Sejarah Pendopo Taman Siswa yang Rusak Imbas Tawuran di Jogja

Sejarah Pendopo Taman Siswa yang Rusak Imbas Tawuran di Jogja

Widhia Arum Wibawana - detikNews
Senin, 05 Jun 2023 18:01 WIB
Museum Taman Siswa Dewantara Kirti Griya di kompleks pendopo Taman Siswa di Jalan Taman Siswa, Jogja, Senin (5/6/2023). Museum ini terdampak tawuran massa pada Minggu (4/6) malam.
Kompleks Pendopo dan Museum Taman Siswa Jogja (Foto: Pradito Rida Pertana/detikJateng)
Jakarta -

Kompleks Pendopo dan Museum Taman Siswa Dewantara Kirti Griya di Jalan Taman Siswa (Tamsis) ditutup sementara. Penutupan dilakukan untuk perbaikan bangunan di kompleks cagar budaya tersebut yang rusak imbas terjadinya tawuran massa di Yogyakarta.

Dilansir detikJateng, Kepala Museum Taman Siswa Dewantara Kirti Griya Ki Muryanto mengungkapkan kerusakan terjadi karena ada massa yang masuk saat tawuran di Tamsis, Minggu (4/6.2023) malam. Akibatnya, ada bagian di museum mengalami kerusakan. Menurutnya, penutupan sementara ini untuk memperbaiki beberapa fasilitas yang rusak.

"Iya betul, karena semalam terjadi amuk massa dari PSHT yang menyelamatkan diri ke museum. Sehingga museum kena imbas dari massa yang bergerak ke museum yang masih satu kompleks dengan pendopo Taman Siswa," kata Muryanto kepada detikJateng, Senin (5/6/2023).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Berikut serba-serbi sejarah Pendopo Taman Siswa dan Museum Taman Siswa Dewantara Kirti Griya Jogja yang rusak hingga ditutup sementara imbas tawuran massa di Yogyakarta:

Sejarah Pendopo Agung Taman Siswa

Mengutip situs resmi Tamansiswa Pusat, Pendopo Agung Tamansiswa pertama kali didirikan di Yogyakarta pada tanggal 3 Juli 1922. Bermula dari RM Suwardi Suryaningrat diserahi tugas oleh Sarasehan "Selasa Kliwonan" mengelola pendidikan anak-anak maka bagian perguruan yang pertama kali didirikan adalah Taman Lare (Taman Indria).

ADVERTISEMENT

Pendidikan dimulai dengan satu kelas dengan jumlah peserta didik sebanyak 25 anak. Gedung perguruan terletak di Kampung Tanjung, yang sekarang diberi nama jalan Gajah Mada (Station Weg) Nomor 28 dan 30 Yogyakarta, yang sekarang ini dipakai oleh Yayasan Taman Ibu untuk persekolahan.

Perguruan Tamansiswa terus berkembang dan jumlah peserta didiknya juga terus bertambah, maka diperlukan tanah pekarangan yang luas untuk menampung jumlah siswa yang terus bertambah besar tersebut. Untuk kepentingan ini Tamansiswa Yogyakarta yang waktu itu berkedudukan di Jalan Stasiun berusaha membeli tanah pekarangan yang luas.

Kompleks Pendopo dan Museum Taman Siswa Jogja.Kompleks Pendopo dan Museum Taman Siswa Jogja. Foto: dok. Istimewa

Maka pada tanggal 14 Agustus 1935, dibelilah sebuah tanah pekarangan dengan rumah beserta isinya yang terletak di Jalan Wirogunan (sekarang Jalan Tamansiswa) nomor 31-33 Yogyakarta. Luas bangunan 300 m2, berdiri di atas tanah 2.720 m2. Uang yang dipakai untuk membeli pekarangan tersebut diperoleh dari "Bank Nasional" yang dibayar kembali dengan bunga yang sangat rendah. Pada waktu itu yang menjadi Ketua Majelis Luhur adalah Ki Sudarminta dan pimpinan Bank Nasional adalah Ki R. Rudjito.

Sedikit demi sedikit perkembangannya diperluas dengan membeli tanah di sekitarnya Ki Hadjar Dewantara sekeluarga belum pindah. Dia menginginkan kepindahannya akan dilakukan bersamaan dengan terwujudnya sebuah Pendopo dalam komplek baru tersebut. Bagi Tamansiswa, pendopo adalah sebuah tempat yang diliputi suasana keluhuran budi. Dengan suasana tersebut akan terciptalah sebuah kedalaman, kekuatan dan keluhuran budi manusia.

Kemudian direncanakan pembuatan pendopo, yang memerlukan biaya yang cukup besar yang diperkirakan sebesar f 4.000,00 (empat ribu gulden). Salah satu jalan untuk memperoleh uang itu ialah dengan cara pengumpulan dana dari murid-murid Tamansiswa. Pada Januari 1936 Majelis Luhur mengumumkan pemungutan sokongan "Benggol bulanan" dari murid-murid Taman Siswa di semua cabang yang ada di Indonesia.

Selanjutnya, pada tanggal 10 Juli 1938 dilangsungkan peletakan batu pertama dalam pembangunan Pendopo Pusat Tamansiswa. Lalu pada tanggal 16 November 1938, dilaksanakan upacara pembukaan pendopo secara resmi yang dilakukan oleh Nyi Hadjar Dewantara.

Pendopo Agung Tamansiswa yang didirikan oleh warga Tamansiswa pada tahun 1938 tersebut merupakan monumen yang tidak terpisahkan dengan Museum Dewantara Kirti Griya. Menurut Ki Hadjar Dewantara pendopo itu mempunyai arti yang penting bagi Perguruan Kebangsaan Tamansiswa sebagai alat pertalian keluarga yang penuh suasana kebatinan, sehingga dengan sendirinya dapat memperdalam, memperkuat serta mempertinggi budi dan satu-satunya dan sekalian anggota keluarga.

(wia/imk)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads