Hujan Buatan Dipakai Tangani Karhutla-Kekeringan, Ini Proses Terjadinya

Hujan Buatan Dipakai Tangani Karhutla-Kekeringan, Ini Proses Terjadinya

Kanya Anindita Mutiarasari - detikNews
Senin, 12 Jun 2023 18:59 WIB
Teknologi Modifikasi Cuaca - BPPT
Ilustrasi Teknologi Modifikasi Cuaca (Foto: Luthfy Syahban/detikcom)
Jakarta -

Hujan buatan merupakan salah satu upaya yang dilakukan pemerintah untuk mengatasi ancaman kekeringan. Proses hujan buatan termasuk dalam operasi Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) untuk membantu krisis di bidang air.

Lalu, apa yang dimaksud hujan buatan? Bagaimana proses terjadinya hujan buatan? Simak penjelasannya berikut ini.

Apa itu Hujan Buatan?

Dilansir situs Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), hujan buatan adalah usaha campur tangan manusia dalam pengendalian sumber daya air di atmosfer untuk menambah atau mempercepat intensitas curah hujan pada daerah tertentu. Hujan buatan ini bertujuan meminimalkan risiko bencana alam akibat faktor iklim dan cuaca, salah satunya kekeringan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Hujan buatan juga dikenal dengan Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC). Menurut situs Kementerian PUPR, upaya hujan buatan dilakukan pada akhir musim hujan, di mana masih ada uap air sehingga memudahkan proses pembuatan hujan buatan. Selain itu, juga dilakukan pada awal musim penghujan dengan melakukan penebaran benih agar bisa memulai hujan lebih awal.

ADVERTISEMENT
Hujan buatan adalah salah satu upaya untuk mengatasi ancaman kekeringan. Proses ini termasuk Teknologi Modifikasi Cuaca untuk mempercepat terjadinya hujan.Hujan buatan adalah salah satu upaya untuk mengatasi ancaman kekeringan. Proses ini termasuk Teknologi Modifikasi Cuaca untuk mempercepat terjadinya hujan. (Foto: 20Detik)

Proses Hujan Buatan

Hujan buatan biasanya melibatkan BRIN, BMKG, dan TNI AU. Dalam melakukan operasi hujan buatan, BMKG berperan terutama dalam menyediakan data dan informasi cuaca, awan dan arah angin. Kemudian, TNI AU menyediakan armada pesawat, khususnya untuk hujan buatan yang bertujuan dalam mitigasi bencana, seperti kebakaran hutan dan lahan (karhutla) hingga bencana kekeringan.

Biasanya radar cuaca BMKG menginformasikan keberadaan awan target dan arah kekuatan angin ke pilot. Kemudian, pesawat Casa yang membawa muatan garam (NaCl) akan menyemai awan hujan target, di mana posisi pesawat selalu berada di antara arah angin dan awan hujan target.

Adapun menurut situs Live Science, proses hujan buatan adalah sebagai berikut.

  • Hujan buatan bisa terjadi dengan menaburkan zat glasiogenik seperti argentium iodida atau perak iodida.
  • Penaburan bahan kimia tersebut dilakukan pada ketinggian 4.000-7.000 kaki dengan mempertimbangkan faktor arah angin dan kecepatan angin.
  • Penaburan bahan juga dilakukan pada saat pagi hari. Hal ini karena biasanya awan hujan alami terjadi pada pagi hari. Selain zat glasiogenik, juga bisa menggunakan bahan kimia lain eperti zat higroskopis seperti garam, CaC12, dan urea.
  • Garam dan CaC12 ditaburkan ke awan yang ada di langit dengan pesawat terbang, kecuali urea.
  • Setelah ditaburkan, bahan kimia tersebut akan memengaruhi awan untuk berkondensasi dan membentuk awan yang lebih besar dan mempercepat terjadinya hujan.
  • Setelah garam atau CaC12 yang berhasil membuat awan berkondensasi, taburkan bubuk urea. Urea ini membantu dalam pembentukan awan besar dan berwarna abu-abu.
  • Urea ditaburkan pada siang hari.
  • Setelah awan hujan terbentuk, larutan bahan kimia kemudian ditaburkan kembali. Larutan tersebut adalah air, urea, dan amonium nitrat. Larutan ini untuk mendorong awan hujan membentuk butir air.
teknologi modifikasi cuacaTeknologi modifikasi cuaca Foto: (Handout PPT: BPPT)

Simak berita selengkapnya di halaman selanjutnya.

