Pelaksanaan Haji 2023 diwarnai sejumlah masalah. Tim Pengawas Pelaksanaan (Timwas) Haji DPR meminta Pemerintah Indonesia protes keras ke Arab Saudi.
Masalah yang ramai jadi sorotan adalah sempat telantarnya jemaah haji Indonesia di Muzdalifah. Jemaah-jemaah yang seharusnya dijemput dan diantarkan ke Mina sejak subuh baru bisa diangkut siang hari.
Usai telantar di Muzdalifah, jemaah lalu menghadapi masalah di Mina, yaitu tenda yang overkapasitas hingga masalah toilet. Persoalan distribusi makanan juga masih jadi masalah di Mina.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Untuk diketahui, pengelola ibadah haji semenjak di Arafah hingga Mina adalah penyedia layanan haji atau mashariq yang diajukan Pemerintah Arab Saudi ke Pemerintah Indonesia. Nah, Timwas Haji DPR meminta Pemerintah Indonesia mengajukan protes keras ke Arab Saudi karena menyodorkan mashariq-mashariq yang terbilang tak becus menangani jemaah haji Indonesia.
"Pemerintah Indonesia harus meninjau ulang keberadaan mashariq atau penyedia layanan dari pihak Arab Saudi. Pemerintah Indonesia harus menyampaikan protes keras kepada Pemerintah Arab Saudi atas layanan yang bermasalah ini karena Pemerintah Arab Saudi yang menawarkan mashariq ini kepada Kementerian Agama," kata Wakil Ketua Komisi VIII DPR yang juga Anggota Timwas Haji DPR Ace Hasan Syadzily kepada wartawan di Mekkah, Jumat (30/6/2023).
Kang Ace, sapaan akrab Ace Hasan, setidaknya mencatat setidaknya ada lima masalah pelayanan haji terhadap jemaah Indonesia. Berikut catatan Kang Ace:
Pertama, pihak mashariq tidak memenuhi komitmen pada beberapa komponen masyair selama di Arafah, Muzdalifah dan Mina. Yang paling utama soal kapasitas tenda dan kamar mandi yang tidak sesuai dengan jumlah jamaah Haji Indonesia.
Kami banyak menemukan para jamaah yang tidak tertampung dalam tenda di Mina. Termasuk juga kapasitas kamar mandi yang jauh dari kebutuhan para jamaah Haji Indonesia.
Ditambah lagi manajemen penempatan jamaah saat kedatangan yang sangat amburadul dan acak-acakan. Ditemukan banyak antar jamaah rebutan tenda.
Kedua, keterlambatan makanan selama di Mina bagi jamaah. Banyak jamaah yang belum mendapatkan konsumsi di saat mereka membutuhkan makanan di tengah suasana kecapekan dan letih. Manajemen distribusi makanan juga acak-acakan.
Ketiga, kamar mandi di tenda Mina dan Arafah yang masih sangat terbatas dan jauh dari kapasitas jumlah jamaah. Antrean panjang sangat terlihat dalam penggunaan toilet.
Apalagi seharusnya diperhatikan jumlah toilet yang lebih banyak untuk perempuan karena jumlah jemaah Haji Indonesia lebih banyak Perempuannya.
Keempat, manajemen transportasi yang membawa jamaah yang bergerak selama Armuzna yang tidak terkelola dengan baik. Kasus bis taradudi yang membawa jamaah dari Muzdalifah ini salah satu kesalahan fatal dari manajemen pergerakan jamaah yang tidak disiapkan mitigasinya. Padahal kami sudah ingatkan pada saat rapat persiapan Armuzna.
Kelima, beberapa fasilitas bagi lansia yang kami sarankan seperti kursi roda dan golf car kami temukan tidak optimal.
Lihat juga Video: Momen Pimpinan DPR Tinjau Pemondokan Jemaah Haji Indonesia di Mina