Kemeriahan pesta politik atau pemilihan umum (Pemilu) 2024 mulai terasa. Meski begitu, para pedagang atribut partai politik di Pasar Senen, Jakarta Pusat mengaku masih sepi pesanan.
Salah seorang pedagang, Saiful (60), mengaku pesanan atribut partai yang diterimanya belum ramai. Pendapatannya kini juga menurun drastis jika dibandingkan tahun-tahun pemilu sebelumnya.
"Kalau dibanding hari biasa mungkin meningkat sepuluh persen lah ya. Tapi ya menurun jauh kalau dibanding tahun-tahun lalu," tuturnya ketika ditemui di Pasar Senen Blok 3, Selasa (30/5/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kalau pemilu dulu tuh ya, dagangan saya bisa lah itu buat beli mobil dua. Kalau sekarang, wah jauh, jauh," sambungnya.
Saiful juga mengungkapkan kampanye melalui media sosial turut memengaruhi penurunan pendapatannya. "Sekarang kan juga udah ramai tuh kampanyenya lewat online. Paling kalau yang bagi-bagi kaus ya dikit lah," ujarnya.
Kaus dengan foto bakal calon presiden atau lambang partai biasanya paling banyak diminati. Kaus-kaus itu dijual mulai dari harga 10.000 hingga 25.000.
Beragam atribut partai dijajakan di tokonya. Mulai dari kaus, kemeja, bendera, pin, topi, hingga stiker.
Pelanggan toko Saiful tak hanya dari Jakarta, tapi juga seluruh Indonesia. Ia menceritakan pemesan di tokonya paling banyak berasal dari Indonesia bagian timur seperti NTB, NTT, Sulawesi, hingga Papua.
Penurunan pesanan ini rupanya juga dirasakan oleh pengusaha konveksi lainnya, Ferry (55). Ia mengaku pesanan atribut partai di tokonya kini tak seramai dulu.
"Pesanan sih ada tapi ya masih dikit-dikit aja lah, nggak bisa dipatokin juga dapet berapa karena nggak tentu. Kalau dulu sih pesanannya bisa ribuan tapi sekarang mah masih seratus, dua ratus lah," ungkapnya.
Ferry juga mengatakan menurunnya pesanan ini karena adanya isu terkait sistem pemilu tertutup. Menurutnya, pesanannya akan semakin menurun jika sistem tersebut benar-benar akan dilangsungkan.
"Menurun jauh kalau sekarang, apalagi kan katanya Pemilu mau sistem tertutup, jadi cuma tahu partainya aja, ya makin nggak bisa diharapin kalau gitu," katanya.
Dirinya mengaku pesimis jika memang sistem pemilu coblos partai itu benar-benar dilangsungkan. Menurutnya, itu akan membuat pesanannya yang sudah sepi semakin menjadi sepi.
Simak juga Video: Survei Populi Center: 64,8 % Publik Ingin Coblos Caleg, Bukan Partai