Lurah setempat merespons kabar warga penghuni kolong Jalan Tol Angke 2 Jelambar, Jakarta Barat, yang mendapatkan pasokan listrik untuk kesehariannya. Lurah meminta agar hal tersebut ditanyakan kepada stakeholder terkait.
"Kalau terkait listrik dan sebagainya, teman-teman ngertilah nanya ke mana," kata Lurah Jelambar Baru Danur Sasono saat dikonfirmasi, Selasa (20/6/2023).
Danur menyampaikan, secara teknis, permukiman itu berdiri di aset milik PT Jasa Marga. Sekalipun lokasinya berada di wilayah Jelambar Baru.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kalau kami kan karena kelurahan kebagian wilayahnya saja ya, kebetulan itu ada di Jelambar Baru. Sementara aset milik Jasa Marga," jelasnya.
Namun, pemerintah memastikan tetap turun tangan mengatasi masalah tersebut. Sejauh ini, pemerintah tengah mendata jumlah warga yang menghuni kolong jalan tol.
Berdasarkan data yang dihimpun, total ada 108 jiwa yang bermukim di lokasi tersebut. Puluhan keluarga itu tinggal di 64 bangunan yang berdiri di bawah jalan tol.
"Pengawasan harusnya ada di teman-teman Jasa Marga ya karena udah gini, mau nggak mau Pemprov DKI harus ambil alih dong karena kan ada warga kita juga. Kita pendataan awal dulu, nanti arahnya gimana tunggu pimpinan," terangnya.
Sejumlah orang tinggal di kolong Jalan Tol Angke 2 Jelambar, Jakarta Barat (Jakbar). Warga mengaku memilih tinggal di kolong tol karena sejumlah alasan.
Namun persoalan ekonomi menjadi pertimbangan utama bagi warga untuk menyamankan diri tinggal di kolong tol.
detikcom mencoba menyusuri kolong jembatan itu untuk mengetahui apa saja aktivitas warga di sana, Sabtu (17/6). Untuk masuk ke dalamnya, orang harus menunduk, bahkan jongkok. Saat memasuki kawasan tersebut, di sebelah kanan maupun kiri terdapat tempat tinggal warga.
Ketinggian tempat itu hanya sekitar 150 cm. Hal yang pertama kali dirasakan adalah udara yang pengap dan panas karena kurangnya sirkulasi udara.
Bau tidak sedap juga mewarnai kawasan tersebut. Kawasan permukiman itu diapit Kali Grogol.
Tempat tersebut juga minim pencahayaan. Di setiap tempat tinggal warga tidak memiliki pintu.
Mereka hanya mengandalkan kain lebar untuk menutup rumahnya itu. Terlihat warga juga menjemur pakaiannya di depan rumah mereka.
Di kawasan tersebut juga dialiri listrik. Di sana hanya ada dua toilet yang dibuat untuk bersama.
(taa/idn)