Sejarah Hujan Buatan di Indonesia

Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) di Indonesia dikenal dengan operasi hujan buatan. Proyek yang dulu lebih dikenal dengan istilah hujan buatan itu sudah dimulai sejak tahun 1977.

Ide itu muncul saat Presiden Soeharto melihat pertanian di negara Thailand cukup maju. Setelah diamati, majunya pertanian Thailand disebabkan karena persediaan kebutuhan air pertanian dibantu oleh modifikasi cuaca.

"Berawal dari itu, Presiden Soeharto mengutus Pak Habibie untuk mempelajari TMC ini, kemudian tahun 77 dimulai proyek percobaan hujan buatan yang waktu itu masih didampingi asistensi dari Thailand. Jadi memang awalnya dulu TMC ini dipelajari di Thailand dan diaplikasikan di Indonesia fokusnya untuk mendukung sektor pertanian dengan cara mengisi waduk-waduk strategis baik untuk kebutuhan PLTA atau irigasi," kata Koordinator Laboratorium Pengelola Teknologi Modifikasi Cuaca Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Budi Harsoyo, dikutip dari situs BRIN, Senin (12/6/2023).

Sejumlah petugas memasukan garam kedalam pesawat Cassa A-2104 untuk persemaian garam dengan Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) di Skadron Udara 2, Halim Perdanakusuma, Jakarta, Rabu (28/12/2022). Pemerintah Provinsi DKI Jakarta bekerjasama dengan TNI Angkatan Udara (TNI AU), Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), BMKG dan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melaksanakan Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) dengan menyiapkan 30 ton garam untuk persemaian dari tanggal 25 Desember 2022 - 3 Januari 2023 untuk mengantisipasi cuaca ekstrem.Sejumlah petugas memasukan garam kedalam pesawat Cassa A-2104 untuk persemaian garam dengan Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) di Skadron Udara 2, Halim Perdanakusuma, Jakarta, Rabu (28/12/2022). Pemerintah Provinsi DKI Jakarta bekerjasama dengan TNI Angkatan Udara (TNI AU), Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), BMKG dan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melaksanakan Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) dengan menyiapkan 30 ton garam untuk persemaian dari tanggal 25 Desember 2022 - 3 Januari 2023 untuk mengantisipasi cuaca ekstrem. (Foto: Asprilla Dwi Adha/Antara Foto)

Harsoyo menyebutkan setelah melakukan percobaan hujan buatan 1977, baru tahun 1978 Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) berdiri dan proyek hujan buatan saat itu berada pada Direktorat Pengembangan Kekayaan Alam (PKA). Lalu, pada tahun 1985. berdiri UPT Hujan Buatan berdasarkan SK Menristek/Ka BPPT No 342/KA/BPPT/XII/1985.

Lalu tahun 2015, hujan buatan mulai dikenal dengan istilah Teknologi Modifikasi Cuaca sesuai dengan Peraturan Kepala BPPT No 10 Tahun 2015 yang mengubah nomenklatur UPT Hujan Buatan menjadi Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca.

"Tahun 2021 setelah terintegrasi ke BRIN, kini pelayanan TMC berada di Laboratorium Pengelolaan TMC di bawah Direktorat Pengelolaan Laboratorium, Fasilitas Riset dan Kawasan Sains dan Teknologi," ungkap Harsoyo.

Halaman 2 dari 2
(kny/jbr)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads