Selain menjahit, para disabilitas juga memberi pelatihan menjahit kepada warga miskin Kota Surabaya. Di Konfeksi Arsyadina, terdapat puluhan tunarungu, yang aktif, telaten, dan teliti mengajari para ibu-ibu mulai membuat pola, memotong dan proses menjahit hingga menjadi pakaian, seperti seragam.
"Ya kehadiran saya di sini dalam rangka untuk melihat yang pertama informasi bahwa di Arsyadina itu, ada pemberdayaan terhadap warga disabilitas, tapi bersyukur ternyata di sini ada program dari pemerintah kota yang memberikan pelatihan kepada masyarakat gakin (keluarga miskin) untuk berlatih menjahit di sini," kata Ah Thony dalam keterangan tertulis, Sabtu (10/6/2023).
Ah Thony mengaku kagum dengan Konfeksi Asyadina yang mampu memfasilitasi disabilitas untuk menunjukkan kemampuan kepada masyarakat, bahkan menjadi pembimbing.
"Ini kan keberhasilan dan saya senang, melihat ini, saya menangkapnya adalah sebuah kecerdasan hati dari Pemerintah Kota, dari Asyadina, dari dinas sosial. Karena saya mendapatkan informasi dari Asyadina, penyandang disabilitas ini banyak yang dari dinas sosial," ungkap Ah Thony.
Ah Thony mengatakan upaya memberdayakan disabilitas dan masyarakat dari keluarga miskin merupakan sebuah langkah baik yang dilakukan Pemerintah Kota Surabaya melalui organisasi perangkat daerah (OPD) terkait.
"Saya melihat ini, yaitu tadi ada kecerdasan hati, ada kecerdasan pikiran, kecerdasan manajemen kotanya dan ini tidak kami duga," ungkap Ah Thony.
"Dan ini kami apresiasi pada pola pendekatan yang dilakukan Pemerintah Kota dalam rangka mengatasi kemiskinan dengan cara masyarakat miskin itu berketrampilan," imbuhnya.
Politikus Gerindra ini pun berharap program ini dapat berlanjut ke depannya. Caranya dengan melakukan pendampingan, mulai mendapatkan pekerjaan hingga mendapatkan peluang di luar.
Ah Thony menambahkan, pemerintah bisa bekerja sama dengan konfeksi tersebut jika nantinya membutuhkan seragam. Dengan begitu, pendapatan masyarakat di sana dapat meningkat.
"Tetapi ketika sekarang ada tenaga yang bisa membuat seragam, walaupun mahal sedikit, tapi bisa memihaki para masyarakat yang sudah dilatih ini," kata Ah Thony.
Sementara itu, pemilik UKM Arsyadina Muta'alliq Rusydina mengatakan telah memberdayakan 25 orang dan di antaranya 21 disabilitas.
"Sejak 8 bulan lalu, mereka juga mulai dari nol. Ini ibu-ibu yang mengajari. Sedangkan yang tidak bisa menjahit, diajari potong kain, bersih benang," ungkap kata wanita yang akrab disapa Mita ini
Mita mengakui UMKM konveksi merupakan binaan Pemkot Surabaya sehingga para pekerja harus warga Surabaya. Saat itu, ia melatih beberapa masyarakat disabilitas hingga akhirnya mereka mampu dan tekun selama bekerja.
"Ternyata mereka ini lebih awet bekerja dibandingkan yang reguler. Karena saat ini, jarang anak muda sekarang mau belajar menjahit," ungkap Mita.
Berawal hanya memiliki satu pekerja, Mita bersyukur saat ini jumlah pekerjanya terus bertambah hingga 21 orang. Bahkan dari keahliannya itu, mereka saat ini bisa menjadi mentor program untuk warga miskin yang mendapatkan pelatihan menjahit di konfeksi tersebut.
(ncm/ega)