KPAI Duga Pemerkosa ABG di Parimo Lebih 11 Orang

KPAI Duga Pemerkosa ABG di Parimo Lebih 11 Orang

Farih Maulana Sidik - detikNews
Kamis, 01 Jun 2023 09:05 WIB
Ketua KPAI Ai Maryati
Ketua KPAI Ai Maryati (Foto: dok. Pribadi)
Jakarta -

Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) merasa prihatin dengan kasus seorang remaja 15 tahun di Parigi Moutong, Sulawesi Tengah (Parimo, Sulteng), menjadi korban pemerkosaan oleh 11 orang pria, salah satu pelakunya diduga seorang anggota Brimob. KPAI menduga bahwa pelaku sebenarnya lebih dari 11 orang.

"Karena ada risiko yang informasi kami terima itu terkait luka berat untuk reproduksi. Ini artinya ada situasi sangat buruk yang diterima anak, pemerkosaan atau tindakan kekerasan seksual yang berulang bahkan ada unsur eksploitasi yang sangat kuat. Jadi kekerasan seksual yang disertai eksploitasi. Itu artinya ada indikasi pelaku lebih dari yang saat ini ditetapkan sebagai tersangka," kata Ketua KPAI Ai Maryati kepada wartawan, Rabu (31/5/2023).

Bukan tanpa alasan Ai Maryati menduga bahwa pelaku sebenarnya lebih dari 11 orang. Berdasarkan informasi yang diterima Ai, para pelaku saling memberi informasi bahwa korban bisa dilecehkan oleh pelaku dengan bayaran tertentu.

"Tentu pada pihak-pihak yang sedang mencari manfaat, ketika pengawasan orang tuanya kurang ini betapa menjadi peluang bagi mereka untuk saling berinformasi untuk menargetkan anak ini terus dan menjadi budak seksual kalau boleh dikatakan mungkin secara eskalasi lebih tinggi lagi kalau ini terus berlanjut," ucapnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

KPAI mendorong agar kepolisian yang menangani kasus ini mengusut secara gamblang dan tuntas. Termasuk soal oknum Brimob diduga terlibat, tapi belum ditetapkan sebagai tersangka karena disebut belum cukup bukti.

"Saya tidak tahu bahwa kurang bukti itu apakah sudah dalam tahapan penyidikan penyelidikan, ini juga harus jelas disampaikan ke publik," ujarnya.

ADVERTISEMENT

Ai Maryati menyebut kasus kekerasan seksual seperti yang dialami remaja di Parimo, yakni adanya iming-iming transaksi atau dibayar biasanya sulit diungkap. Sebab, kata dia, selalu ada stigma buruk terhadap korban bahwa seolah-olah korban mencari pelanggan. Tapi, Ai tak setuju jika kasus kekerasan seksual terhadap anak dikategorikan sebagai kegiatan prostitusi meskipun ada transaksi.

"Kalau bilang ini prostitusi, mungkin saya akan tanya kepolisian, seorang anak ini terlihat sekali titik kelemahan, ketidakberdayaan. Saya tidak setuju kalau ini (dibilang prostitusi)... mungkin ya ada beberapa pihak yg mengatakan dibayar dan sebagainya, ini kekerasan seksual dan eksploitasi. Apalagi terjadi pada anak yang memang belum punya pilihan-pilihan secara kuat untuk bisa melawan dan memutuskan, terutama melawan pihak-pihak yang menarget dia," jelasnya.

Dia mendorong agar korban segara direhabilitasi secara fisik, mental, dan medisnya karena ada indikasi kerusakan reproduksi. Hal tersebut sangat berisiko dan berdampak kerugian bagi korban anak seumur hidup.

"Kalau secara hukum ini jelas memberikan pemberatan hukuman. Jadi KPAI mendorong itu untuk bisa diimplementasikan, dikuatkan oleh penyidik yang sedang bekerja," imbuhnya.

Remaja di Parimo Diperkosa 11 Orang, Termasuk Oknum Brimob

Seorang remaja 15 tahun di Parimo, Sulteng, menjadi korban pemerkosaan oleh 11 orang pria, salah satu pelakunya diduga seorang anggota Brimob. Demi menjalankan aksi bejat pelaku, korban diduga dicekoki terlebih dahulu dengan narkoba dan miras hingga mabuk.

Duduk perkara ini dituturkan oleh pendamping korban, Salma dari Unit Pelaksana Teknis Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (UPT DP3A) Sulteng. Salma menuturkan aksi bejat ini bermula saat korban menjadi relawan korban banjir di Parimo pada tahun lalu.

Simak juga Video: Ini Tampang Ayah Bejat yang Tega Perkosa Anak Tiri Hingga Hamil 7 Bulan

[Gambas:Video 20detik]




Korban berkenalan dengan para pelaku. Korban tertipu janji tawaran pekerjaan yang ditawarkan oleh salah satu pelaku. Adapun yang menawarkan pekerjaan itu adalah Arif yang berprofesi sebagai guru. Inilah yang nantinya menjadi cara para pelaku mempengaruhi korban hingga terjadi pemerkosaan.

"Iya jadi dia berinteraksi dengan para pelaku ini terutama itu, Pak Arif (satu dari 11 terduga pelaku) itu yang guru. Dia (Arif) menjanjikan kerja. Diiming-imingi kerja, pekerjaan apa saja, di rumah makan. (Aslinya) tidak ada itu pekerjaan," ujar Salma pada 27 Mei 2023.

Salma mengatakan usai menyalurkan bantuan, korban tidak pulang ke rumah. Korban kemudian menginap di salah satu penginapan di Parimo. Mulai saat itu, satu per satu dari 11 terduga pelaku mulai memperkosa korban dengan berbagai imbalan. Para pelaku yang saling mengenal juga membarter korban dengan narkoba jenis sabu, termasuk mengancam korban dengan senjata tajam.

Salma juga mendapat informasi terkait dugaan korban dicekoki narkoba. Yang memcekoki adalah salah satu pelaku berinisial HST. Kendati begitu, Salma belum bisa memastikan apakah HST mabuk karena minuman keras atau narkoba.

Ternyata, pemerkosaan tersebut terjadi berulang kali. Pemerkosaan ini terjadi di beberapa lokasi di Parimo. Aksi bejat ini dilakukan antara April 2022 hingga Januari 2023.

Kasus Terkuak Saat Korban Mengeluh Sakit

Kasus ini kemudian terkuak usai korban mengeluh sakit di bagian kemaluan. Tak tahan dengan aksi bejat para pelaku, korban kemudian memberanikan diri menceritakan peristiwa yang dialaminya kepada orang tuanya pada Januari 2023.

"Januari (2023) itu korban kesakitan baru kemudian dia ngomong sama orang tuanya kalau dia pernah dilakukan demikian dengan sama laki-laki. Dia kasih tahu orang tuanya dia rasa ada gangguan, gangguan reproduksinya," ucapnya.

Adapun dari 11 orang itu, hanya oknum Brimob yang belum ditetapkan sebagai tersangka dengan alasan polisi masih kekurangan bukti.

Halaman 3 dari 2
(fas/dnu)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads