Jengkol merupakan tanaman asli dari Asia Tenggara. Bukan hanya di Indonesia, jengkol juga tumbuh di Malaysia, Nepal, Thailand, hingga Myanmar.
Buah jengkol, meskipun memiliki bau tak sedap, tetap digemari masyarakat, khususnya di Jawa Barat. Bahan makanan ini bisa diolah menjadi berbagai jenis masakan.
Di Kota Sukabumi ada perbedaan sebutan jengkol. Beberapa masyarakat, terutama di daerah Pakuan, jengkol juga disebut 'sepi'. Lalu apakah ada perbedaan antara jengkol dan sepi?
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Iqbal Kholilullah, guru bahasa Sunda di SMK Mihadunal Ula, mengatakan secara umum tak ada perbedaan antara jengkol dan sepi. Yang membedakan adalah usia keduanya.
"Sebetulnya sama saja, jengkol yang dikupas, kalau sepi itu yang masih muda dan belum dikupas. Kalau baunya mah sama jengkol dan sepi," kata Iqbal kepada detikJabar, Senin (12/6/2023).
Sementara itu, Irman Firmansyah, salah satu sejarawan, mengatakan kegemaran masyarakat mengkonsumsi jengkol sudah terjejaki lama. Perbedaan jengkol dan sepi dilihat dari pengolahannya.
"Sepi dikubur, sudah agak matang baru diambil. Cara pengolahannya biasanya dikukus atau disayur. Kalau jengkol mentah dimakan langsung alias dilalap," kata Irman.
Irman mengatakan, istilah sepi biasanya berlaku di daerah Pakuan, termasuk Bogor dan Cianjur. Pertama kali ditemukan di Bogor oleh seorang dokter dan ilmuwan Belanda AG Vorderman.
"Kemungkinan (disebut sepi) di area Bogor, Sukabumi, dan Cianjur karena AG Voderman zaman Belanda menemukan sepi di Bogor, disebut juga jengkol beweh," ujarnya.
Ilmuwan itu mengatakan sepi adalah biji yang telah tua setelah dibenam dalam tanah selama 14 hari sampai berkecambah. Sepi mengandung banyak karbohidrat dan minyak atsiri.
Sekadar diketahui, harga sepi di Sukabumi di atas Rp 100 ribu per kilogram, sedangkan daging sapi menembus Rp 130 ribu per kilogram.
Baca selengkapnya di sini.
(idh/idh)