin kepada detikcom, Jumat (7/7).
Kamarudin mengatakan korban beserta saudara dan neneknya tidur di rumah kebunnya. Posisi korban saat tidur berada di tengah-tengah tepat di samping sang nenek. Saat itu, nenek korban terbangun karena kaget saat memeluk korban terasa licin di kulit.
"Jadi korban ini memang posisi sedang tertidur, dia itu posisi tidurnya di tengah-tengah," ungkapnya.
"Neneknya ini dia peluk korban tapi dia rasa licin, lalu dia terbangun kaget ular sudah melilit korban," imbuhnya.
Sang nenek langsung berteriak melihat kondisi korban yang sudah terlilit dan digigit ular piton tersebut. Saudara korban pun terbangun dan juga langsung meminta tolong ke warga sekitar.
![]() |
Kepala Korban Sudah Digigit
Kepala Desa Lapole, Kamarudin menyebut jika kepala korban sudah masuk ke dalam mulut hewan melata tersebut. Namun, korban belum sempat dimangsa oleh ular.
"Gigitan ular itu sudah di kepalanya, mungkin kalau neneknya tidak sadar sudah ditelan anak itu," kata Kepala Desa Lapole, Kamarudin kepada detikcom, Jumat (7/7/2023).
Evakuasi Dibantu Tetangga Sekitar
Pada saat itu, seorang warga bernama La Fery yang kebetulan juga menginap di rumah kebun sang nenek mendengar teriakan tersebut. La Fery yang tak jauh dari lokasi langsung mendatangi rumah kebun sang nenek.
"Tetangga mereka di kebun juga ada yang bermalam, jadi sekitar 15 menitan warga bernama La Fery datang membantu setelah mendengar nenek korban teriak," kata Kepala Desa Lapole, Kamarudin.
Kamarudin mengungkapkan La Fery kemudian melepas gigitan ular itu dari kepala korban. La Fery menebas kepala ular tersebut menggunakan parang yang dibawanya.
"Kepala ularnya dipotong dan badannya dibawa ke kampung," katanya.
Bocah di Sultra yang dililit ular sudah dikebumikan. Baca berita di halaman selanjutnya.
Simak juga 'Ngeri! Ular Sanca 2 Meter Ngumpet di Kamar Mandi Warga Jambi':
Korban Sudah Dimakamkan
Kepala Desa Lapole, Kamarudin mengatakan korban telah dimakamkan. Sementara itu, ular yang menggigit korban dibakar oleh warga setempat.
"Sudah dikebumikan tadi sore dan ularnya sudah dibakar warga," terangnya.
Ular Piton Dibakar
Warga membakar ular piton 8 meter yang melilit bocah bernama Laode Ardin di Muna, Sulawesi Tenggara (Sultra). Ular itu dibakar sehari setelah korban tewas diterkam piton atau tepatnya pada Jumat (7/7) sekitar pukul 11.00 Wita.
Kepala Desa Lapole Kamarudin mengatakan warga awalnya lebih dulu mengevakuasi jasad korban ke rumah keluarganya. Keesokan harinya, ular itu diambil oleh dari kebun nenek korban.
"Subuh itu ularnya dijemput di kebun dan dibawa ke kampung," ungkapnya.
Kamarudin lantas menjelaskan maksud ular itu diambil dan dibawa ke rumah keluarga korban. Menurutnya, warga ingin menunjukkan kepada orang tua korban sosok ular yang telah memangsa korban.
"Dibawa karena untuk memperlihatkan kepada orang tuanya yang datang dari luar daerah yang gigit anaknya," ujar dia.
Ular piton 8 meter itu pun dibakar di dekat rumah korban. Jasad korban baru dimakamkan setelah ular itu dibakar.
"Jadi ularnya dibakar di dekat rumahnya sekitar korban, baru korban dikebumikan," ucap Kamarudin.
Kamarudin mengatakan pembakaran ular itu merupakan hal biasa, bukan termasuk dalam adat istiadat. "Dibakar biasa saja, tidak ada (adat atau budaya)," ungkapnya.